Friday, 22 November 2024, 05:00

gaulislam edisi 552/tahun ke-11 (5 Ramadhan 1439 H/ 21 Mei 2018)

 

 

Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini sudah kita lalui beberapa hari. Saat buletin ini terbit, sudah masuk di hari kelima. Bersyukur banget kita masih diberikan kesempatan untuk merasakan Ramadhan dan beribadah di dalamnya. So, manfaatkan sebaik-baiknya ya. Jangan sampe disia-siakan. Perilaku dan ibadah kita harus lebih giat dan bagus lagi. Sebab, kalo ibadah kita dan perilaku keseharian nggak ada bedanya antara di luar bulan Ramadhan dengan saat di bulan Ramadhan, artinya kita rugi banget. Beneran!

Sobat gaulislam, banyak ibadah yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan, seperti shalat tarawih dan ibadah shaum itu sendiri. Namun, kali ini kita bahas Ramadhan dengan al-Quran ya. Gimana pun juga, erat banget kaitannya antara al-Quran dengan bulan Ramadhan ini. Pada bulan Ramdhan, adalah bulan dimana al-Quran pertama kali diturunkan.

Selain itu, al-Quran adalah kitab suci bagi kita kaum muslimin. Maka, ketika beberapa hari lalu pihak kepolisian menjadikan al-Quran sebagai barang bukti saat penangkapan terduga teroris, kontan aja banyak kaum muslimin marah banget, bahkan ada yang membuat petisi online.

Ketika ada reaksi gitu, baru deh diralat tuh sama pihak kepolisian. Jahat banget kalo sampe menjadikan al-Quran sebagai barang bukti terorisme. Itu namanya menganggap seluruh kaum muslimin teroris, karena al-Quran adalah pegangan umat Islam. Coba aja, di seluruh rumah kaum muslimin mesti ada al-Quran. Ajaib banget tuh yang maksain al-Quran jadi barang bukti terorisme. Parah!

 

Al-Quran tuh, keren banget!

Ini benar-benar the amazing book. Pedoman hidup kita dari masalah yang kecil ampe yang besar. Mulai soal bersuci sampe pemerintahan dan negara. Wuih, mana ada kitab lain yang bisa begitu? Wah bener-bener bikin pede dan membanggakan banget. Keren super, deh!

Sampe-sampe W.E. Hocking berkomentar, “Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa al-Quran mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesunguhnya dapat dikatakan, bahwa hingga pertengahan abad ke tiga­belas, Islam lah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat.” (The Spirit of World Politics, 1932, hlm. 461, dalam kutipan di buku Kekaguman Barat Terhadap Islam, hlm. 97)

Hal senada disampaikan E. Denisen Ross, “Tetapi hendaklah diingat, bahwa Quran memegang peranan yang lebih besar terhadap kaum muslimin daripada Bibel dalam agama Kristen; ia bukan saja kitab suci dari keper­cayaan mereka, tetapi juga merupakan text-book dari upacara agamanya dan prinsip-prinsip hukum kemasyarakatan…Demikianlah, setelah melintasi masa selama 13 abad Quran tetap merupakan kitab suci bagi seluruh Turki, Iran, dan hampir seperempat penduduk India. Sung­guh, sebuah kitab seperti ini patut dibaca seca­ra meluas di Barat, terutama di masa kini…” (M. Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam, hlm. 52)

Sobat gaulislam, meski ada ilmuwan Barat yang obyektif penilaiannya terhadap al-Quran, tapi banyak dari kita seringkali nggak ngeh dan nggak tergerak untuk mengakui kebenaran al-Quran. Ada apa dengan kebanyakan kaum muslimin saat ini? Jangankan diyakini kebenarannya dan dijadikan pedoman hidup, bisa jadi banyak di antara kita yang membacanya pun jarang (atau malah nggak bisa?). Oke deh, ini masalah kita bersama. Tugas kita semua untuk menyelesaikannya. Nggak perlu saling tuding atas kesalahan ini, anggap saja ini sebagai renungan buat kita semua.

So, mulai sekarang, kita mulai berbenah diri untuk mulai mencintai Islam, salah satunya lewat al-Quran. Semoga saja, ke depannya kita bisa menjadikannya sebagai pedoman hidup. Jadi, nggak ada alasan untuk minder. Sebaliknya, kita wajib pede dan bahkan bangga menjadi muslim, karena pedoman hidup kita adalah al-Quran. Ya, kalamullah (ucapan Allah Ta’ala) ini akan menjadi kekuatan kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Saking kerennya al-Quran, Prof. Dr. M.M. Al-A’zami menuliskan bahwa bagi seorang yang beriman, kitab suci al-Quran akan melebihi segalanya: denyut keimanan, kenangan di saat mengalami kegembiraan dan penderitaan, sumber realitas ilmiah yang tepat, gaya lirik yang indah, khazanah kebijaksanaan serta munajat. Ayat-ayatnya menghiasi mulai dinding toko buku hingga ruang tamu, terukir dan ingatan tua dan muda, serta gaungnya terdengar di keheningan malam dari atas menara masjid di seluruh dunia. (Lihat Sejarah Teks Al-Quran; dari wahyu sampai kompilasi, Gema Insani Press, 2005, hlm.1)

Bagi kita, kaum muslimin, al-Quran adalah the amazing book alias kitab yang sangat mengagumkan. Kalo kita baca al-Quran dari awal sampai akhir, insya Allah bisa dapetin tuh bukti bahwa al-Quran emang mengagumkan dan keren banget. Nggak percaya silakan dipahami pedoman hidup kita tersebut.

Nah, kalo bagi kaum Muslimin al-Quran itu mengagumkan, terus bagi orang-orang nonmuslim yang jujur dan obyektif (minimal kayak W.E Hocking yang ditulis di atas) menyatakan bahwa al-Quran bisa mencerahkan, tapi nggak dengan orang-orang yang benci Islam dan pengen banget menentang al-Quran. Karena menurut mereka al-Quran telah menjadikan kaum Muslimin maju. Sehingga harus dihancurkan. Idih, itu namanya cemburu tanda tak mampu!

Sebagai contoh, ada pernyataan dari kalangan yang membenci Islam tentang al-Quran. Pernyataan tersebut dikutip dalam buku karya Prof. Dr. M.M. Al-A’zami (ibid, hlm 3-4): “Pemikiran saya adalah bahwa al-Quran tidak lebih dari naskah cocktail yang tidak semuanya dapat dipahami di zaman Nabi Muhammad sekalipun,” begitu kata Puin.

Masih banyak orang yang benci Islam dengan cara menyerang al-Quran. Tapi biarlah, Allah yang akan tetap menjaganya. Kalem aja. Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS al-Hijr [15]: 9)

Insya Allah masih banyak ulama yang gigih yang diberikan kelebihan oleh Allah Ta’ala untuk mengkaji al-Quran dan berusaha mempertahankan kemuliaannya, salah satunya Prof. Dr. M.M. Al-A’zami yang tekun bergiat untuk melawan serangan para orientalis yang akan ngacak-ngacak al-Quran. Salah satu bentuk perlawanannya adalah dalam bentuk buku yang keren punya: The History of The Quranic Text: from revelation to compilation. Mantap djiwa!

 

Para ulama dan al-Quran

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tentu aja ya, kalo ngomongin para ulama dan al-Quran kita bakalan ngiri sengiri-ngirinya. Itu pun kalo kita masih bangga jadi muslim. Gimana nggak, kita belum ada apa-apa dibanding para ulama dalam mengkaji dan memahami al-Quran. Aduh, jangankan mengkaji dan memahami al-Quran, kita mah membacanya aja kalah jauh. So, kalo kamu emang cinta Islam dan al-Quran, yuk mulai dari yang kecil, membaca al-Quran.

Ya, bulan Ramadhan mempunyai kekhususan tersendiri dengan (diturunkannya) al-Quran, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS al-Baqarah [2]: 185)

Itu sebabnya, para ‘ulama salaf rahimahumullah sangat bersemangat untuk memperbanyak membaca al-Quran pada bulan Ramadhan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Siyar A’lam an-Nubala’. Beberapa di antara para ulama tersebut adalah:

Pertama, dahulu al-Aswad bin Yazid mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan setiap dua malam, beliau tidur antara Magrib dan Isya’. Sedangkan pada selain bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan al-Quran selama 6 hari.

Kedua, al-Imam Malik bin Anas jika memasuki bulan Ramadhan beliau meninggalkan pelajaran hadits dan majelis ahlul ilmi, dan beliau mengkonsentrasikan kepada membaca al-Quran dari mushaf.

Ketiga, al-Imam Sufyan ats-Tsauri jika datang bulan Ramadhan beliau meninggalkan manusia dan mengkonsentrasikan diri untuk membaca al-Quran.

Keempat, Said bin Zubair mangkhatamkan al-Quran pada setiap 2 malam.

Kelima, al-Walid bin Abdil Malik mengkhatamkan al-Quran setiap 3 malam sekali, dan mengkhatamkannya sebanyak 17 kali selama bulan Ramadhan.

Keenam, Qatadah mengkhatamkan al-Quran pada hari-hari biasa selama 7 hari, jika datang bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya selama 3 hari, dan pada 10 terakhir Ramadhan beliau mengkhatamkannya pada setiap malam.

Ketujuh, Rabi’ bin Sulaiman berkata: Dahulu al-Imam Syafi’i mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali, dan pada setiap bulannya (selain Ramadhan) sebanyak 30 kali.

Masya Allah. Luar biasa. Itu baru para ulama yang tercatat sedikit. Ribuan lainnya dari berbagai generasi sudah menunjukkan kualitasnya. Duh, kita ngiri banget, karena belum seberapa upaya kita berkenalan dengan al-Quran. Jangankan menghafal, mengkaji, memahami dan mengamalkannya, lha kita membacanya saja masih ogah bin malas. Malu banget, euy! Beneran!

So, yuk kita perbaiki niat dan segera amalkan untuk membaca al-Quran, mumpung di bulan Ramadhan, lho. Berlomba dalam kebaikan, mendulang pahala. Insya Allah. Semoga ke depannya lebih mantep untuk bukan saja membaca al-Quran, tetapi juga mengkaji, memahami dan mengamalkannya. Bismillah, ya!

Sobat gaulislam, emang wajib ya baca al-Quran sampai khatam (apalagi berkali-kali) di bulan Ramadhan? Hmm.. gini, ada penjelasannya di  website rumaysho.com, bahwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apakah orang yang berpuasa wajib mengkhatamkan al-Quran di bulan Ramadhan?”

Jawab beliau rahimahullah bahwa mengkhatamkan al-Quran di bulan Ramadhan bagi orang yang berpuasa tidaklah wajib. Akan tetapi sudah sepatutnya setiap muslim di bulan Ramadhan untuk memperbanyak membaca al-Quran. Hal ini merupakan sunnah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap bulan Ramadhan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa saling mengkaji al-Quran bersama Jibril.

Yuk, mumpung Ramadhan, kita berlomba dengan penuh semangat untuk membaca al-Quran dan mengkhatamkannya selama Ramadhan. Tapi, puasa tetap dong. Kan, itu kewajiban. Artinya, melaksanakan kewajiban berpuasa (shaum) Ramadhan ini, dibarengi dengan berbagai macam amalan ibadah lainnya, termasuk yang sunnah. Salah satunya, membaca al-Quran. Wuih, mantap banget itu! [O. Solihin | IG @osolihin]