gaulislam edisi 276/tahun ke-6 (23 Rabi’ul Awwal 1434 H/ 4 Februari 2013)
Berburu tandatangan atau foto bareng seleb pujaannya adalah biasa. Atau mungkin malah sudah basi. Bagi para penggemar plus (groupies), mereka akan menguntit kemana pun sang bintang pergi. Bahkan, ada yang nekat menawarkan seks. Waduh!
Bukan penggemar berat namanya kalo nggak ngeh dengan idolanya. Seorang teman yang ketemu di dunia maya dan sempat kopdar (kopi darat di sebuah kota) sampe hapal lagu-lagu Bang Rhoma Irama, sang komandan Soneta itu. Karena pengetahuannya yang luas tentang Rhoma dan segala macam yang identik dengan sang Raja Dangdut ini, temen-temen di komunitas diskusi dunia maya sempat menggelari beliau sebagai Pangeran Dangdut! Ya, lebih dari sekadar ABRI (Anak Buah Rhoma Irama). *Harap dipersori kalo ada yang nggak suka dengan singkatan ini diplesetkan.
Tapi ini mungkin masih biasa. Belum ruaar biasa. Kamu kenal Once Mekel kan? Mantan vokalis Dewa 19 yang menggantikan posisi Ari Lasso ini (sebelum akhirnya band tersebut dibubarkan pada awal 2011 lalu) dipuja bak Dewa! Sampe-sampe bulu kaki doi saja dikoleksi pengemar beratnya. Bayangin bulu kaki! Kita malah jadi kepikiran gimana dapetinnya (apa kayak di film Samson Betawi yang dibintangi Benyamin Sueb? Yang bulu keteknya dicabutin musuhnya pas Samson tidur pules untuk merontokkan kekuatannya). Ah, nggak kepikiran dah. Tapi yang jelas itu diakui seorang Baladewa (komunitas penggemar Dewa) dari kalangan cewek pada waktu tersebut.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, selain Once, kamu pasti kenal dong Ahmad Dhani? Nah, saking ngefansnya sama mantan pentolan atau ‘ruhnya’ Dewa 19 ini, ada penggemarnya yang bela-belain rajin melahap karya-karya Kahlil Gibran. Lho kok? Iya, karena Ahmad Dhani adalah pecinta Gibran. Buktinya ada lagu yang judulnya ngambil dari puisi karya sastrawan asal Libanon ini yang berjudul “Sayap-sayap Patah”.
‘Kegilaan’ penggemar kepada idolanya (khususnya di kalangan para musisi) udah nggak sebatas meminta tandatangan, foto bareng, mencubit, menjambak, mencium, menjawil-jawil (ada yang ngajak smackdown atau gulat bebas nggak ya?), tapi sudah mengarah kepada “ancaman”. Yana Julio salah satu korbannya. Selain kenyang dengan cubitan dan ciuman dari penggemarnya, angota kelompok Elfa’s Singer, yang meroket sebagai penyanyi solo ini sempat mendapat “ancaman” dari seorang penggemarnya yang mengajak menikah. Tentu penggemar cewek dong. Si penggila Yana itu menulis surat dengan nada penuh “ancaman”. “Pokoknya, saya nanti akan ke Jakarta, kita akan ketemuan di sini (di suatu tempat). Kita ngomongin perkawinan. Pembiayaan pernikahan, undangan, dan lain sebagainya akan saya tanggung,” Tentunya Bang Yana Julio dibuat repot ngeladeni “calon pengantin misteriusnya” itu. Bahkan Ariel, mantan vokalisnya Peterpan (kini di NOAH, red) pun konon dikabarkan mendadak menikah dengan Sarah Amelia, sang pemujanya. (Koran Tempo, 13 Feb 2005)
Di luar negeri juga sama. Kamu pasti tahu Madonna dong ya? (Kecuali kalo kamu yang lahir generasi sekarang dan nggak kebagian virus aksinya Madonna). Ya, Diva pop dan mantan pemeran tokoh Evita Peron ini, bagi Marcus Sessions bukan sekadar bintang pop, tapi menganggapnya sebagai dewi, sekaligus obsesi. Tempat pemujaan senilai US 85 ribu dollar pun (salah satunya patung lilin madonna) dia bangun di rumahnya di London Selatan, Inggris. Marcus Sessions pernah menyamar sebagai pengantar bunga, juga fotografer, demi menguntit Madonna dari panggung ke panggung. Tujuannya satu, mendekati Madonna secara langsung. Kalo bisa menyentuhnya. Watau!
Berani menawarkan seks
Dulu, waktu saya dan kawan-kawan mengelola Majalah SOBAT Muda (SoDa), di tahun 2005, sempat melakukan investigasi di kalangan remaja soal idola mereka. Nah, ini hasilnya (Edisi 07 Tahun I/April 2005).
“Idolaku Radiohead,” jawab Sandi, siswa sebuah SMU negeri di Bandung. Sebagai bukti kecintaannya kepada idolanya itu, Sandi bela-belain beli segala sesuatu yang berhubungan dengan Radiohead. “Semua kaset, CD ama poster-posternya aku beli. Trus belajar bawain lagu-lagu Radiohead. Band aku juga bawain Radiohead. Pokoknya semua albumnya kumplit,”akunya. Hmm… sampe segitunya ya.
Irfan, teman satu sekolah dengan Sandi juga punya idola. “Luna Maya idola saya!” jawabnya. Ketika ditanya apa buktinya kalo doi pengagum Luna, Irfan bilang, “Suka nonton sinetronnya. Gak pernah terlewat. Cari-cari foto dia di internet. Trus bawa fotonya kemana-mana”.
Kamu punya obsesi nggak dengan idola kamu? “Cium dia terus minta alamat ama foto bareng. Ya sukur-sukur kalo mau ML. Hehehehe…” ungkap Irfan jujur ketika SoDa ngasih pertanyaan: “apa yang bakal kamu lakuin sama idola kamu, kalo seandainya doi mampir ke rumahmu?” Wah, wah, gawat tenan iki!
Hmm… kalo gitu wajar banget kalo Gene Simmons dipuja para penggemarnya. Vokalis dan basis Kiss itu—grup hard rock yang personelnya gemar berpupur tebal—dalam otobiografinya, Kiss and Make Up, bercerita bahwa ia telah meniduri ribuan wanita. Tentu semuanya groupies, yang merelakan tubuhnya untuk sang idola.
Bongky Ismail Marcel, pembetot bas dari BIP, punya pengalaman dengan kegilaan penggemarnya. Ketika masih bergabung dengan grup musik Slank, kisah Bongky, dia pernah diculik lima penggemar. Semuanya wanita. Dia dibawa ke sebuah pesta gadis-gadis itu. “Penculikan” itu bisa terjadi lantaran kelima gadis tadi mengaku sebagai panitia sebuah acara tempat Slank akan tampil. Bongky tidak mau bercerita terbuka tentang apa yang selanjutnya terjadi setelah “penculikan” itu diketahuinya. Yang jelas, katanya, seperti orang-orang sibuk mengadakan rapat di luar kota, semuanya bisa terjadi… (Koran Tempo, 13 Februari 2005)
Ehm, mungkin inilah yang disebut David Allyn, penulis buku Make Love Not War, sebagai kontrak batin untuk memburu kesenangan. Demi sang idola, mereka dengan senang melakukan apa saja. Ckckck…
Cara seleb mengikat fans
Apalah artinya bintang kalo tak punya dukungan dari penggemarnya. Bahkan sejatinya, yang menjadikannya bintang (selebriti) adalah salah satunya peran dari fans. Itu sebabnya, banyak cara dari para bintang untuk lengket dengan para penggemarnya.
Dulu, sebelum bubar, Dewa 19 misalnya, untuk berkomunikasi dengan para Baladewa-nya mereka menyediakan layananan SMS dengan nomor khusus dan bahkan bersedia chatting dengan para penggemarnya. Urusan merchandise pun udah nggak keitung modelnya (mulai dari kaus, gantungan kunci, bendera, dan lainnya) menjadi pengikat erat dengan pengagumnya.
Kamu pasti tahu dong para Slankers? Yup, sebutan untuk para penggemar grup band Slank ini dimanjakan oleh Slank. Kalo mereka main ke Gang Potlot, Jakarta Selatan, yang merupakan mabesnya Slank, para fans ini dibuat tak ada jarak, membaur dengan personel Slank. “Tanpa mereka, kami bukan apa-apa,” kata Bimbim suatu ketika. Para slankers juga punya kartu identitas, dan bahkan ada yang rela menjadi Bidadari Penyelamat untuk mengamankan Slank kalo sedang konser.
Untuk mengikat para fansnya, sebelum bubar, Peterpan pun punya “Sahabat Perterpan”, Padi memiliki “Sobat Padi”. Sheila on 7 bikin “Sheila-gank”. Untuk Edane ada “Friends”. Nike Ardilla juga punya fans setianya yang punya dedikasi tanpa batas, bahkan setelah meninggal pun banyak penggemarnya yang berziarah ke makam bintang pop yang meninggal pada 19 Maret 1995, di usia kurang dari 20 tahun. Untuk mengikat fans yang berserakan itu, ada yang mengkoordinirnya di bawah bendera “Nike Ardilla Fans Club”.
Ya, ikatan para bintang dan fansnya ibarat simbiosis mutualisme. Kontrak saling menguntungkan. Para bintang butuh penggemar, dan para fans pun butuh idola yang bisa dijadikannya sebagai penyaluran dari naluri mensucikan sesuatu. Pemuas dahaga batinnya akan keberadaan sang pujaan. Sayangnya, pemuasannya di jalur yang keliru. Jadi seperti kata Aa Gym, “Ini ladang dakwah kita”. Yuk, mulai kenalkan Islam kepada mereka. Selain tentunya benahi diri kita juga agar tak kejebur jadi groupies. Setuju ya? Setuju aja dah! Hehehe..
Repotnya jadi bintang
Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam, nggak selamanya jadi bintang itu menyenangkan. Mungkin awalnya kepikiran bahwa kalo jadi bintang nggak bakalan repot. Namanya juga bintang, cuma bisa dilihat tapi nggak bisa disentuh apalagi diraih. Bintang kan jauh di luar angkasa! *kalo bintang beneran tentunya.
Tapi, waktu telah merubah segalanya. Kini menjadi bintang malah bikin was-was. Nggak tenang, bahkan bisa jadi malah nggak bahagia. Was-was khawatir ada fans yang nekat masuk ke wilayah paling pribadi. Mungkin cuma bintang national geographic aja yang adem-ayem tanpa fans yang suka nekat (idih, ketahuan suka nonton Animal Planet!).
Rasa was-was dan nggak bahagia memang bikin repot, bahkan bikin nyawa melayang. Itu pula yang menimpa John Lennon. Suaminya Yoko Ono yang ngetop lewat lagu Imagine ini malah tewas ditembak Mark Chapman, penggemarnya sendiri pada 5 Desember 1980. Jamannya ditayangkan opera sabun dari Kolombia di tivi nasional pada tahun 1999-2001, ada bintang yang namanya Ana Maria Orozco. Dia berperan sebagai Betty La Fea (Betty Jelek) sering mengalami depresi berat. Pasalnya, setelah filmnya melejit, si Betty ini jadi banyak penggemar di Amerika Latin dan Amerika Serikat. Kenapa depresi? Karena sering diburu penggemarnya bahkan tak jarang mendapat ancaman penculikan. Waduh!
Nah, jika kasus seleb lokal dan mancanegara saja lebih banyak pahitnya sebagai bintang, masihkah kita berharap untuk napak tilas perjalanan karir mereka? Lebih baik dipikir beribu kali sebelum memutuskan terjun di sana. Atau… saat sekarang, ada baiknya berpikir bijak dan dewasa, bahwa idola kamu itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Bersikap sewajarnya saja. Jadi, tak perlulah nekat memburunya, apalagi menjadi para groupies. Tul nggak? [solihin, modifikasi dari artikel lama saya di Majalah Sobat Muda | Twitter: @osolihin]
Bagus sekali artikelnya. Mohon shared ke facebook ya. Memang seorang publik figur itu tidakberasal dari kalangan artis. Tapi seorang publik figur itu sebenernya diambil dari kalangan para ustadz, Ex Yusuf Mansur. Beliau merupakan publik figur yang sangat bagus. Artis bukanlah seorang publik figur, Semoga gaulIslam.com selalu dicintai para remaja Indonesia. Semangat!!!