gaulislam edisi 704/tahun ke-14 (7 Ramadhan 1442 H/ 19 April 2021)
Bro en Sis rahimakumullah, insya Allah pembahasan ini sebenarnya udah ngelotok alias tahu banget. Ya, saking seringnya disampaikan di berbagai forum pengajian. Namun, kenapa dibahas pula di buletin ini, ya? Sekadar mengingatkan aja. Sebab, secara fakta juga kita sebenarnya nggak bisa menutup mata bahwa banyak orang yang shalatnya rajin, tapi maksiatnya juga getol. STMJ, lah. Shalat terus maksiat juga. Kok bisa? Ya, tengok aja kanan-kirimu. Siapa tahu ada orang yang kamu kenal modelnya begitu. Waduh!
Urusan shalat sangat penting, lho. Saking pentingnya, anak belum baligh aja kudu diajarin supaya terbiasa shalat. Kalo anak lelaki usia minimal 5 tahun udah harus mulai diajak sama ayahnya ke masjid atau mushola ketika waktu shalat. Semoga nantinya terbiasa dan ringan pergi ke masjid atau mushola untuk shalat berjamaah. Tentu saja, syaratnya jangan dilepas main bareng temen-temen seusianya, karena bisa mengganggu orang yang beribadah. Dikawal dan didampingi sama ayahnya. Nanti, kalo udah gedean dikit jadi terbiasa, apalagi kalo sudah teerkena kewajiban shalat. Insya Allah mudah untuk diarahkan karena udah terbiasa.
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR Abu Daud no. 495)
Alhamdulillah ya kalo kamu sejak kecil udah terbiasa diajak shalat sama ayahmu. Jadi sekarang orang tua tinggal meraih hasilnya. Bayangkan, bisa jadi ada teman seusiamu yang malah malas shalat, ogah ke masjid. Sebab, bisa jadi memang sejak kecil nggak diajak ke masjid, nggak didampingi, nggak dikawal dan nggak ditekankan untuk melaksanakan kewajiban shalat tersebut. Nggak dibiasakan. Maka, bersyukurlah jika udah terbiasa shalat, ya. Semoga juga shalatmu bisa mencegah dirimu dari berbuat maksiat. Insya Allah.
Shalat, tapi masih maksiat
Sobat gaulislam, sekarang kita bahas pelan-pelan, ya. Harus kita akui bahwa masih banyak saudara muslim kita yang kalo dilihat sih, shalatnya rajin banget, di masjid pula. Malah ada yang ditambah dengan getol puasa sunnah. Puasa Senin Kamis dijabanin, puasa ayamul bidh dilakukan, bahkan puasa Daud pun pernah dilakoni. Namun, sayang banget, kok ada di antara mereka yang malah maksiat. Pacaran udah jadi kebiasaan, berkata kasar doyan, mencaci maki tiap hari. Duh.
Kok bisa? Nah, itu dia, saya juga agak heran. Sebab, shalat itu sebenarnya bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Iya, kita udah sering banget dengernya, “inna?–?al?ta tan-h? ‘anil-fa?sy?`i wal-mungkar” (Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar). Ini ada dalam al-Quran surah al-‘Ankabut ayat 45.
Nggak tanggung-tanggung, lho. Ini dalilnya dari al-Quran. Udah level tertinggi, sebab ini firman Allah Ta’ala. Jadi kita nggak boleh ragu, ini pasti adanya. Nah, pertanyaannya kenapa masih ada yang rajin shalat tapi juga getol maksiat? Shalatnya gimana, itu? Asal-asalan atau nggak niat?
Begini penjelasannya, Bro en Sis. Betul bahwa shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Ini dalil yang shahih. Namun, kita perlu melihat dari sisi pelakunya. Kayak gini deh contohnya, katanya olah raga bikin badan jadi sehat, tetapi kok banyak juga orang yang rajin olah raga malah sering sakit. Nah, kira-kira menurut kamu di mana letak masalahnya? Ya, bisa jadi olah raga semaunya. Sekadarnya saja, atau bahkan diporsir sehingga jadi sakit bukan sehat.
Walau analogi ini menurut saya masih belum pas, tetapi setidaknya kamu paham ya, bahwa kita perlu bertanya, shalat yang dilakukan para pelaku maksiat ini, kategori shalat yang benar atau nggak, memenuhi syarat dan rukunya atau belum, serta niatnya benar apa nggak? Kan, bisa jadi sekadar shalat aja tanpa ilmu, sehingga nggak khusyu’ dan nggak membekas setiap bacaan shalat yang dibacanya. Hmm.. bisa jadi, sih.
Ibnu Mas’ud pernah ditanya mengenai seseorang yang biasa memperlama shalatnya. Maka kata beliau, “Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat.” (HR Ahmad dalam kitab az-Zuhd, hlm. 159)
Al Hasan berkata, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari al-Hasan), dalam penjelasan di laman rumaysho.com.
Nah, udah jelas ya. Jadi setiap orang memang bisa salah, bisa berpeluang melakukan maksiat, namun levelnya berbeda-beda. Ada yang gampang tergoda untuk maksiat, ada yang masih mikir-mikir, tapi kemudian melakukan maksiat walau sembunyi-sembunyi, ada pula yang malah mikir-mikir lalu ragu, tetapi kemudian nggak jadi melakukan maksiat. Jadi, memang bisa beda-beda tiap orang.
Jika pertanyaan tadi kita jawab. Itu loh, pertanyaan yang kok bisa orang yang rajin shalat tapi masih maksiat. Jawabannya gini, “berarti shalatnya sekadarnya saja, nggak ikhlas, nggak memperhatikan makna dari shalat itu apa, bacaan al-Quran yang dibaca menguap begitu saja, intinya shalat sekadar menggugurkan kewajiban saja.”
Abul ‘Aliyah pernah berkata, “Dalam shalat ada tiga hal di mana jika tiga hal ini tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga hal tersebut adalah ikhlas, rasa takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah yang memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah dari kemungkaran. Sedangkan dzikir melalui al-Quran yang memerintah dan melarang sesuatu.” (Lihat Tafsir al-Quran al ‘Azhim, 6: 65)
Perbaiki shalat kita
Sobat gaulislam, rugi banget ya kalo kita shalat tapi nggak diterima. Capek dan pegel, tetapi nggak ada nilainya karena shalat nggak mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Rugi banyak, deh. Sia-sia pula.
Itu sebabnya, yuk perbaiki shalat kita agar bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Agar bisa menghindari maksiat. Shalat kita bisa mencegah dari maksiat. Gimana caranya?
Sebenarnya di subjudul sebelumnya udah dibahas sedikit tentang alasan kenapa ada yang rajin shalat tapi juga getol maksiat, yakni ada masalah dalam shalatnya. Shalatnya nggak benar.
Nah, gimana cara memperbaiki shalat kita agar bisa mencegah dari maksiat?
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Bentuk shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ditandai dengan menyempurnakan shalat yaitu memenuhi rukun, syarat, dan berusaha khusyu’ dalam shalat. Hal ini ditandai dengan hati yang bersih, iman yang bertambah, semangat melakukan kebaikan dan mempersedikit atau bahkan menihilkan tindak kejahatan. Lantas hal-hal tersebut terus dijaga, maka itulah yang dinamakan shalat yang mencegah perbuatan keji dan mungkar. Inilah di antara manfaat terbesar dan buah dari shalat.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 632), yang dinukil di laman rumaysho.com.
Jadi, ketika shalat berusaha untuk ikhlas, menghayati setiap makna bacaan shalat dan mengamalkannya. Khusyu’, jangan tengok kanan-kiri, hati fokus pada shalat, jangan memikirkan hal-hal di luar shalat, shaf-nya rapat dan lurus (kalo sekarang aneh juga sih dengan alasan ngikutin prokes di masa pandemi shalatnya malah shaf-nya berjarak lebar, tapi abis shalat malah salaman), gerakan tuma’ninah (rukuk, sujud, duduk antara dua sujud, i’tidal dan lainnya), biasakan shalat di awal waktu, jangan menunda-nunda, apalagi kadang dilakukan kadang tidak. Nah, perbaiki deh di situ.
Selain itu, di luar shalat biasakan diri menjauhi ghibah, berkata kasar, mencela, mencaci maki, jangan dekati zina (pacaran, chatting dengan lawan jenis yang bukan mahram, hindari bacaan pornografi), dan segala bentuk kemaksiatan. Jangan coba-coba, jangan dekat-dekat. Nggak tahu kan kalo ajal kita kapan datangnya. Jangan sampe ajal datang pas lagi coba-coba berbuat maksiat. Naudzubillahi min dzalik.
Oya, kita mulai dari yang paling mungkin bisa kita lakukan untuk memperbaiki shalat, yakni shalat di awal waktu. Jangan menunda-nunda. Berat memang. Namun, ya harus diupayakan untuk diamalkan. Pelan-pelan lah, tetapi serius niatnya untuk perbaikan.
Saya nukilkan penjelasan di laman muslim.or.id, Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu , bahwa beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Amal apakah yang paling dicintai Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya (yang artinya), “Shalat pada waktunya.” Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau ulangi dua kali, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan urutan: “Berbakti kepada orang tua, kemduian berjihad fi sabilillah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kalo kita menunda-nunda shalat, maka amal serta kebaikan lain juga akan tertunda. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Tatkala manusia terlambat mendatangi shalat dari menempati shaf pertama, kemudian (shalat berikutnya) terlambat lagi shaf kedua, kemudian shaf ketiga (apalagi sengaja terlambat/ketinggalan shalat berjamaah), maka Allah buat hatinya suka mengakhirkan semua amal shalih.” (Syarah Riyadhus Shalihin 5/111)
Shalat yang benar dan khusyu’ memiliki banyak keutamaan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tidaklah seorang Muslim di mana tiba shalat fardhu, lalu ia memperbagus wudhu, khusyuk dan rukuk dari shalatnya, melainkan itu (shalatnya) menjadi kaffarah penghapus dosa yang sebelumnya, selama dosa besar tidak ia langgar. Dan itu berlangsung sepanjang masa.” (HR Muslim)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS al-Mu’minun [23]:1-2)
So, kalo shalat kita benar, khusyu’ dan tepat waktu, maka akan mencegah kita dari perbuatan dosa dan maksiat yang merugikan diri kita sendiri. Beneran, lho. Catet, ya!
Oke deh, untuk menutup pembahasan di edisi kali ini, sekadar kesimpulan, bahwa shalat semestinya bisa mencegah dari maksiat. Tentu, jika shalat yang dilakukannya sesuai tuntunan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Jika belum, maka perbaiki shalatnya, seperti yang udah dijelasin dalam tulisan ini. Semoga shalat kita mencegah dari berbuat maksiat, apalagi sekarang di bulan Ramadhan, manfaatkan kesempatan dan kemudahan untuk beramal shalih. Harus mulai dari sekarang juga, nggak usah nunggu waktu lagi. Lagian malu dong, shalat rajin tapi maksiat juga getol. Ih, nggak banget! [O. Solihin | IG @osolihin]