gaulislam edisi 553/tahun ke-11 (12 Ramadhan 1439 H/ 28 Mei 2018)
Apa sih hijrah itu? Secara bahasa, hijrah itu berpindah. Misalnya nih, kamu hijrah dari Bogor ke Jakarta. Awalnya tinggal di Bogor, lalu menetap di Jakarta. Tujuannya bisa banyak, kondisi yang membuat kamu hijrah juga bisa beragam. Pengalaman tiap orang bisa berbeda satu sama lain. Ada juga hijrah dalam pengertian pindah dari kebiasaan buruk kepada kebiasaan baik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dsb). Tuh, ada pembahasan tambahan. Catet, ya!
Mau banget dapetin wawasan lain seputar pengertian hijrah? Nih, saya kasih ya. Dikutip dari website rumaysho.com, dijelaskan bahwa secara etimologi (asal-usul kata, perubahan bentuk dan makna), hijrah adalah lawan dari kata washal (bersambung). Maksud hijrah di sini adalah berpisahnya seseorang—entah berpisah dengan badan, dengan lisan, dengan hati.
Asal hijrah di sini bermakna meninggalkan, yaitu meninggalkan berbicara atau meninggalkan perbuatan. Tidak berbicara pada orang lain, itu bermakna hajr.
Sedangkan kalau membahas hijrah, ada dua maksud:
Pertama, hijrah hissi, berpindah tempat, yaitu berpindah dari negeri kafir ke negeri Islam atau berpindah dari negeri yang banyak fitnah ke negeri yang tidak banyak fitnah. Ini adalah hijrah yang disyariatkan.
Kedua, hijrah maknawi (dengan hati), yaitu berpindah dari maksiat dan segala apa yang Allah larang menuju ketaatan.
Oke, dari penjelasan ini, kita sepakat ya, bahwa hijrah itu berpindah atau menyingkir dari sesuatu (tempat atau kebiasaan) yang buruk atau merugikan dengan harapan dalam hijrah tersebut ada kebaikan yang sudah bisa dilihat atau diukur. Intinya sih gitu deh.
Ramadhan dan hijrah
Sobat gaulislam, bulan Ramadhan ini penuh keberkahan. Banyak pitu pahala dan kebaikan dibuka dan kita diberi kesempatan untuk meraihnya. Iya, diberikan Allah Ta’ala. Kita juga diberi kesempatan untuk bisa meraihnya. Hanya saja, bulan bertabur kesempatan untuk meraih pahala itu tergantung pada kita. Kita mau atau nggak meraihnya?
Kok bisa? Iya. Sebab, meski sekarang sudah bulan Ramadhan, namun tak semua orang mau memanfaatkan kesempatan mendulang pahala. Buktinya, yang nggak puasa tanpa alasan syar’i masih ada. Banyak juga yang puasa, tapi tidak memanfaatkan waktunya untuk menambah amal shalihnya. Baca al-Quran aja males. Tapi anehnya, kalo ngegosip hot banget, kuat sampe berbusa-busa. Idih, dosa (pake banget) itu mah. Di bulan biasa aja terlarang, apalagi di bulan Ramadhan, yang seharusnya digunakan untuk mengumpulkan banyak pahala melalui amal shalih kita.
Oya, ngomong-ngomong soal rokok, sebenarnya momen Ramadhan pas banget untuk berhenti merokok, lho. Beneran. Bagi kamu yang udah kecanduan, sehari minimal sebungkus rokok habis kamu bakar dan sedot asapnya. Menghisap rokok pun bisa dari pagi sampai malam. Ngebul terus.
Tapi nih, ketika berpuasa, buktinya pada kuat nggak ngerokok di siang hari. Dari abis Subuh sampe magrib tahan, tuh. Itu artinya, bisa banget untuk memulai dengan niat yang kuat untuk lepas dari rokok. Berhenti merokok selamanya. Bismilah, ya. Insya Allah bisa asal ada niat dan usaha yang sungguh-sungguh untuk bisa berhenti merokok. Jadi, Ramadhan ini bisa kamu jadikan sebagai momentum alias saat yang tepat untuk hijrah dari kebiasa buruk merokok jadi kebiasaan baik tanpa asap rokok. Sehat diri, sehat lingkungan. Keren, kan?
Ramadhan penuh berkah, Bro en Sis. Semoga juga dijadikan momentum untuk berhijrah dari kebiasaan buruk lainnya (selain merokok). Misalnya, kalo sebelum Ramadhan buat kamu yang muslimah belum berhijab (mengenakan busana muslimah lengkap, yakni kerudung dan jilbabnya yang syar’i), maka jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk memulai dan konsisten berbusana muslimah. Berhijrah menuju kebaikan. Berhijrah karena Allah Ta’ala. So, niatnya harus ikhlas dan menjalaninya dengan ikhtiar yang maksimal.
Nah, bagi kamu yang sebelum Ramadhan doyan banget pacaran (idih, doyan?), mumpung Ramadhan, jadikan momentum untuk hijrah. Putusin deh pacarmu. Menyesal, tak mau melakukan dosa lagi, dan bertaubat. Perbanyak amal shalih dan tawakal kepada Allah Ta’ala serta berdoa memohon yang terbaik bagimu. Pahala banyak, kesempatan berlimpah. Jadi, manfaatkan Ramadhan ini untuk berburu pahala dan momentum hijrah menuju kebaikan.
Allah Ta’ala tujuan kita
Sobat gaulislam, benar banget bahwa yang perlu kita perhatikan dalam berhijrah ini adalah semata untuk menuju keridhoan Allah Ta’ala. Ada penjelasan menarik di website muslim.or.id, saya kutipkan sesuai keperluan aja ya dan bahasanya diedit sedikit sesuai kebutuhan informasi bagi kami yang masih remaja.
Di website tersebut dijelaskan bahwa, meninggalkan apa-apa yang dibenci Allah kepada apa-apa yang dicintai-Nya itulah yang dikenal dengan istilah al firar ila Allah (berlari menuju Allah). Hal itu Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), “Maka berlarilah kalian menuju Allah (maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah)” (QS adz-Dzariyat [51]: 50)
Hijrah kepada Allah ini mengandung sikap meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Allah kemudian diikuti dengan melakukan apa saja yang dicintai dan diridhai-Nya. Pokok hijrah ini adalah rasa cinta dan benci di dalam hati. Artinya, seorang yang berhijrah meninggalkan sesuatu (baca: maksiat) kepada sesuatu yang lain (baca: ketaatan) tentu saja karena apa yang dia tuju lebih dicintai daripada apa yang dia tinggalkan. Itu sebabnya, dia lebih mengutamakan perkara yang lebih dicintainya daripada perkara-perkara lainnya (lihat adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir, oleh Imam Ibnul Qayyim)
Bro en Sis rahimakumullah, dari sini kita bisa memetik pelajaran bahwa hijrah dengan hati kepada Allah menuntut kita untuk memiliki kesadaran dan ilmu mengenai apa yang Allah benci dan apa yang Allah cintai. Why? Karena hakikat hijrah ini adalah meninggalkan perkara yang dibenci-Nya menuju perkara yang dicintai-Nya. Perkara yang dibenci Allah itu meliputi syirik, kekafiran, kemunafikan, bid’ah, dan kemaksiatan. Adapun perkara yang dicintai Allah itu mencakup tauhid, keimanan, ikhlas, mengikuti tuntunan, dan melakukan ketaatan-ketaatan.
Oya, kamu juga perlu tahu dan dijadikan pemahaman ya, bahwa melakukan hal-hal yang Allah cintai dan menjauhi hal-hal yang Allah benci merupakan sarana untuk menyelamatkan diri dari azab dan murka Allah. Hal ini merupakan buah dan faidah hijrah kepada Allah. Artinya, dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan maksiat. Iman dan ketakwaan yang kuat, akan mendorong kita untuk bisa meninggalkan kekafiran dan kefajiran. Begitupun dengan ikhlas dan kesetiaan terhadap tuntunan dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bisa membuat kita berani meninggalkan kemunafikan, riya’ serta ajaran-ajaran sesat yang berkembang di masyarakat.
Itu sebabnya, sebagian ulama menafsirkan firman-Nya (yang artinya), “Maka berlarilah kalian kepada Allah” (QS adz-Dzariyat [51]: 50) dengan tafsiran yang artinya, “Selamatkanlah diri kalian dari adzab Allah menuju limpahan pahala, yaitu dengan iman dan ketaatan” (lihat adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir, karya Imam Ibnul Qayyim).
Sobat gaulislam, sebab utama yang akan membebaskan dari azab Allah adalah tauhid dan keimanan seorang hamba. Ya, dengan tauhid dan iman itulah dirinya akan selamat dari kekalnya siksa neraka. Berbeda halnya dengan orang kafir atau musyrik. Betapa pun banyak jasa dan kebaikan mereka kepada manusia, jika mereka kafir dan mempersekutukan Allah maka di akhirat mereka kekal dihukum di dalam neraka; sebagai balasan setimpal atas dosa, kezaliman, dan kejahatannya selama di dunia. Amalnya akan sirna dan sia-sia, terhapus dan hancur akibat syirik dan kekafiran mereka kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong” (QS al-Maa’idah [5]: 72)
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu, jika kamu berbuat syirik niscaya lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu termasuk golongan orang-orang yang merugi” (QS az-Zumar [39]: 65)
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang kafir setelah beriman, maka lenyaplah amalannya dan di akhirat dia akan menjadi orang yang merugi” (QS al-Maa’idah [5]: 5)
Penjelasan panjang lebar ini (yang saya kutip dengan sedikit edit dari website muslim.or.id) semoga memberi pemahaman buat kamu ya, agar proses hijrahmu benar-benar jalan terbaik dan semata mengharap keridhoan Allah Ta’ala. Niat yang lurus akan memberikan dorongan kuat untuk mewujudkan proses hijrah sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
So, mumpung Ramadhan, bulan penuh berkah ini, bulan suci nan berlimpah pahala dan kebaikan lainnya, jadikan sebagai momentum untuk berhijrah dengan benar dan baik. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]