gaulislam edisi 840/tahun ke-17 (13 Jumadal Awwal 1445 H/ 27 November 2023)
Pernah ngeliat orang yang sok jago? Atau malah kamu pernah punya teman yang model begini dan kamu sudah merasakan akibatnya, yakni gimana nggak enaknya ngerasain perlakuannya. Iya, kan? Nyebelin emang. Orang yang sok jago, sering merasa dia si paling bisa, si paling pintar, atau si paling keren. Orang lain dianggapnya nggak bisa. Meremehkan jadinya. Mengapa bisa demikian? Itu karena dia punya kelebihan, punya sesuatu yang diandalkan. Bisa harta, bisa tenaga, bisa pikiran, bisa fasilitas pendukung yang membuatnya kudu merasa lebih dari yang lain.
Bisa dipahami, sih. Sebab, kalo nggak punya kelebihan, apa yang mau dibanggakan di hadapan teman-temannya. Mereka yang punya uang banyak, cenderung meremehkan orang lain. Apalagi jika udahlah punya banyak duit, punya kuasa pula. Perpaduan yang lengkap untuk memberikan dorongan kepada orang yang lemah iman dan cara pandangnya yang keliru untuk menjadi sombong, akhirnya merasa sok jago.
Gimana kalo akhirnya yang sok jago ternyata faktanya dia keok alias kalah? Umumnya sih nggak terima, lalu melakukan penyangkalan. Kalo sampe harga dirinya merasa terinjak, padahal akibat kesalahan dia sendiri yang sok jago, biasanya akan menempuh berbagai cara untuk melakukan pembenaran atas apa yang dilakukannya. Mengesankan bahwa dia sebenarnya jago, hanya saja orang lain licik kepadanya, atau apa pun yang dia kesankan agar dirinya tampak punya alasan melakukan pembenaran. Jadinya ngaco. Sebab, bisa jadi akan melakukan segala cara untuk menutupi kekalahannya. Melakukan kebohongan terhadap publik atau melakukan tindakan yang represif. Intinya, agar imej dia sebagai si paling jago, tetap terjaga. Emang boleh seperti itu?
Israel yang sok jago berhasil diruntuhkan para pejuang Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas. Merasa berada di atas angin, IDF sering sesumbar akan bisa mengalahkan Hamas. Eh, nyatanya udah lebih dari 40 hari masih belum menang juga, dan akhirnya menyetujui gencatan senjata. Setelah dievaluasi berbagai pihak, Israel sebenarnya udah kalah mental, yang berujung ribuan tentaranya tewas dan berbagai alat tempur yang rusak total. Sebelum gencatan senjata, IDF (Israel Defence Forces) beraninya malah melawan rakyat sipil dengan mengebom di beberapa wilayah padat penduduk, juga melawan pasien rumah sakit. Ngebom rumah sakit dengan alasan di situ ada terowongan yang dibuat Hamas sebagai ruang rahasia. Lalu mencoba membuktikannya kepada dunia bahwa apa yang dilakukannya berdasarkan alasan kuat. Eh, nyatanya malah terbongkar kebohongannya di hadapan masyarakat dunia. Tuh, awalnya sok jago, merendahkan kekuatan Hamas dengan sesumbar akan melenyapkan melalui serangan darat. Kemudian terkaget-kaget, tercengang, terbirit-birit bin kocar-kacir di medan perang Gaza. Tak mampu meladeni mujahidin Brigade Al Qassam, malah menyerang rumah sakit dan menyandera pasien (termasuk bayi-bayi baru lahir). Nggak mau menanggung malu, akhirnya melakukan pembenaran atas tindakannya, walau kemudian dunia tahu bahwa IDF berbohong. Ngaco banget, deh. Inilah judulnya: Sok Jago, Jadi Ngaco.
Jangan sombong!
Sobat gaulislam, jadi orang jangan sombong. Jangan suka merendahkan orang lain. Nggak benar dan sama sekali nggak baik bagi seorang muslim. Orang yang sombong itu bisa dilihat dari indikasinya yang umumnya menolak kebenaran dan meremehkan manusia lainnya. Wah, ati-ati deh tuh, kalo sampe menolak kebenaran dan merendahkan manusia, bisa-bisa terancam tak masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar ‘zarah’ (partikel atom) dari kesombongan.” Maka seseorang bertanya, “Sesungguhnya ada kalanya seseorang itu senang berpakaian baik (bagus) dan sandalnya yang bagus.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, Dia menyukai keindahan, adapun kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan menghina manusia.” (HR Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Empat perkara yang membawa amarah dan kebencian: 1) watak sombong; 2) dengki; 3) kedustaan; 4) adu domba.” (dalam Zaadul Ma’ad, jilid 2, hlm. 216)
Hal senada disampaikan Sufyan bin Uyainah rahimahullah, beliau mengatakan, “Barang siapa yang maksiatnya dalam pelampiasan syahwatnya, maka harapkanlah taubat untuknya. Sebab, Adam bermaksiat karena dorongan syahwat hawa nafsunya, maka beliau pun diampuni. Akan tetapi, jika maksiat itu berupa kesombongan, khawatirkanlah atasnya terkena laknat. Sesungguhnya, Iblis bermaksiat karena kesombongannya, maka terlaknatlah dia.” (dalam Shifatu ash-Shafwah, jilid 2, hlm. 540)
Orang yang sombong cenderung sok jago. Cuma sok-sokan saja. Jagonya sih belum tentu. Buktinya banyak orang yang petantang petenteng sok jago, pas digebrak dengan sejurus dua jurus langsung roboh. Kalo sombongnya melebihi kepalanya, maka biasanya nggak terima lalu bikin tindakan yang sebenarnya kian merendahkan dirinya, seperti yang udah ditulis di awal pembahasan ini. Jadinya, ngaco, deh.
Belajar dari kesalahan
Oya, manusia emang nggak ada yang sempurna. Ia bisa gagal, bisa sukses, ada yang rezekinya lancar, ada yang seret, ada yang dikaruniai wajah cantik dan ganteng, tapi tak sedikit yang biasa-biasa aja bahkan mungkin buruk rupa menurut ukuran manusia. Nggak ada yang sempurna. Itu sebabnya, yang dibutuhkan adalah sikap saling membantu, kepedulian, dan perhatian. Bukan malah sombong atau merendahkan orang lain. Nggak mau diatur atau nggak mau diingatkan.
Nah, ketika kita diberitahu oleh orang lain bahwa kita telah salah, seharusnya kita segera mengintrospeksi diri. Dan, kita nggak perlu takut dengan mengakui kesalahan, karena kesalahan bisa dilakukan siapa saja, asal jangan sengaja berbuat salah. Nggak kenal usia dan nggak tergantung kedudukan seseorang. Anak TK sampe presiden aja bisa salah kok. Jadi, nggak perlu nepsong dan nggak mau nerima kesalahan ketika diingatkan oleh orang lain.
Sebab nih, kesalahan memungkinkan kita melihat kemajuan yang telah kita raih. Coba deh, jika kita merekam kesalahan pada saat pertama kali kita belajar silat, rekamlah latihan kita selama tiga bulan. Kita akan melihat perubahan yang signifikan menuju ke arah yang lebih baik.
Sobat gaulislam, kesalahan juga akan membuat kita belajar dari orang lain. Mengakui kesalahan yang udah jelas alias terang benderang adalah bagian dari sikap lapang dada dan sekaligus menekankan bahwa sebagai manusia kita memang nggak sempurna. Butuh bimbingan dan arahan dari orang lain. Nggak boleh banget ngerasa sombong gara-gara kita udah punya banyak jam terbang dalam keahlian yang dimiliki atau punya catatan rekor kerja yang bagus. Karena ada saatnya kita bisa mengalami kegagalan dan bahkan kesalahan dalam berbuat. Kegagalan dan kesalahan itu universal alias bisa dilakukan siapa aja.
Suatu hari Lukman al-Hakim menasihati anaknya: “Janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia dan jangan menjauhkan diri dari mereka. Janganlah engkau memandang manusia dengan remeh dan hina. Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang yang hasad, dengki, dan sombong. Hiduplah engkau bersama manusia dan untuk manusia. Dengarlah dengan teliti jika manusia berbicara dan bergaul denganmu. Tunjukkanlah kepada mereka wajah manis, riang, dan gembira. Senantiasa kamu melemparkan senyum kepada mereka. Jika engkau selalu bersama mereka, mereka akan mencintaimu. Senyum selalu, dan berlemah-lembutlah kepada mereka. Jika engkau merendahkan hati terhadap mereka, mereka akan memuliakan kamu. Ketahuilah wahai anakku, bahwa orang sombong itu tak ubahnya seperti seorang yang berdiri di puncak bukit. Apabila dia melihat ke bawah, semua manusia kelihatan kecil, sedangkan dia sendiri nampak kecil di mata semua manusia lainnya.” (Dr Fathullah al-Hafnawi, Mutiara Nasihat Lukman al-Hakim, hlm. 84-85)
So, menyombongkan diri itu banyak mudharat alias kerusakan buat pelakunya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shalih, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.” (QS an-Nisaa’ [4]: 173)
Nah, sikap or sifat takabur bin sombong ini bisa ngerusak keikhlasan kita, lho. Bisa jadi, suatu saat kamu dinasihatin sama temen kamu yang ilmunya di bawah kamu. Tapi karena kamu merasa gengsi kamu jadi menyombongkan diri. Ah, jadi nggak ikhlas, deh. Padahal, salah satu ciri ikhlas adalah kita rela diberi nasihat oleh siapa pun selama nasihatnya benar dan apa yang kita lakukan memang salah. Kalo dinasihatin aja nggak mau padahal nasihat teman kita itu benar, berarti udah ada tuh benih-benih nggak ikhlas dalam diri kita. Amalan kita jadi sia-sia karena digerus sifat takabur bin sombong. Rugi banget deh. Iya kan?
Aun bin Abdillah rahimahullah berkata, “Cukuplah engkau dikatakan sombong ketika engkau memandang dirimu memiliki kelebihan di atas orang yang ada di bawahmu” (dalam Shifatus Shafwah, hlm. 561)
Jadi, ini memang perlu hati-hati banget, ya. Itu sebabnya, jangan merasa sombong. Kalo udah merasa sombong jadinya sok jago. Meremehkan orang lain. Lebih gawat lagi karena kesombongan itu bukan saja bakalan meremehkan orang lain, tetapi juga menolak kebenaran. Orang yang sombong biasanya nggak mau dinasihatin.
Oya, kalo kamu punya ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum, jangan sombong, ya. Bahaya. Itu bakalan bikin rugi diri sendiri. Imam Muhammad ibn Ahmad adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang terburuk adalah orang yang menyombongkan diri terhadap hamba-hamba Allah karena ilmu yang dia miliki, dan merasa dirinya besar karena keutamaan yang ada pada dirinya, maka sungguh orang yang semacam ini ilmunya tidak bermanfaat baginya, karena sesungguhnya siapa yang menuntut ilmu untuk akhirat, maka ilmunya akan membuat dirinya merasa tidak memiliki apa-apa dan membuat hatinya menjadi khusyuk.” (dalam al-Kabair, hlm. 197)
So, dalam pergaulan sehari-hari bersama kawan-kawanmu, jangan sombong. Bergaullah dengan mereka tanpa harus merasa lebih tinggi. Kalem aja, Bro. Nggak perlu nunjukin sesuatu yang kamu miliki agar dilihat “wah” oleh temanmu. Jagalah hatimu dari penyakit sombong. Itu membahayakan.
Berkata al-Imam Abu ‘Abdillah bin Batthah rahimahullah: “Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa siapa yang membenci kebenaran yang datang dari orang lain dan membela kesalahan dirinya, tidak aman baginya untuk Allah ‘Azza Wa Jalla cabut keimanannya, karena kebenaran datangnya dari Rasulullah ? kepadamu dan diwajibkan atasmu untuk mentaatinya. Barang siapa yang mendengar suatu kebenaran kemudian mengingkarinya setelah ia mengetahui kebenaran itu, maka ia termasuk orang-orang yang sombong kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dan siapa yang membela kesalahan maka ia termasuk golongan syaitan.” (dalam Kitab al-Ibanah jilid 2, hlm. 547)
Yuk sadar diri, benahi untuk meraih kebaikan di dunia dan di akhirat. Jangan sok jago, apalagi kemudian jadi tambah ngaco, dan ujungnya malah bego (upps… sori ya bahasanya agak kasar, nih!). [O. Solihin | IG @osolihin]