Lingkungan baru, temen-temen baru, atau guru-guru baru. Kondisi ini yang sering ambil bagian dalam balada para siswa baru saat menginjakkan kakinya di sekolah baru. (Hmm…jadi nostalgia deh. Inget waktu masih muda). Yup, memasuki lingkungan baru di sekolah emang punya daya tarik tersendiri. Ada yang bikin bahagia, tapi nggak sedikit juga yang bikin manyun. Ih sebel deh!
Yang bikin bahagia, apalagi kalo bukan petualangan menaklukkan lingkungan baru. Berusaha mencairkan kekakuan antara kita dengan orang-orang �aneh’ yang baru dilihat. Atau saat kita mulai mengkoleksi �benda-benda’ yang bikin kita tetep semangat untuk berangkat sekolah. Mulai dari temen deket, tempat ngeceng, jajanan favorit, guru favorit, lawan jenis favorit, kakak kelas favorit, sampe penjaga pintu gerbang favorit (biar bisa diizinin masuk kalo kesiangan). Seru kan?
Yang bikin manyun, biasanya kita dianggap junior alias anak bawang yang udah dikutuk kudu ngikutin segala bentuk aturan tak tertulis dari para senior. Hiks..hiks..hiks.. Terutama pas hari pertama jalanin masa-masa orientasi atau perkenalan. Bukannya karpet merah atau sambutan meriah yang kita dapet, malah seabrek tugas untuk membawa barang-barang aneh bin ajaib keesokan harinya. Bayangin aja, udah mah rambut di multi-kepang (kepang banyak) pake tali rapia, tas dari keresek item, kaos kaki bola, masih kudu bawa telor seperempat matang atau guling yang isinya benang. Kalo nggak cerdas, alamat kena hukuman tuh. Ampun dah!
Santai aja sobat, suka dan duka di sekolah baru, emang udah biasa. Yang nggak boleh dianggap biasa, saat kita bikin masalah atau malah jadi biang masalah di lingkungan baru. Kita bakal dianggap songong ama kakak kelas, dicemberutin temen seangkatan, dan yang lebih parah berurusan dengan pihak sekolah. Berat tuh tanggung jawabnya. Makanya mumpung masih jadi siswa baru, dari awal kita bikin kesan yang baik untuk semua. Biar pendidikan kita lancar dan yang penting nggak bikin ortu kecebong eh kecewa. Yuk?
Saatnya mencari bekal
Sobat, kisah petualangan kita selaku siswa baru di sekolah baru pastinya diawali saat masa orientasi yang unforgetable. Yup, sejak saat itu pelan-pelan tapi pasti, tanpa kita sadari otomatis kita ngumpulin �bekal’ buat jalanin hari-hari berikutnya. Emang, bekal apa sih yang doyan dikumpulin siswa baru?
Pertama, teman. Keberadaan seorang teman udah jadi kebutuhan primer buat kita dalam bergaul. Apalagi saat memasuki sekolah baru. Berburu teman pantes diagendakan di awal-awal sekolah. Selain bisa berbagi rasa, kecewa, atau bahagia, adanya teman juga bikin kita nggak sendiri dalam lingkungan yang belum dikenal. Meski penting punya teman, bukan berarti kita dapetinnya asal. Bukan berarti pula kita sampe perlu ngadain audisi untuk nyari teman. Ribet amat. Yang penting, kita punya temen selevel sahabat yang saling bantu baik materil maupun spirituil. Kayak Audi dan Nindi gitu deh. Ehm..
Kedua, tempat tinggal (buat yang nge-kost). Untuk pelajar atau mahasiswa yang dateng jauh-jauh dari luar kota, nyari tempat tinggal sementara buat nge-kost nggak bisa disepelein. Selain untuk menghemat ongkos, jadi anak kost punya keuntungan bisa belajar bareng dan lebih bersosialisasi dengan teman sebaya atau masyarakat luas. Nggak heran kalo di lingkungan kampus, aneka macam kost sudah tersedia. Dari yang murah meriah hingga yang mewah dengan fasilitas serba wah. Sesuaikan aja dengan kocek ortu.
Ketiga, kakak kelas. Sebagai senior, kakak kelas yang udah duluan makan asam garam (nggak ada kerjaan ya pake makanin asem ama garem segala) di sekolah pasti punya segudang pengalaman berharga. Pengalaman suka-duka mereka bisa bantu kita lebih siap menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Syukur-syukur nggak cuman pengalaman yang mereka wariskan, tapi juga buku pelajaran yang masih bisa dipake. Lumayan dari pada beli. Seperti kata tukang loak, biar bekas yang penting berkualitas. Makanya, punya kenalan kakak kelas itu penting. Tinggal pandai-pandai kitanya aja nempatin diri di hadapan senior. Nggak pake SKSD (sok kenal sok deket) atau cuek bebek. Yang wajar-wajar aja lah. Ekoy, eh, okey?
Keempat, kegiatan. Setiap sekolah pasti punya kegiatan ekstra kurikuler sebagai media penyaluran bakat seni, olahraga, intelektual, atau agama bagi para siswanya. Nggak ada salahnya kalo kita ambil salah satu. Siapa tahu bisa menggali bakat kita yang terpendam. Plusnya lagi, para penghuni eks. skul biasanya nggak bikin gap meski beda generasi dan latar belakang. Temen beda kelas, kakak kelas, alumni, sampe guru semuanya berbaur. Itu artinya kita bakal punya lebih banyak temen dan kenalan. Asyik dong?
Ngumpulin bekal yang asyik
Sobat, daftar perbekalan yang kita kumpulin untuk ngadepin situasi kondisi di lingkungan sekolah baru selalu punya dua kencenderungan. Baik dan buruk. Tergantung bekal seperti apa yang kita pilih. Itu sebabnya, kita kudu hati-hati bin selektif dalam memilihnya. Bukannya pilih kasih, cuma jaga-jaga aja. Kalo salah pilih, bukannya membantu malah menjerumuskan kita. Berabe banget kan?
Pertama, teman. Untuk urusan temen, Rasulullah saw. mengingatkan kita dalam sabdanya: “orang itu mengikuti agama teman dekatnya, karena itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman dekat� (HR. Tirmidzi)
Teman yang baik akan memberikan pengaruh yang baik buat kita. Dalam belajar, bergaul, atau menghadapi masalah. Sehingga kita merasa nyaman bersamanya tanpa khawatir melupakan kewajiban belajar atau beribadah pada Allah Swt. Itu berarti teman yang baik nggak sungkan untuk saling menasihati dan mengingatkan di saat khilaf. Figur teman yang baik model gini lahir dari ketaatannya pada Allah dan RasulNya. So, carilah teman yang bisa ngajak kita untuk taat, bukan bermaksiat. Kalo soal penampilan, itu mah selera masing-masing. Silahkan aja pilih yang borju, gaul, sporty, tawadhu, funky, atau nyantri, yang penting takwa. Yuk!
Kedua, tempat tinggal. Selain teman, lingkungan sekitar juga punya pengaruh yang kuat dalam membentuk watak dan karakter kita. Abu Musa meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “perumpamaan tentang teman duduk yang shalih dan teman duduk yang buruk adalah ibarat penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Maka dari penjual minyak wangi kalian bisa mendapatkan minyak wangi atau mencium keharumannya, sedangkan dari tukang pandai besi kalian bisa terjilat api yang membakar pakaian atau kalian akan terkena asapnya. (HR Bukhari)
Saran kita carilah tempat tinggal/kost-an yang nyaman untuk belajar;? kondusif dalam membentuk kebiasaan baik (good habit) kita sehari-hari; mengajarkan kita untuk mandiri dan disiplin; mendorong diri kita untuk lebih dekat dengan Allah Swt. Seperti bangun tidur on time untuk shalat shubuh, berolahraga, menjaga kebersihan kost-an, ada waktu untuk mencairkan sikap ego bin individualis antar penghuni, dan yang terpenting ada kegiatan keagamaan yang membantu kita mengenal Islam lebih dalam. Hmm…indahnya….
Ketiga, kakak kelas. Menjaga hubungan baik dengan kakak kelas bukan semata-mata jadi kambing congek yang melulu dengerin pengalamannya, pengen jadi ahli waris buku pelajarannya atau malah nyari �beking’ (pelindung) lho. Walaupun ada oknum kakak kelas yang jutek, sok kuasa, atau gila hormat, kita tetep menghormatinya sebagai senior yang udah duluan menghuni sekolah. Jadi hubungan baik dengan mereka lantaran kita satu keluarga besar dalam sekolah yang sama.
Di sisi lain, kita boleh aja deket (bukan pacaran lho) dengan kakak kelas sejenis (cowok-cowok atau cewek-cewek). Karena secara pribadi mereka bisa kita jadikan panutan. Untuk urusan ini, baiknya kita dekat dengan senior yang punya track record bagus. Baik dari sisi prestasi akademis maupun perilaku. Agar bisa ngasih pengaruh yang baik juga buat kita.
Keempat, kegiatan. Untuk yang satu ini, kita sarankan carilah komunitas pengajian sebagai kegiatan utama. Bukan apa-apa, karena kegiatan ini yang paling besar manfaatnya buat kebaikan kita di dunia dan akhirat. Di tempat ini, kita bisa bersama-sama belajar mengenal Islam lebih dalam. Sama-sama membangun benteng akidah yang akan menjaga diri kita dari pengaruh buruk lingkungan. Dan yang terpenting, kita termotivasi untuk melatih diri agar menjadi orang yang bermanfaat untuk keluarga, lingkungan, dan umat. Siip kan?
Kenalilah diri kita
Sobat, status junior bukanlah aib yang kudu dibenci. Apalagi sampe punya niat untuk balas dendam kalo udah jadi senior. Idih, nggak lah yauw!
Makanya nggak usah pake minder atau ngerasa rendah diri cuma lantaran status kita junior. Justru kita kudu bersyukur. Soalnya, sebagai pendatang baru yang belum banyak tahu biasanya punya rasa ingin tahu yang gede. Rasa penasaran ini bisa jadi modal buat kita untuk menimba ilmu. PDOD alias percaya diri over dosis tanya sana-sini-situ ama guru, kakak kelas, satpam, tukang bersih-bersih sekolah, atau para penjual di kantin. Ujung-ujungnya kita punya kenalan banyak dan punya banyak info tentang lingkungan baru kita. Asyik kan? Yuuk!
Dan yang kita nggak boleh lupa, suatu saat kita akan dapat giliran menggantikan orangtua yang udah waktunya turun tahta. Itu berarti keberadaan kita sekarang akan melanjutkan kehidupan di masa depan. Untuk diri kita, lingkungan, masyarakat, maupun umat. Tolong dicatat ye.
Itu sebabnya, mumpung kita masih muda, galilah ilmu di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Hiasilah hari-hari kita dengan mengulang pelajaran sekolah, membaca buku/bacaan yang bermanfaat, atau nonton berita untuk mengetahui kondisi saudara-saudara kita di belahan dunia lain. Bergeraklah. Jangan biarkan diri kita seperti air yang menggenang yang akan berbau busuk dan menjadi sarang penyakit. Jadilah air yang mengalir yang akan memberikan manfaat pada setiap jalan yang dilaluinya.
Kembangkanlah potensi yang kita miliki untuk kebaikan, kemaslahatan orang lain, dan dakwah Islam. Jangan biarkan kita tergoda untuk mencicipi jalan pintas meraih popularitas melalui ajang pencarian bakat seperti yang kini marak tayang di televisi. Jauhkanlah bayangan bahwa semua kesuksesan akan mendatangkan keuntungan materiil yang melimpah di atas piring emas. Yang ada, justru kemenangan terburuk akan kita peroleh jika selalu dan hanya mengukur kesuksesan dengan keuntungan duniawi. Berlombalah mendapatkan kemenangan terbaik ketika ridha Allah selalu menyertai setiap perilaku kita.?
Terakhir, mari kita sama-sama menjadi pengemban dakwah Islam yang handal. Generasi muda yang rindu surgaNya. Sebagaimana tercermin pada sosok pemuda pahlawan Islam seperti Thariq bin Ziyad yang menaklukkan Spanyol atau Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel (Istambul). Nah, kalo nggak sekarang, kapan lagi, coba? Selamat menempuh �hidup baru’! [Hafidz]
(Buletin STUDIA – Edisi 303/Tahun ke-7/24 Juli 2006)