Monday, 25 November 2024, 04:14

Siapa bilang demokrasi menciptakan kemaslahatan? Kenyataannya ia menindas kemanusiaan. Melegalkan amoralitas. Benarkah ia cacat sejak lahir?

Kalau ciptaan manusia yang dipuja bahkan disembah banyak orang, maka itu adalah demokrasi. Suer, baca aja di berbagai literatur, koran, majalah atau denger komentar para pakar di radio dan televisi, bahkan para khatib dan ustad di mesjid, mereka mengagungkan demokrasi. Seolah-olah demokrasi itu adalah sesuatu yang sakral (suci), bebas dari kesalahan.

Memperjuangkan demokrasi juga sudah dianggap sebagai perjuangan suci, dan pelakunya layak mendapat gelar pahlawan. Momen penegakkan demokrasi pun lebih dihapal orang daripada momen yang lain, apalagi perjuangan Islam. Orang lebih terkesan dengan Tragedi Tiananmen di Cina yang menelan banyak korban mahasiswa pro-demokrasi, atau lebih terkesan dengan Aung San Su Kyi di Birma yang juga memperjuangkan demokrasi, daripada perjuangan muslim Palestina. Orang yang memekikkan demokrasi pun serasa lebih heroik ketimbang meneriakkan khilafah atau Islam.

Bahkan kini ada upaya mengerdilkan Islam di hadapan demokrasi, dengan mengatakan bahwa demokrasi adalah bagian dari ajaran Islam. Bahkan tidak sedikit orang berani bilang kalau demokrasi itu ya Islam itu sendiri. Malah beberapa waktu silam seorang cendekiawan muslim di tanah air dengan berani menyebutkan bahwa Allah itu “Mahademokratis�. Subhanallah �amma yashifuun.

Penyebab demokrasi amat disakralkan, karena ia konon lahir dari sebuah revolusi berdarah-darah umat manusia melawan kedzaliman, praktik otoritarian. Yaitu upaya reaksioner kaum filsuf, cendekiawan dan rakyat nasrani yang ditindas para kaisar di Eropa yang disahkan pihak gereja. Sejarah yang kemudian didramatisir ini lalu dianggap sebagai sebuah pencerahan [renaissance] umat manusia dari kegelapan [aufklarung/dark ages].

Demokrasi juga dianggap sebagai ideologi suci anti tiran dan kediktatoran. Ia dianggap sebagai suara rakyat. Slogannya; dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Atau demokrasi itu adalah perwujudan dari spirit liberte, egalite, fraternite (kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan). Melawan demokrasi berarti melawan suara rakyat, dan suara rakyat itu adalah kebenaran. Dengan gegabah para pendukung demokrasi sesumbar suara rakyat adalah suara tuhan (vox populi, vox dei).

Tapi benarkah demokrasi itu segala-galanya? Ide yang tak pernah salah?

Sejarah Demokrasi
Seperti yang kita sering baca dalam pelajaran sejarah atau PPKN [dulu PMP], negara yang pertama kali melaksanakan sistem demokrasi adalah Athena. Ia tepatnya berupa negara-kota yang terletak di Yunani. Menurut pelajaran yang sering kita baca, di Athena, pemerintahan dijalankan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Proses pemerintahan di Athena itu dimulai oleh Kleistenes pada tahun 507 sebelum Masehi dengan perubahan konstitusi dan diselesaikan oleh Efialtes pada tahun 462-461 sebelum Masehi. Efialtes melucuti kekuasaan kaum aristokrat kecuali beberapa fungsi hukum dalam?  perkara pembunuhan, dan beberapa tugas keagamaan. Karena tindakan ini para bangsawan membunuh Efialtes, tetapi demokrasinya tetap hidup.

Setelah kematian Efialtes, tidak ada badan politik yang lebih berkuasa daripada Dewan Rakyat. Dewan Rakyat di Athena terbuka bagi semua warga negara lelaki yang merdeka dan sudah dewasa, tidak peduli pendapatan atau tingkatannya. Pertemuan diadakan 40 kali setahun, biasanya di suatu tempat yang disebut Pniks, suatu amfiteater alam pada salah satu bukit di sebelah barat Akropolis. Dalam teori, setiap anggota Dewan Rakyat dapat mengatakan apa saja, asalkan ia dapat menguasai pendengar. Tetapi demi alasan praktis, acara resmi juga ada. Acara ini disiapkan oleh sebuah Panitia yang terdiri dari 500 orang, 50 orang dari setiap suku bangsa Attika yang semuanya meliputi 10 suku. Mereka itu dipilih dengan undian dari daftar sukarelawan, yang semuanya warga negara berumur 30 tahun lebih. Panitia ini tidak mengekang Dewan Rakyat, tetapi hanya mempermudah segala langkahnya. Anggota Panitia selalu dibayar dan bertugas selama satu tahun. Sesudah selang waktu, ia dapat dipilih lagi untuk tahun kedua, tetapi tidak pernah bertugas selama lebih dari dua tahun.

Dalam Panitia itu terdapat panitia yang lebih kecil dan terdiri dari 50 orang. Panitia ini disebut Pritanea dan berkumpul setiap hari; praktis merekalah yang menjalankan pemerintahan. Susunan Pritanea diubah 10 kali dalam setahun dan ketuanya, kedudukan eksekutif paling tinggi, berganti setiap hari. Dalam teori tidak ada orang yang cukup lama memegang tampuk kekuasaan sehingga merasa mengakar di dalamnya. Tetapi dalam kenyataan kemungkinan ini terbuka bagi suatu golongan orang: 10 panglima angkatan bersenjata yang langsung dipilih dari Dewan Rakyat dan bertugas selama satu tahun. Seorang panglima dapat dipilih kembali berkali-kali.

Salah seorang tokoh penting pada masa jaya Athena ialah Perikles, seorang prajurit, aristokrat, ahli pidato, dan warga kota pertama. Pada musim dingin tahun 431-430 sebelum Masehi, ketika perang Peloponnesus mulai, Perikles menyampaikan suatu pidato pemakaman. Alih-alih menghormati yang gugur saja, ia memilih memuliakan Athena:

“Konstitusi kita disebut demokrasi, karena kekuasaan tidak ada di tangan segolongan kecil melainkan di tangan seluruh rakyat. Dalam menyelesaikan masalah pribadi, semua orang setara di hadapan hukum; bila soalnya ialah memilih seseorang di atas orang lain untuk jabatan dengan tanggung jawab umum, yang diperhitungkan bukan keanggotaannya dalam salah satu golongan tertentu, tetapi kecakapan orang itu. Di sini setiap orang tidak hanya menaruh perhatian akan urusannya sendiri, melainkan juga urusan negara. … Tetapi yang benar-benar dapat disebut berani ialah orang yang sudah mengerti apa yang enak di dalam hidup ini dan apa yang menggemparkan, lalu maju tanpa gentar untuk menghadapi apa yang datang.”

Perbudakan & Diskriminasi Wanita
Nyatanya, Athena bukanlah sebuah negara yang beradab. Slogan demokrasi yang sering menjulang dengan kata-kata liberte, fraternite, dan egalite, tidak pernah terwujud di Athena. Para ahli sejarah mencatat bahwa Athena adalah daerah pertama yang mempraktikkan perbudakan. Hal itu terjadi sekitar tahun 600 SM. Diperkirakan sekitar 100 ribu penduduk Athena adalah para budak. Itu berarti meliputi hampir sepertiga hingga setengah penduduk Athena adalah budak. Setiap penduduk Athena – kecuali yang teramat miskin – memiliki minimal satu budak. Pun, ketika proses pemerintahan demokrasi berlangsung, perbudakan itu masih terus berjalan. Bahkan filsuf terkenal Plato memiliki 50 budak. Ia juga memiliki ratusan budak yang disewakan pada orang lain. Ironis, padahal Plato adalah salah satu konseptor negara demokrasi.

Perbudakan juga terus berlanjut meski seorang budak telah dimerdekakan. Caranya, seorang budak yang telah dimerdekakan tidak dapat disebut sebagai “orang merdeka” (free person), melainkan “orang yang dimerdekakan” (freed person) atau dalam istilah Yunani ia disebut sebagai metic. Seorang freed person memiliki hak yang lebih sedikit daripada orang merdeka.?  Mereka tidak dapat menduduki posisi di pemerintahan dan mereka juga harus membayar pajak spesial.

Bagaimana dengan hak-hak politik di Yunani? Para sejarawan menuliskan bahwa demokrasi Yunani tetap bertumpu pada aristokrasi (kaum ningrat/bangsawan), hanya penduduk dari kalangan atas saja yang diperbolehkan mengikuti pemilu. Maka, demokrasi yang dipraktikkan di Yunani tidak lebih dari sekedar rezim aristokrat.

Nasib kaum wanita yang konon bakal lebih berharga dengan demokrasi, juga tak terbukti di Athena. Bila dibandingkan dengan kondisi sosial saat itu, kaum wanita Athena hanya satu tingkat lebih sedikit di atas para budak. Sejak mereka lahir mereka tidak diharapkan untuk belajar membaca dan menulis. Tentang belajar membaca dan menulis bagi wanita, filsuf Yunani Menander menulis, “Mengajarkan seorang wanita membaca dan menulis? Mengerikan! Itu sama saja seperti memberikan umpan seekor ular berbisa dengan racun yang lebih banyak.” Pengarang dan filsuf lain pun berpendapat sama tentang wanita.

Kaum wanita di Athena terbagi menjadi tiga kelas. Yang paling rendah adalah para budak wanita, mereka melakukan berbagai pekerjaan kasar di sektor domestik (rumah), dan membantu istri majikan mereka mengasuh anak. Kelas kedua adalah para wanita penduduk biasa. Sedangkan kelas ketiga – yang paling teratas – adalah yang dikenal dengan sebutan Hetaerae. Tidak seperti kelompok pertama dan kedua, kaum Hetaerae mendapatkan pelajaran membaca, menulis, dan musik. Hanya saja, kalangan wanita Hetaerae ini sebenarnya tidak lebih dari kaum pelacur kelas atas.

Itulah demokrasi Athena, melestarikan perbudakan dan menghinakan kaum wantia.

Demokrasi Modern
Bisa saja para aktivis pro-demokrasi beralibi kalau itu semua adalah fase awal demokrasi. Sehingga dapat dimaklumi bila masih terwarnai nuansa primitif. Lagipula demokrasi adalah suatu ide yang berkembang sesuai dengan dinamika jaman dan kehidupan manusia.

Alibi itu terlalu berlebihan. Karena demokrasi modern pun masih menyisakan berbagai praktik anti-kemanusiaan seperti di Athena. Perbudakan misalkan, terjadi di Amerika Serikat, negara kampiun demokrat. Bahkan ia. Hal ini tercantum dalam amandemen XIII butir pertama dari konstitusi AS:

“Neither slavery nor involuntary servitude, except as a punishment for crime whereof the party shall have been duly convicted, shall exist within the United States, or any place subject to their jurisdiction.”

(Baik perbudakan ataupun kerja paksa, kecuali sebagai hukuman atas kejahatan yang sudah pasti, diperbolehkan eksis di AS, atau tempat manapun yang merupakan wilayah hukumnya).

Para founding father (pendiri negeri) Paman Sam itu juga mempraktikkan perbudakan di tengah-tengah seruan kemerdekaan dan demokrasi. George Washington contohnya, pada usia 11 tahun ia sudah memiliki 10 budak. Di usia 22 ia mempekerjakan dengan paksa 36 budak. Saat ia mati di AS ada sekitar 316 budak, dan 123 di antaranya adalah miliknya.

Hebatnya, untuk menutupi aib memalukan tersebut, pemerintah AS membangun Monumen Liberty Bell Center – monumen kemerdekaan AS — di Philadelphia bersebelahan dengan area bekas George Washington menempatkan para budaknya.

“Sejarah kita sering direkayasa dan dimanipulasi (tapi) kebenarannya telah dibunuh di Philadelphia,” komentar Nash, seorang profesor sejarah di UCLA dan seorang pakar Revolusi Amerika.

Thomas Jefferson, salah seorang founding father AS sekaligus presiden pertama, malah bertindak lebih parah. Ia berselingkuh dengan salah seorang budaknya, Sally Hemmings, hingga menghasilkan dua orang anak. Ironi, karena Jefferson dipuja rakyat AS sebagai seorang pahlawan anti tiran. Salah satu ucapannya yang terkenal masih diabadikan oleh para pelajar di AS.

“Aku telah bersumpah di depan altar Tuhan untuk melakukan perlawanan terus menerus terhadap setiap bentuk tirani yang berada dalam pikiran manusia.”

Soal diskriminasi terhadap kaum wanita juga masih dipraktikkan oleh demokrasi modern. Menjelang pemilu 5 April 2004 berbagai tuntutan terhadap hak-hak politik perempuan juga masih berkumandang. Sebagian feminis menuntut kuota 30% kursi di legislatif untuk kaum wanita. Bukankah ini tanda kaum wanita masih terdiskriminasi?
? 
Khatimah
Jelaslah bahwa demokrasi adalah sebuah ide yang cacat sejak lahir. Ia mempraktikkan dan mengesahkan kegiatan anti-kemanusiaan. Terlebih lagi dasar pijakan dari demokrasi adalah sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan. Untuk membela asasnya itu, demokrasi kerap melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan prinsip demokrasi, namun disahkan olehnya.

Hal ini terbukti di Turki. Tahun 1960 PM Adnan Mandaris, pengganti Mustafa Kemal, dari Partai Demokrasi pernah berusaha mengadopsi kemabli Islam dalam masyarakat Turki. Mandaris memperbolehkan azan kembali dikumandangkan dalam bahasa Arab (sebelumnya dalam bahasa Turki, lafadz Allahu Akbar menjadi Allahu Buyuk), merenovasi mesjid yang rusak, membuka kembali fakultas ushuluddin, dan menghidupkan lagi lembaga tahfidzul Qur’an.

Namun tidak lama kemudian, muncul tentangan dari kalangan militer. Mereka menganggap kebijakan Mandaris membahayakan sekulerisme dan demokrasi. Akhirnya pemerintahan Mandaris dikudeta pada tahun yang sama. Mandaris bersama Ketua Parlemen Bulatuqan dan Menteri Luar Negeri Fatin Zaurli dihukum mati.

Maka, berharap adanya perubahan menuju kehidupan yang Islami dengan jalan demokrasi, ibarat menggantang asap, melakukan sesuatu yang sia-sia. Karenanya kaum muslimin harus sadar bahwa demokrasi telah membunuh karakter Islam dan kaum muslimin. Hanya dengan dakwah Islam-lah kejayaan Islam akan kembali bangkit. [Iwan Januar, dari berbagai sumber]

17 thoughts on “Sejarah Kelam Demokrasi

  1. Jelas islam lebih baik dari segalanya dan hanya orang dungu yang menganggap ada yang lebih baik dari islam. dan fakta membuktikan selama berabad-abat islam tak tertandingi dan memakmurkan seluruh dunia dan di yang diluar islam semuanya membawa kehancuran, padahal hanya beberapa tahun.

  2. Saat ini, ketika kegagalan demokrasi sudah makin nampak, sebagian orang masih sangat yakin demokrasilah satu-satunya jalan dalam mendapatkan kebenaran. Keyakinan yang sangat antilogik. Nampaknya sudah ada yang mulai beriman dengan demokrasi…

    Vox populi vox dei sebagai asas demokrasi adalah perkataan bathil yang langsung bertentangan dengan firman-firman Tuhan dalam Al Quran yang mengatakan kalau kita mengikuti orang banyak, mereka pasti akan menyesatkan kita. Atau fiman Tuhan bahwa kebanyakan orang mengikuti jalan sesat. Atau sedikit sekali hamba-hamba ALLAH yang bersyukur. Artinya, kalau kita ikut suara terbanyak seperti kata demokrasi, pasti kita akan tersesat karena mengikuti orang-orang yang tidak bersyukur.

  3. yang mengatakan
    “cuma manusia dungu kalau ada yang menganggap Islam lebih baik dari demokrasi?.”

    adalah manusia terdungu sedunia…

    tak ada kata ampun baginya…
    menggorok leher anda sampai putus…adalah hukum mutlak untuk anda..

  4. Salam,kalau kita memandang sejarah demokrasi,demokrasi merupakan bentuk penentangan rakyat terhadap syistem diktator yang erat hubungannya antara kaum gereja dan kekaisaran.Suatu kewajaran bagi rakyat untuk menentang syistem ini dan menciptakan syistem baru yg lebih baik. Akan tetapi segala bentuk syistem yang di cptakan oleh manusia cenderung lebih banyak kekurangannya.Dimana pembentukan syistem ini berdasarkan pemikiran atu idiologinya saja,tanpa menghiraukan yang lain.Sama halnya bagi penganut aliran sekuler,liberal dll itulah yang baik menurut mereka,bukan bagi mereka.Satu-satunya jalan untuk menuju kemaslahatan adalah kembali kepada Al-quran dan sunnah,yang jelas tidak ada kekurangan di dalamnya.Itupun bagi orang yang berfikir.Dan orang-orang yang kurang berfikir bahkan sama sekali tidak berfikir,mereka lebih memilih untuk menghambakan dirinya terhadap demokrasi.

  5. hanya orang bodoh yang mengatakan ada sistem yang lebih baik dari islam. semoga Allah mengampuni orang yang berkata karena kejahilannya terhadap dien.Wallahu Musta’an.

  6. betul bahwa al-quran itu tdk mungkin salah. tetapi pelaksana itu tetap manusia bukan? dan manusia bisa salah. contoh pemerintahan islam ideal siapa? ali dibunuh oleh pendukung gubernurnya sendiri, usman ditombak oleh pendukung ali,dinasti abasiyah memenggal seluruh keluarga umayyah kecuali satu (yg kabur ke kordoba), bodygard turki(prekursor ustmani) membunuh 5 sultan abbasiyah dalam 10 thn, kesultanan utsmani, meminta bantuan inggris pd 1825, kehilangan mesir pada 1885 krn korup,kehilangan palestina pd 1916 krn aliansi dgn jerman. kl ini ideal, siapa yg dungu?

  7. bukankah pada diri rasulullah terdapat uswatun hasanah, kenapa mesti repot mencari role model yang lain?. Sebaik baik generasi adalah generasi sahabat bung.. kenapa sampai Ali ra. dibunuh? ya karena ada orang-orang yang melabeli dirinya islam tetapi telah meninggalkan apa yang telah diwariskan nabinya, Muhammad ibnu Abdullah saw(para Khawarij)… bukankah cukup jelas rasulullah saw. telah memerintahkan umat islam untuk tetap tunduk dan patuh terhadap ulil amri, kecuali dalam kemaksiatan. Tidak cukupkah Al quran (QS. An-nisa 59) menjadi dalil atas kewajiban patuh terhadap pemerintah. Buat anda pejuang-pejuang demokrasi (tapi tetap mengaku islam)cukuplah.. untukmu akidahmu dan untukku akidahku.. dan semoga Allah memberi petunjuk atas kalian…

  8. smoga Allah menunjukki kita pada cahaya islam yg benderang..hanya orang dungu, dangkal ilmu dan bukan tidak mungkin hilang akalnya yang mengatakan bahwa ada yang lebih baik dari islam..semoga orang yang berkata demokrasi atau selainnya lebih baik dari islam segera bertobat dengan tobat yang sebenarnya (kalau dia muslim) atau disegerakan azab di dunia dan akhirat tempat yang layak hanya jahannam..
    sesungguhnya sebenar-benar perkataan yang benar adalah kitabullah ( Al -Qur’an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad sholallahu ‘alaihi wassalam…

  9. Untuk tankmarshall,
    Kita banyak terprovokasi oleh para orientalis dan orang2 dungu. Mereka membuat tulisan2 yg menggambarkan pertentangan dalam kelompok di masa lalu demikian hebat. Misalnya di dlm pemerintahan umayyah, abbasyiyyah dll. Hal ini memunculkan pesimisme kita untuk bersatu karena kita digirng oleh para orientalis tadi untuk memiliki kesimpulan bahwa memangn islam sudah terpecah-pecah, shg tidak mungkin dipersatukan lagi. Bahkan selanjutnya menggiring kita untuk tidak lagi beragama islam. Na’uudzubillahi min dzaalik. Kalaulah betul demikian hebat pertentangan umat di masa lalu, apa mungkin islam mencapai kejayaan/kegemilangan selama lebih dari 800 tahun?? Bagaimana bisa terjadi pembangunan/kemakmuran kalau pertentangan demikian hebatnya? Tidak mungkin bukan? Jadi betul bahwa islam adalah agama yang diridhaiNya, dan sistem islamlah yang paling baik di muka bumi ini.

    Kemudian saya ingatkan kita semua, untuk mencapai persatuan umat islam, memang dibutuhkan usaha. Artinya perlu waktu. Jangan cepat sesak nafas. Jangan memfitnah sesama muslim. Kita diingatkan Allah dalam surat al-Kautsar yang ayat 3-nya berbunyi (artinya): Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus. Artinya kalau ada orang yang membenci orang yang ternyata diridhai olehNya karena kesalehannya, maka yang membenci itu akan diputus oleh Allah dari rahmatNya. Na’uudzubillahi min dzaalik.

  10. #
    tankmarshall said,

    on April 28th, 2009 at 11:24

    betul bahwa al-quran itu tdk mungkin salah. tetapi pelaksana itu tetap manusia bukan? dan manusia bisa salah. contoh pemerintahan islam ideal siapa? ali dibunuh oleh pendukung gubernurnya sendiri, usman ditombak oleh pendukung ali,dinasti abasiyah memenggal seluruh keluarga umayyah kecuali satu (yg kabur ke kordoba), bodygard turki(prekursor ustmani) membunuh 5 sultan abbasiyah dalam 10 thn, kesultanan utsmani, meminta bantuan inggris pd 1825, kehilangan mesir pada 1885 krn korup,kehilangan palestina pd 1916 krn aliansi dgn jerman. kl ini ideal, siapa yg dungu?

    Assalamu alaikum wr.wb

    untuk bro tankmarshall

    menarik juga apa yang anda sampaikan, namun sayang sekali tidak didukung dengan data yang kuat, selain itu sumber informasi sebagai dasar anda untuk menyampaikan argumentasi anda di atas, tidak berimbang, cobalah buka sejarah yg di tulis oleh para kaum liberal dan penganutnya lalu bandingkan penulis sejarah kisah yang anda maksud diatas dari kalangan sejarawan yg menulis berdasarkan fakta nyata tanpa melebih lebihkan ataupun mengurangi suatu data, disitu anda pasti akan tercerahkan, Insyah Allah

  11. berbicara demokrasi.. demokrasi adalah jalan saja mereka lahir dengan pertumpahan darah itu wajar sebagi perjuangan sama seperti islam berapa juta darah syuhada yang menetes di tanah untuk mempertahankan islam.. dengan itu semua apakah kita kan berfikir bahwa islam jalan kekerasan.. penyebaran di Indonesia saja diwarnai dengan peperangan… Jihad??? apakah kita akan mengatakan bahwa islam dilahirkan dengan peperangan?? tidak semua itu hanya perjuangan.. mari kita melihat dunia dengan kepala.. melihat Kemaslahatan Allah dengan hati… Ingat kita hanya menyembah ALLAh bukan menyembah ISlam

  12. buka hati,
    buka mata,buka nurani,
    adakah yg lebih baik daripada apa yang diturunkan oleh yang Menciptakan kita?
    seakan manusia itu tidak punya malu, ketika mengatakan Tuhannya bukan Allah,,padahal kalau matanya mau digunakan untuk melihat maka mereka akan melihat bahwa tiada Illah selain Allah,
    apakah berhala2 yang mereka sem,bah akan mendengar do’a mereka?
    apakah sanggup memberi apa yg kita minta???

  13. saya sangat percaya akan alqur’an dan tidak pernah meragukan isinya…

    namun sebagai orang yang mempunyai agama yang sangat bagus dan kebenaran hakiki pda islam… baiknya kita tidak menyombongkan diri akan kebenaran itu. islam yang kita peluk adalah agama yang pada hakikatnya adalah agama yang mengajarkan hubungan baik dengan manusia dan dsengan Allah Swt.. Allah Swt menganugerahkan akal kepada manusia untuk berpikir. sehingga kita dapat lihat bagaimana sejarah manusia pada awalnya, yaitu ketika manusia yang belum mempunyai keilmuan. kitab suci belum diturunkan. bahkan manusia berusaha memanfaatkan anugrah Akalnya. begitulah manusia…

    semoga Allah selalu menajamkan pikiran kita dan menanamkan kasih sayang terhadap semua manusia ciptaanya. Amin

  14. Buat Mat Angin,
    Secara fakta anda cukup cerdas menilai demokrasi bukan pilihan terbaik, tapi anda tidak fair ketika menilai Islam. Secara historis dan empiris sistem Islam tebukti mengantarkan manusia kepada peradaban tinggi dalam berbagai bidang, untuk itu kami generasi muslim bergerak sinergis mengembalikan kejayaan Islam, alasannya sederhana, kami ingin martabat kami yang terinjak – injak hancur lebur oleh demokrasi tegak kembali dalam naungan Islam. Anda mau ikut ? buka mata !

  15. alam makro (bulan, bumi, mtahari, bintang, galaxy dll) tunduk pada aturan allah.., alam mikro (elektron, proton, neutron, molekul, sel dll) tunduk pada aturan allah…, alam indrawi dibumi( pohon, gunung, sungai, air, binatang dll) tunduk pada aturan allah…hanya satu-satunya makhluk yang bernama manusia (kami ciptakan manusia dari setetes MANI, tiba-tiba dia menjadi PEMBANTAH yang nyata) yang sering membantah aturan allah. nikah sesama jenis, sistem pemerintahan, pemarah, dendam, pembenci, sombong dll.
    salah satunya adalah tentu saja DEMOKRASI (ruhnya, idenya) dan segala prangkat hukumnya banyak bersebrangan dengan hukum allah…hukum allah berlaku terus hingga kita mati dan ada keadilan yang mesti di tegakkan di mahkamah ilahi – demokrasi? kita mati, yah sudah habis kita!…PILIH MANA?!

  16. Tidak ada ” demokrasi ” di dunia. Yang ada hanyalah “demo crazy “.
    Apa yang diributkan sebagai demokrasi sesungguhnya adalah sebuah phatamorgana. Adapun pertumpahan darah dan semua kekacauan yang terjadi dan sebagai bumbu demokrasi sebenarnya hanya cara orang-orang melegitimasi bahwa itulah demokrasi. Negara-negara dimana asalnya demokrasi pun seakan sebagai pemilik peta demorasi yang paling sempurna, sehingga berusaha sekuat-kuatnya agar negara-negara di dunia mengikuti cara pandangnya terhadap demokrasi. Kalaupun demokrasi ideal itu ada, pastilah adanya di akhirat.

Comments are closed.