Ia lahir dan besar dalam lingkungan Kristen. Tapi kemudian berganti-ganti agama. Pelariannya berakhir pada pelukan Islam
Benar kata orang, Islam benar-benar indah dan agama yang sangat mulia.
Walaupun selama ini cap buruk telah? diberikan kepada Islam dan umat Islam pada umumnya, namun buktinya ia berhasil mendapatkan pengikutnya dan berkembang selama hampir 15 abad. Islam, dalam beberapa kata singkat, adalah hidupku. Dan? Allah adalah sebuah kekuatan dalam hidupku. Tanpa Allah, saya bukanlah apa-apa.
Ketika saya duduk untuk menulis pengantar ini, saya tidak bermaksud untuk mengirim seluruh kisah kembalinya saya dalam pelukan Islam.? Semakin saya berpikir tentang hal ini, semakin saya menyadari bahwa ini adalah tempat yang tepat untuk cerita.
Aku dibaptis saat lahir saat masih kecil, saat pra-sekolah di Detroit, Michigan. Semenjak itu, gereja selalu menjadi bagian dari anak usia dini di Detroit, walaupun keluarga saya tidak pergi setiap minggu.? Tapi ketika orangtuaku? pindah ke North Carolina, mereka sudah mulai rajin? ke gereja.
Saya harus selalu pergi ke sekolah Katolik. Karenanya, dari kelas saya mengenal pertama kali kehidupan Yesus, Bunda Maria, para Rasul, Alkitab, dan Sakramen.? Saya pertama kali mendapat? “first holy communion” pada usia 7 tahun.
Pada September 1995, lokal sekelompok orang Katolik Ortodoks dari Libanon (Melkite Byzantine Catholic) mengadakan liturgi di gereja kami. Saya pergi dengan ibu saya, dan saya jatuh cinta. Hal? paling indah saya pernah melihat, saya dengar, dan saya rasakan.? Liturgi tradisional, yang dinyanyikan dalam bahasa Inggris, Arab, dan Yunani. Dengan lilin, ikon, dan banyak kemenyan.
Ketika teman-teman saya baru belajar tentang gereja, mereka tidak pernah mencela saya, namun mereka tidak memahami mengapa saya menyukai Katolik Melkite Byzantine.? Beberapa orang menyatakan bahwa saya melakukan untuk mencari perhatian. Tapi bagi saya,? saya telah melakukan sesuatu yang sedikit lebih mengejutkan dan luar biasa!
Konflik Serius
Saya terus pergi ke gereja Melkite setiap hari minggu sampai pertengahan Maret tahun 1996.? Namun suatu hari, tepatnya 40 hari sebelum Paskah,? saya mempunyai pertengkaran serius pertama saya dengan agama Keristen. Sesungguhnya saya kurang yakin apa yang sedangb terjadi.? Tetapi tiba-tiba, saya berhenti percaya pada agama Kristen.
Untuk beberapa alasan, sesaat saya merasa? Judaisme adalah satu-satunya agama monotheistic yang paling baik yang? saya tahu. Dan akhirnya Aku pergi pada hari Sabat di sinagog Yahudi dengan teman orangtua saya.? Saya selalu tertarik budaya Yahudi, tapi saya tidak tahu banyak tentang agama Yahudi.
Saya mulai menghadiri layanan Sabat pada hari Minggu pagi.? Walaupun saya telah cukup baik diterima oleh orang-orang Yahudi di kota, saya juga banyak mendapat kritikan dari teman saya.? Sekali lagi, saya dituduh mencoba untuk mendapatkan perhatian, yang berusaha untuk menjadi berbeda.
Apapun perkataan orang,? saya perlahan mulai mengadopsi Judaisme dan Yahudi mengikuti praktek-praktek budaya dan agama mereka.? Saya juga mulai belajar untuk bahasa Ibrani tiap Sabat di hari Sabtu.
Pada saat saya mulai sekolah menengah pada tahun 1996, orang-orang memanggil saya “The kid who thinks he’s Yahudi.”[anak yang berpikir dia Yahudi]. Saya bahkan berencana? pindah ke Israel.? Tapi sedikit yang saya tahu, bahwa “kemesrahan” ku? dengan Yahudi supanya akan segera berakhir.
Suatu hari, saat Thanksgiving, saya sedang duduk di rumah menghadap Internet, untuk mencari satu dua situs yang menarik.? Mulailah saya mencari majalah melalui Internet. Terkejutlah saya ketika menangkap sebuah situs? Ibrahim Shafi’s Islam Page. Saya berhadapan dengan sebuah situs Islam.
Apa yang saya pahami tentang Islam? Tak banyak. Namun saya mempunyai teman di sekolah seorang Muslim, ibu saya bekerja dengan orang Muslim.? Namun, pengetahuan tentang Islam itu sangatlah terbatas.? Sebagian besar apa yang saya tahu berasal dari? buku. Yang membuat saya mengkerut ketika menyebut Islam perlakuan perempuan dengan sangat mulia.
Rupanya, saya mulai mempelajari Islam melalui web.? Saya segera “ngerumpi” di room chat di sebuah channel IRC (Internet Relay Chat) guna mencari teman Muslim sebanyak-banyaknya. Dari sanalah,? saya mulai syahadat dan menyatakan diri memeluik Islam.
Kehidupan saya merasa baik, tetapi saya tetap tidak merasa bahwa saya adalah bagian dari umat Islam. Persoalannya, karena saya tidak menyatakan syahadat di depan saksi.
Nah, kesempatan untuk menjadi seorang Muslim di hadapan umat Islam lainnya datang selama perjalanan ke Chicago. Saudara perempuan saya pergi ke Universitas Chicago dan saya menyadari bahwa ada? MSA (Muslim Student Association) di sana. Akhirnya, melalui MSA aku resmi menyatakan besaksi kepada Allah dan Rasul Allah memeluk Islam.
Sekarang, nama baruku berganti menjadi? Tariq Ali. Namun, kadang, sehari-hari tetap dipanggil Tommy.
Meski telah memekuk Islam, masih banyak orang masih meledekku akibat agama masa laluku. “Apa agama Anda minggu ini, Tommy?”. Dan biasanya, saya jelaskan,? “Saya telah Muslim.” Dan jika mereka tertarik dan bekepentingan, saya jelaskan lebih jauh agama saya yang sangat hebat ini. [cerita Tommy dimuat situs www.daily.pk/www.hidayatullah.com]