Friday, 22 November 2024, 20:58

Aksi demo menentang kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan tarif telepon marak di berbagai kota. Hampir tiap hari petugas keamanan dan pihak terkait dibikin pusing. Istana Negara dijejali ribuan pendemo, begitupun gedung DPR/MPR jadi tempat para pengunjuk rasa untuk menumpahkan sumpah serapah, keluh kesah, dan harapannya kepada pemerintah.

Di berbagai daerah juga marak euy. Kayaknya hampir tiap hari tuh unjuk rasa aktif digelar. Beberapa di antaranya berakhir dengan bentrokan antara petugas keamanan dan massa pengunjuk rasa.

Nah, menyikapi maraknya aksi unjuk rasa tersebut, kira-kira apa sih yang ada dalam benak kamu? Mungkin, sebagian dari kamu menganggap bahwa itu adalah bagian dari aktivitas politik para mahasiswa. Sebagian lagi memandang cuek bebek aja. Bahkan dengan sinis berkomentar kalo yang demo tuh sebetulnya para mahasiswa yang jeblok nilai akademiknya. Pura-pura jadi hero saat unjuk rasa, padalah kuliahnya berantakan. Sebagian yang lain lagi menganggap bahwa para demonstran itu cuma ngerecokin pemerintah yang memang lagi morat-marit ini. Dengan kata lain kamu pro terhadap keputusan pemerintah yang kontroversial itu. Yup, ternyata beragam juga ya pendapat teman-teman ini.

Sobat muda muslim, pendapat-pendapat tadi sebetulnya mencerminkan pemahaman kamu terhadap masalah tersebut. Juga mencerminkan tingkat darpol, alias sadar politik kamu terhadap kasus itu. Di sinilah kita bisa melihat dan menilai sejauh mana kapasitas kamu dalam memahami berbagai peristiwa yang berkembang. Dengan begitu, diharapkan bisa memperbaiki jika ada yang belum maksimal, dan mengkritisi jika memang ada yang salah dengan pemahaman kamu. Tul nggak?

Peristiwa yang berkembang sejak awal tahun ini mau nggak mau emang menyita perhatian seluruh rakyat di negeri ini, termasuk remaja macam kamu. Sebab, dampaknya bisa luas banget. Boleh jadi skala internasional nantinya. Nggak mustahil kan?

Oke deh, sekarang kita nggak bakalan banyak membahas soal perkembangan peristiwa tersebut. Nggak bakalan. Sebab masalah ini masih akan terus menggelinding. Ibarat cerita bersambung, bakal masih ada kejutan lain di waktu depan. Lagi pula info-info seputar kasus itu bisa kamu ikuti sendiri beritanya di televisi, radio, internet, juga di surat kabar, majalah, dan tabloid. Pelototin deh ampe abis. Jangan bosen ngikuti berita. Dalam tulisan ini kita nggak bakalan ngebahas sampe ngebudah tentang kasus itu. Tapi, kita ingin menjelaskan tentang apa itu kesadaran politik. Harapannya, supaya kamu juga bisa paham. Nggak cuma menjadi penikmat, apalagi jadi objek penderita. Sebaliknya, justru kamu kudu bisa memberikan pencerahan. Setuju kan?

Sobat muda muslim, boleh jadi kalo diajukan pertanyaan seputar politik kepadamu, akan dijawab bahwa aktivitas politik selalu berakhir dengan pengejaran, penangkapan, pemenjaraan, penyiksaan, bahkan pembunuhan para aktivisnya. Itu politik praktis, lho.

Sangat boleh jadi juga, jika ada orang yang udah hapal banyak peristiwa politik dan tokoh-tokoh, secara spontan kita menilai bahwa mereka udah punya kesadaran politik. Tapi benarkah semua dugaan itu? Kalo salah, seperti apa sih yang dimaksud dengan kesadaran politik itu? Kita jadi kepengen juga ikutan membahas masalah ini. Maklum, masalah ini selalu jadi sorotan dan menarik hati. Seru abis!

Apa sih politik itu?
Kata pepatah, “tak kenal maka ta’ruf, eh, tak kenal maka tak sayang.� Pepatah ini mengandung pengertian bahwa kalo nggak mengenal terhadap sesuatu atau seseorang, maka sudah ada jaminan kalo kamu nggak bakalan punya perhatian sama sesuatu atau seseorang itu. Nah, ketika kita ngomongin soal Islam, itu artinya, kalo nggak kenal sama Islam, nggak akan muncul rasa memiliki tentang Islam. Kalo kita nggak ngeh dengan Islam, nggak bakalan tumbuh rasa memiliki dan menghargai aturan-aturannya. Padahal, kalo kita ngeh neh, kita bisa tahu hebatnya Islam. Bener. Islam nggak hanya mengatur urusan ibadah ritual aja seperti sholat, zakat, puasa, dan sejenisnya. Tapi, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini juga mengatur urusan ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, peradilan, perundang-undangan, politik, sampe pemerintahan. Lengkap pokoknya. Itu sebabnya, Islam disebut sebagai ideologi. Begitu!

Sobat muda muslim, sebelum kita ngebahas apa itu kesadaran politik. Kamu perlu tahu dulu istilah politik. Supaya nggak kebalik-balik nantinya. Atau malah salah memahami politik secara benar. Tul nggak?

Nah, apa sih pengertian politik? Kalo berdasarkan pemahaman yang ada sekarang, politik itu memang berarti sesuatu yang �kejam’. Gimana nggak, wong dalam sebuah pameo dikatakan, bahwa dalam politik tidak ada musuh yang abadi, tidak ada kawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Gedubrak! Seperti itukah?

Kamu bisa saksikan sendiri atuh. Gimana para pemimpin negeri ini saling jegal, saling sikut, saling serang untuk dapat menduduki jabatan empuk dan basah. Bila perlu, mengamalkan politik �dagang sapi’. Inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai the struggle for power (perjuangan memperebutkan kekuasaan). Udah lupa deh kepada rakyat yang seharusnya diurus. Kalo gitu, nggak salah-salah amat dong lagunya Bang Iwan Fals yang ngetop di tahun 80-an, yang syairnya kayak gini nih, “Setan-setan politik yang datang mencekik, walau di musim paceklik tetap mencekik, Apakah selamanya politik itu kejam. Apakah selamanya dia datang �tuk menghantam…�

Bila politik identik dengan beginian, maka yakin deh bakalan banyak orang berpandangan miring terhadap aktivitas politik. Mungkin saja kemudian orang nggak suka (termasuk takut) berurusan dengan politik. Itu sebabnya, pandangan seperti itu kudu segera di-delete dari direktori di otak kita, terus masukkin deh ke recylce bin, lalu klik empty recycle bin. Pokoknya bener-bener dihilangkan! (idih, kayak di komputer aja ya? He..he..he..)

Bagaimana pengertian politik menurut Islam? Dalam kitab Mafahim Siyasiyah dijelaskan bahwa politik adalah ri’ayatusy syu’unil ummah dakhiliyan wa kharijiyan bi hukmin mu’ayanin, (pengaturan urusan ummat di dalam negeri dan luar negeri, dengan hukum tertentu). Kalo kita bicara Islam, maka pengaturan tersebut menggunakan aturan Islam. Kalo bicara kapitalisme, maka hukum yang digunakan adalah kapitalisme. Begitu pula dengan sosialisme dan komunisme.

Nah, adapun pengaturan urusan ummat tidak melulu urusan pemerintahan seperti sangkaan banyak orang selama ini, melainkan termasuk di dalamnya aspek ekonomi (iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima’i), pendidikan (tarbiyah) dan lain-lain.

Buktinya apa tuh? Islam, udah ngatur masalah ini sejak pertama kali Rasulullah saw. mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, sampe terakhir di Turki. Sepanjang rentang waktu itu, masyarakat dan negara diatur oleh Islam. Sayangnya, sejak tanggal 3 Maret 1924, yakni saat Musthafa Kemal at-Taturk, pria jahat dan ambisius keturunan Yahudi menghancurkan pemerintahan Islam di Turki atas bantuan agen-agen Inggris, Islam nggak lagi diterapkan sebagai sebuah ideologi negara. Sampe sekarang lho.

Akibatnya, pemuda dan pemudi Islam masa kini nggak nyetel dalam memahami Islam sebagai sebuah ideologi negara. Generasi Islam kontemporer cuma mengenal dan memahami Islam sebagai ibadah ritual belaka. Jadinya, nggak ngeh kalo Islam tuh sebuah ideologi. Akibatnya, ketika memahami istilah politik dalam pandangan Islam aja suka kerepotan. Kalo udah gitu, pastinya juga nggak bakalan sadar politik.

Jadi sadar politik itu…
Nah, kalo kamu sekarang udah ngeh dengan pengertian politik menurut Islam ini, kita ajak untuk memahami apa yang dimaksud dengan kesadaran politik.

Suatu ketika Khalifah Umar bin Khaththab berpidato di hadapan kaum muslimin. Usai berpidato seorang pemuda berdiri sambil mengacungkan pedang, lalu berteriak, “Wahai Umar, apabila kami melihat engkau menyimpang, kami akan meluruskanmu dengan pedang ini.â€??  Wah, ada nggak sekarang remaja macam kita-kita ini yang begitu? Kayaknya sih, tak ada. Nggak percaya? Coba aja adain survei!

Umar yang mendengar pernyataan tadi kontan mengucapkan hamdalah. Ternyata masih ada manusia, tepatnya pemuda, yang berani mengungkapkan kebenaran.

Riwayat yang singkat ini bisa memberikan gambaran yang jelas kepada kita pekatnya suasana kehidupan berpolitik dalam Islam. Inilah aktivitas muhasabah lil hukam alias mengoreksi penguasa atau amar ma’ruf nahyi munkar, wajib dilakukan kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Pokoknya every where, every time, and everyone. Kamu bisa bayangkan sendiri, seorang khalifah, kepala negara Islam, dinasihati oleh anak kecil seusia kamu. Hebat bukan? Dengan begitu kehidupan akan senantiasa berjalan dengan normal dan ideal. Pahami ya?

Dalam Islam, memang ini kewajiban bagi ummatnya yang sudah akil baligh. Untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam. Termasuk itu tadi, amar ma’ruf nahyi munkar. Begitupun setiap muslim wajib untuk memiliki kesadaran politik. Sabda Rasulullah saw.: “Barang siapa yang bangun pagi hari dengan tidak memikirkan kepentingan kaum muslimin, maka mereka tidak termasuk golonganku.� (al-Hadits)

Dalam riwayat lain, beliau mengingatkan kaum muslimin agar tidak lalai melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar. Sabdanya: “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kalaulah kalian tidak memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, maka hampir-hampir Allah memberikan adzab-Nya, kemudian kalian berdoa dan tidak dikabulkan doanya.� (al-Hadits)

Muhammad Muhammad Ismail dalam kitab al-Fikru al-Islamiy menyebutkan bahwa kesadaran politik (wa’yu siyasi) haruslah terdiri dari dua unsur. Pertama, kesadaran itu haruslah bersifat universal atau mendunia (internasional). Bukan kesadaran yang bersifat lokal semata. Kedua, kesadaran politik yang dimiliki harus berdasarkan sudut pandang yang khas (zawiyatun khashshah).

Kesadaran politik yang kita miliki kudu bisa melanglang buana. Artinya, kita kudu ngeh dengan urusan or peritiwa yang berkembang di belahan dunia lain. Sewaktu kaum muslimin masih berada di Mekkah dan belum memiliki kekuasaan, Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. bersama Rasulullah saw., membuat semacam �taruhan’ untuk peperangan antara Romawi dan Persia yang berada jauh dari Mekkah. Padahal, saat itu siapapun yang memenangkan perang nggak bakal menguntungkan kaum muslimin yang tertindas di Mekkah. Nah, ini membuktikan bahwa Abu Bakar r.a memiliki kesadaran politik yang cukup tinggi. Tuh, kan, Islam memang mampu mencerahkan pemikiran manusia. Jadi, kudu bangga dong menyandang predikat muslim? Siap!

Nah, sudut pandang yang kudu dimiliki juga harus berdasarkan Islam. Nggak boleh ideologi lain. Meski demikian tetap objektif dong. Maksudnya jeli dalam �membaca’ peristiwa yang terjadi. Ketelitian dan keakuratan memahami peristiwa politik, mutlak harus kamu miliki.

Seperti sekarang neh, saat gencar-gencarnya berita tentang kasus “Bom Bali� yang memojokkan Islam dan umatnya. Kamu jangan langsung ikutan terbawa arus berita, lalu takut disebut aktivis Islam. Itu salah. Sebab, yang namanya berita bisa dikamuflase. Bergantung siapa yang menguasai opini. Perlu kamu tahu, Amrik punya kepentingan tuh untuk menghancurkan Islam. Pasti.

Boleh jadi yag ditangkap adalah orang suruhan aja. Atau kalo pun bener aktivis Islam, mereka biasanya kena jebak permainan intelijen. Kasihan memang.

Amrik dan para begundalnya selalu menuding para pejuang Islam dengan sebutan teroris. Maklum saja, karena Amrik nggak suka Islam kembali memimpin dunia ini. Nggak ada bedanya dengan Belanda yang kelabakan saat para pejuang negeri ini dulu bergerak menyerang penjajah. Belanda mengatakan bahwa pejuang negeri ini pemberontak dan pengacau. Apa nggak salah tuh? Coba, siapa nyang kagak nyelekit dikatain begitu? Tul nggak?

Kalo sekarang marak demo menentang kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan tarif telepon, kita kudu menyikapi dengan kesadaran politik yang oke. Jangan sampe kita memandang sepintas aja. Yakinlah bahwa ini buah dari diterapkannya sistem kapitalisme. Jadi, kalo mau unjuk rasa, minta negara supaya mengganti sistem kapitalisme dengan Islam.

Oke deh, jangan bengong aja. Sekarang berkemas untuk belajar. Perdalam ajaran Islam, dan tingkatkan terus kesadaran politik kamu. We are the champion my friends!

(Buletin Studia – Edisi 128/Tahun ke-4/20 Januari 2003)

1 thought on “Remaja Sadar Politik? Kudu!

  1. “Yakinlah bahwa ini buah dari diterapkannya sistem kapitalisme. Jadi, kalo mau unjuk rasa, minta negara supaya mengganti sistem kapitalisme dengan Islam.”
    wahhhh….sory…sory aj nie…kyknya tu pendapat yg satu tu agak radikal…aku ni muslimah…tapi ga stuju dg pndpt itu…knp? krn kita jgn lupa bhwa bangsa indonesia sudah berideologi pancasila yg berlaku bagi seluruh umat indonesia. klo ganti pemerintahan ke sistem islam, itu namanya kepentingan golongan aja donk! ga bisa gt…krn indonesia ini beragam budaya, suku, dan agama…jd klo terlalu mementingan kpentingan sendiri kita sama kyk amerika dong!!!

Comments are closed.