Ehm, �perjuangan’ wakil Indonesia di ajang Miss Universe 2005, Artika Sari Devi, hanya sampai di babak 15 besar. Eh, prestasi 15 besar katanya sih udah keren. Katanya lho. Terus, Artika juga adalah satu-satunya wakil dari Asia. Siapa pemenang Ratu Sejagat tahun ini? Yup, gelar Miss Universe? tahun ini diraih Natalie Glebova, gadis berusia 23 tahun asal Kanada.
Kita nggak hendak menyesali usaha Artika yang gagal, atau mengucap syukur karena Artika menjadi satu-satunya wakil Indonesia (dan Asia pada umumnya) di ajang bergengsi pemilihan orang tercantik di dunia itu. Nggak keduanya. Kita akan coba bahas dari sisi lain. Yakni tentang pro-kontra ajang ratu-ratuan itu. Sejatinya kita kecewa kenapa harus ada pro dan kontra. Kok bisa? Iya, kita kecewa karena ternyata pendapat masyarakat dalam kasus ini malah terbelah menjadi dua kubu. Seharusnya satu kubu saja. Yakni menolak ajang pamer aurat ini. Begitu, bro.
Mengapa kita bisa berbeda pendapat justru pada masalah yang seharusnya satu suara ini? Karena kaum muslimin saat ini menggunakan standar yang berbeda. Sebagian menganggap bahwa ajang itu cuma bermanfaat bagi kalangan tertentu saja, dan membawa mudharat bagi banyak kalangan lain, khususnya kaum muslimin. Mereka ada di kubu yang menolak ajang tersebut. Sebagian lagi bersikukuh mendukung gelaran itu karena ajang itu menurut mereka bisa mengangkat martabat bangsa di mata dunia. Bahkan kubu ini melontarkan alasan bahwa penolakan ajang itu hanya akan memasung kreativitas dan hak orang lain. Apa benar?
Oke lah, terlepas dari pro-kontra di antara kaum muslimin ini, sebaiknya kita berpikir jernih. Merenung dan mencari kebenaran. Saran saya sih, nggak usahlah kita bicara dari sudut pandang kaum nonmuslim (atau dari standar yang bukan berasal dari Islam), karena pasti akan berbeda karena memang akidahnya lain dengan kita. Biarlah, mereka mau berbuat apa saja untuk kehidupannya kita nggak bakalan turut campur. Ini juga bagian dari toleransi.
Tapi, kita akan �cerewet’ jika itu menyangkut masalah kita sendiri. Karena kita semua adalah bersaudara. Artika seorang wanita muslim. Sama seperti kita (muslim dan muslimah). Mukmin yang satu dengan mukmin yang lain adalah bersaudara. Satu cirinya adalah saling mengingatkan jika ada di antara kita sedang lalai dan tentunya saling mendukung ketika ada di antara kita yang berbuat baik. Itu untuk kebaikan semuanya.
Ajang pemilihan Putri Sejagat, Ratu Sejagat, atau apalah namanya memang sudah berlalu. Tapi itu tetap menambah pekerjaan berat bagi kita yang rajin mengkampanyekan penerapan syariat Islam dalam kehidupan bernegara ini.
Sekadar tahu saja, pro-kontra ajang Miss Universe sebenarnya bukan barang baru. Karena dalam banyak kasus kita juga sering berbeda pendapat, padahal pendapat kaum muslim terhadap kasus-kasus tersebut seharusnya satu suara. Misal, tempat pelacuran. Aneh, sudah jelas merusak, sudah tegas dilarang dalam Islam, tapi masih aja ada yang pro.
Soal terorisme yang dituduhkan kepada Islam dan kaum muslimin, lagi-lagi kita juga berbeda pendapat. Padahal, seharusnya satu. Kalo kita merasa bahwa Islam tak mungkin melegalkan kekerasan tanpa alasan yang jelas dan syar’i, kita yakin bahwa aksi itu bukan gaya Islam dan kaum muslimin. Jadi, tak usah ikut-ikutan latah mencap para pejuang Islam sebagai teroris. Bukan saja tidak benar, tapi tidak fair. Karena kita seringkali hanya �ikutan-ikutan’ menilai sesuai propaganda media massa yang tak mendukung Islam.
Sobat muda muslim, kembali ke soal Miss Universe or Ratu Sejagat. Jujur saja, saya sering bertanya-tanya sendiri, motivasinya apa ya diadakan acara itu. Apa karena untuk mendongkrak harkat dan martabat bangsa? Ah, ini sih terlalu naif deh. Apa nggak ada cara lain yang lebih bergengsi dan dihargai, gitu lox?
Atau, acara itu diadakan sebagai ajang untuk promosi produk kosmetika? Waktu di Thailand kemarin, pemerintahnya malah mendompleng di acara itu untuk memamerkan industri pariwisatanya ke pelosok dunia. Maklum, seluruh finalis Miss Universe diajak jalan-jalan ke seluruh obyek wisata di sana dan disiarkan langsung ke seluruh dunia. Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui.
BTW, kenapa sih banyak wanita yang mau diadu secara fisik di ajang Miss Universe itu? Apakah karena ingin dianggap cantik? Mungkin iya. Ingin tenar? Bisa jadi. Ingin kaya? Mungkin juga. Banyak motivasinya.
Menarik dan cantik itu mitos, lho
Sobat muda muslim, dari waktu ke waktu kriteria cantik bisa berubah-ubah lho. Selain tren yang sedang berjalan, juga kriteria itu bergantung kultur masing-masing masyarakat. Nggak percaya?
Di jaman kolonial, di kalangan etnik Maori, cantik adalah besar dan gemuk. Waduh? Kok bisa sih? Hehehe… itu soal persepsi sobat. Kita nggak bisa memprotes keputusan definisi cantik menurut suku Maori bahwa wanita yang cantik itu seperti di telenovela Mi Gorda Bella. Mungkin kalo kita bisa bilang, bahwa model begitu mah “Gajah Bengkakâ€?, “Karung berasâ€? atau bahkan sebutan menyakitkan hati dan menyayat jiwa: mesin giling! Gejlig!
Itu suku Maori. Lain lagi di masyarakat Jawa. Menurut mereka, perempuan yang cantik adalah mereka yang memiliki tubuh di bagian belakang-bawahnya yang besar dan bulat. Perempuan seperti itu akan dikagumi para pria. Karena apa? Karena dianggap perempuan dengan model tubuh seperti itu menandakan mudah melahirkan dan banyak anak. Terus, kalo kamu sempat jalan-jalan ke Lembah Baliem, ternyata—maaf, payudara yang turun jadi idaman perempuan dan impian pria. Nah lho.
Wanita Dayak yang kalo kita saksikan di acara semacam Jejak Petualang, Jelajah, dan Potret, mereka suka memelihara kebiasaannya untuk melubangi telinga mereka dengan semacam anting-anting ya? (tapi itu gede banget dan kayak gelang besi!). Akibatnya, tuh telinga jadi menjulur ke bawah kayak kupingnya Snoopy. Tapi dalam masyarakat Dayak, justru di situlah esensi kecantikan seorang perempuan dan sekaligus menandakan tingginya kelas sosial perempuan dalam masyarakat.
Perempuan cantik dalam masyarakat Indonesia secara umum saat ini diidentikan dengan kulit putih, rambut lurus hitam legam, hidung mancung, dan berbadan langsing. Itu sebabnya, jika ada perempuan Indonesia yang kulitnya gelap suka dapetin pelecehan. Lihat saja di salah satu iklan pemutih kulit digambarkan sangat berbeda antara kulit Santi dan Sinta. Label jelek adalah kulit yang gelap. Akibatnya, pemirsa cewek yang kebawa isu dan mitos ini mati-matian memutihkan kulitnya (asal jangan pake pemutih pakaian aja ya! Bisa iritasi!). Padahal, dalam waktu yang bersamaan, saudaranya di Papua atau di Afrika nyantai aja meski kulitnya gelap. Tul nggak? Apa pernah ada program khusus yang disponsori produsen kosmetika untuk memutihkan seluruh kulit penduduk Afrika?
Selain kulit putih, wanita cantik itu digambarkan memiliki rambut lurus yang hitam dan legam. Kalo keriting, selain diledekin hobi dangdut karena bagian dari ABRI alias Anak Buah Rhoma Irama (Maklum, Bang Rhoma dan penyanyi dangdut rata-rata keriting rambutnya!), juga dianggap tidak cantik. Untuk menyuntikkan penilaian bahwa wanita cantik itu adalah yang punya rambut lurus yang hitam dan legam, iklan-iklan di media massa, baik cetak maupun elektronik pasti menampilkan bentuk idealnya. Nah, bagi yang keriting rambutnya, karena takut dianggap jelek dan itu artinya nggak cantik, akhirnya ia bela-belain nge-rebonding rambut keritingnya biar lurus sesuai kriteria masyarakat saat ini.
Ketika dikampanyekan bahwa hidung mancung itu cantik, maka gelagapanlah para cewek yang kebetulan ditakdirkan oleh Allah Swt. punya hidung berjenis “balukang nangkub� alias mirip pelepah pohon kelapa yang ditaro terbalik (baca: pesek abis!). Kalo nggak rela disebut jelek dengan penampilannya itu, terus punya dana, bukan mustahil kalo akhirnya menjalani operasi bedah plastik biar hidungnya jadi mancung kayak hidung Madhuri Dixit. Tujuannya apa? Biar cantik.
Mari menghargai wanita
Siapa yang kita ajak untuk menghargai wanita? Menurut saya, wanita itu sendiri dan laki-laki. Kepada para wanita, mohon untuk menghargai diri sendiri. Bagaimana mungkin orang lain (laki-laki akan menghargai wanita) jika wanitanya sendiri udah berani untuk kehilangan harga diri. Memang nggak semuanya, tapi kebanyakan. Kok bisa? Ya, gitu deh!
Lihat aja aksi para wanita di panggung? hiburan dan ajang Miss Universe. Mereka jadi etalase yang bisa dipandang dengan beragam tatapan dari kaum lelaki dan juga wanita lainnya. Kaum lelaki bisa memelototi sepuasnya gambar-gambar sensual para waita yang jadi model iklan. Kalangan wanita lain berdecak kagum ingin mengikuti jejaknya. Wah, bisa tambah runyam kan? Itu sebabnya, sebaiknya kaum wanita yang terjebak di sana sadar diri, bahwa apa yang dilakukannya bisa menambah masalah. Bukan saja bagi orang lain, tapi juga bagi dirinya sendiri.
Nah, himbauan untuk para wanita tentunya adalah mengkampanyekan untuk sadar diri. Mulai sekarang juga kudu ninggalin anggapan yang menyebutkan bahwa cantik dan menarik itu jika memamerkan bagian-bagian tubuhnya kepada khalayak ramai kayak di ajang “Ratu Sejagat� itu. Karena apa? Karena manusia yang mulia tidak dilihat dari cantik/ganteng dan berpenampilan menarik secara fisik. Tapi dari ketakwaannya. Firman Allah Swt.:
?¥???†?‘?? ?£???ƒ?’?±???…???ƒ???…?’ ?¹???†?’?¯?? ?§?„?„?‘???‡?? ?£?????’?‚???§?ƒ???…?’
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.� (QS al-Hujurat [49]: 13)
Jadi, buat para cewek yang belum berjilbab, mulai berani deh mengenakan jilbab. Terus bekali pemikiran dan perasaan kamu dengan ajaran Islam, biar ajeg bin stabil. Insya Allah itu akan menjadikan kamu cantik luar-dalam. Percayalah!
Buat kaum cowok, mulai sekarang kita meminimalisir pandangan sebelumnya yang melihat penampilan wanita cuma dari sisi fisik semata. Buang deh jauh-jauh pikiran murah dan murahan seperti itu. Jujur saja, bahwa kecantikan tak akan berarti apa-apa jika tidak berakhlak mulia dan berkpribadian islami. Hargailah wanita sebagaimana makhluk yang juga punya potensi lebih seperti kita laki-laki. Bisa cerdas, bisa bertakwa, dan bisa menjadi teman dalam kehidupan kita. Jangan saling memandang rendah dengan ukuran penampilan fisik. Oke?
Nah, yang paling penting dari semua itu, karena kondisi ini lebih disebabkan karena kerusakan sistem, maka untuk mengubah individu-individu yang bermasalah itu kita harus mengubah masyarakat ini. Satu-satunya kekuatan yang bakal bisa mengubah masyarakat adalah negara. Ya, cuma negara yang bisa lebih tegas dan paling mungkin untuk mengubah kondisi ini jadi lebih baik. Tapi, mungkinkah menggantungkan harapan kepada kapitalisme seperti sekarang ini untuk kehidupan lebih baik? Mimpi kali ye!
Oke deh, karena kerusakan ini akibat tidak diterapkannya Islam sebagai pengatur kehidupan, maka jalan untuk mengubahnya adalah dengan memperjuangkan tegaknya Islam sebagai ideologi negara di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Sehingga, para wanita akan dihargai sebagaimana ketika Khalifah al-Mu’thasim menggempur Romawi gara-gara seorang pejabat negeri itu melecehkan seorang wanita muslimah. Juga, agar tumbuh kesadaran di tengah masyarakat bahwa tubuh wanita bukanlah etalase yang bisa dipandang sesukanya dan dinilai dengan uang dan ketenaran untuk memuaskan nafsu syahwat belaka. Jadi Miss Universe? Nggak deh! Begitu dong. Tetep semangat! [solihin]
(Buletin STUDIA – Edisi 248/Tahun ke-6/13 Juni 2005)