Beberapa hari terakhir ini saya sering dibuat bingung. Entah karena saya sudah mulai banyak pikiran atau memang yang membuat saya berpikir itu membingungkan. Banyak peristiwa yang mengherankan. Baca koran, banyak yang bikin saya nggak abis pikir.
Ngeliat acara berita dan tayangan program lainnya di televisi juga menurut saya banyak yang bikin heran. Eh, denger radio juga sering muncul celetukan dan komentar yang menurut saya sendiri menganehkan. Begitu surfing di internet, keanehan makin meraja. Duh, kenapa saya memandang itu semua sebagai keanehan? Apakah saya sudah tidak aneh sehingga merasa perlu menganggap sesuatu dan orang lain sebagai keanehan, atau saya yang justru dianggap aneh oleh mereka yang saya nilai aneh itu? Ah, bener-bener aneh, heran dan membingungkan. Sumpah deh, nggak abis pikir banget.
Berikut ini saya paparkan kepada teman-teman beberapa masalah yang bikin saya nggak abis pikir untuk memikirkannya. Kenapa bisa begitu? Kok kayak kebalik-balik gitu? Kenapa yang baik dianggap jelek, dan sebaliknya?
Terorisme dan kriminalitas
Sumpah, nggak abis pikir. Kenapa kasus terorisme begitu sering diekspos besar-besaran oleh media massa ketimbang kasus kriminalitas? Okelah, dalam dunia jurnalistik sesuatu yang baru sering kali dibesar-besarkan. Dalam jurnalistik berlaku juga semacam semboyan: “bad news good news�. Artinya, kalo ada berita tentang kejelekan dari mana saja, itu adalah berita baik bagi insan pers. Misalnya aja kasus perceraian kalangan seleb lebih heboh beritanya ketimbang kasus pernikahan seleb. Kasus korupsi di Departemen Agama lebih santer beritanya ketimbang kasus serupa di Depertemen Keuangan. Karena apa? Selain karena ironisme, juga karena berita buruk dari seseorang atau sesuatu adalah berita baik bagi pengelola media. Makanya, akan dipelihara. Akan dibesar-besarkan.
Itu sebabnya, baca dan denger berita seputar terorisme akhir-akhir ini sampe bikin saya muak. Apalagi terorisme selalu dan kesannya ditujukan untuk Islam dan kaum muslimin. Iya, gimana nggak begitu, wong pesantren diminta diawasi dan dikaji ulang kurikulumnya. Itu namanya udah nuduh dong. Meskipun banyak di antara mereka yang pura-pura bijak dengan mengatakan bahwa ini bukan berarti terorisme berkaitan langsung dengan Islam, tapi anehnya malah langsung menunjuk hidung. Bukan lagi menggunakan asas praduga tak bersalah. Bahkan banyak media massa yang bikin editorial yang nyebelin abis karena terorisme tuh identik dengan Islam. Waduh.
Akibatnya, masyarakat jadi merasa aksi terorisme benar-benar dilakukan oleh umat Islam dan memang dalam Islam diajarkan. Dan lebih malu-maluin lagi ada juga tokoh Islam yang ikutan minder duluan, terus bereaksi bikin pernyataan seolah-olah dia dan kelompoknya nggak tahu menahu soal terorisme dengan memberi pernyataan mendukung arus. Bukan melawan arus.
Lalu, hubungannya dengan kriminalitas, masalah ini seperti dianggap angin lalu aja. Mungkin juga karena masalah ini sudah biasa, sehingga nggak merasa kaget atau heran. Kecuali kasusnya yang heboh seperti misalnya (kalo ada), pejabat anu ketangkep basah lagi berselingkuh, atau anak pejabat negara overdosis narkoba.?
Sumpah, nggak abis pikir kenapa terorisme mengarah kepada Islam dan umat Islam. Padahal, padahal pada waktu yang bersamaan kriminalitas tiap hari angkanya melompat jauh dan kian nggak aman saja kita hidup. Tapi, lagi-lagi, masalah kriminalitas ini nggak jadi berita besar untuk mendapat perhatian yang besar pula dari masyarakat.
Jilbab dan bikini
Sumpah, nggak abis pikir neh. Orang yang berjilbab dan berkerudung kok banyak yang dianggap kampungan, kuno, dan fanatik? Sementara wanita yang pake bikini atau you can see disanjung sebagai golongan modern dan berpikiran maju. Nggak kebalik?
Padahal nih, kalo misalnya modernitas diukur dari perkembangan budaya, teknologi, dan pemikiran, maka orang yang masih mengenakan busana irit bahan pas keluar rumah, kayaknya itu deh yang nggak ngikuti perkembangan jaman. Betul?
Kenapa? Karena sekarang pabrik tekstil saja sudah banyak, teknologinya bukan lagi dengan mesin tenun tradisional, tapi sudah mesin pemintal canggih, terus secara pemikiran mereka yang modern pasti butuh pakaian untuk nutupin badan biar nggak malu.
Beda banget kan dengan jaman nenek moyang manusia di jaman purba. Pakaian aja nggak punya, karena belum tahu bagaimana cara bikin pakaian. Terus teknologinya belum kepikiran. Jadinya mikirnya sederhana: ngapain harus malu, toh yang lain juga melakukan hal yang sama. Gitu kali ye? Hehehe..
Itu sebabnya, para akhwat yang ogah make jilbab dan kerudung, kudu mengedit kembali pemahamannya biar benar dan lurus tentang Islam. Setuju?
Aborsi boleh, seks bebas dibiarin?
Sumpah, nggak abis pikir. Aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan dan karena belum siap jadi ibu dibolehin. Lalu diminta dilegalkan saja oleh pemerintah. Udah gitu, pake ngedalil segala lagi: “Ini kan demi menolong orang. Kasihan mereka daripada aborsi di tempat yang tak aman secara medis bisa merenggut jiwanya.�
Sumpah nggak abis pikir, kok jaman kiwari masih ada aja yang berpikir kurang cerdas. Maaf, saya menggunakan kata-kata ini karena agak-agak kesel gitu deh. Abisnya, kalo emang yang pengen aborsi karena malu setelah berbuat zina, kenapa mesti dibantu menggugurkan kandungannya? Udahlah dia dosa berzina, eh, ngebunuh anaknya lagi. Lagian, kalo emang malu nanti hamil sebelum nikah, kenapa nekat gaul bebas? Kok kayaknya aneh banget deh: malu sama manusia, tapi nggak malu sama yang menciptakan manusia. Padalah Dia pasti tahu apa yang telah kita lakukan. Iya kan?
Terus, kalo emang mau nolong orang yang kebetulan hamil di luar nikah, kenapa nggak dinasihatin aja supaya menjaga kandungannya dan bertobat kepada Allah Swt. Tul nggak? Nah, kepada mereka yang belum kebablasan segera dikampanyekan untuk tidak gaul bebas or seks bebas dengan lawan jenis. Iya nggak seh?
Sumpah, nggak abis pikir banget kalo aborsi dalilnya untuk nolongin orang dan dianggap wajar, terus gaul bebas juga dipelihara, jangan harap dapetin kehidupan yang tenang, adem, ayem, dan bikin nikmat. Karena apa? Karena akan terus menciptakan perasaan was-was dan masalah besar bagi keberlangsungan umat manusia ini. Masa’ sih kita tega mengembangbiakkan keturunan kita di jalan yang salah? Ih, amit-amit deh.
Anak ngaji dicurigai?
Sumpah, nggak abis pikir. Anak ngaji kok dicurigai. Dianggap aliran sesat ketika pemahamannya dianggap beda ama yang udah ada dan biasa. Kenapa langsung curiga dan ngasi keputusan sepihak padahal mereka belum diajak dialog soal keyakinannya? Apa karena udah risih duluan atau takut kebawa-bawa?
Ini sering terjadi lho. Di sekolah terutama. Anehnya, pihak sekolah sering kali pake standar ganda. Heran deh. Anak ngaji sampe dicurigai dan dianggap bahaya, tapi yang gaul bebas di sekolah dibiarin. Mereka yang pacaran aman-aman saja nggak dirazia. Anak akhwat yang pake kerudung dianggap melanggar peraturan seragam sekolah, tapi yang pake roknya di atas lutut dibiarin aja. Temen-temen yang di luar sekolah ketahuan suka nenggak miras dan make narkoba seringnya didiemin aja. Dengan alasan asal tidak ngelakuinnya di dalam lingkungan sekolah. Tapi anak ngaji, sampe ke kos-kosannya aja dipantau gerak-geriknya. Idih, aneh banget kan? Sumpah nggak abis pikir.
Padahal kan kita sebagai anak rohis mau lho kalo diajak sama pihak sekolah untuk bantuin nyadarin temen-temen supaya kembali yang benar. Suer, kita mau!
Tapi ya, lagi-lagi nggak abis pikir banget karena ternyata anak ngaji mah tetep aja dicurigai, apalagi pas musim aksi terorisme yang diidentikkan dengan Islam dan kaum muslimin. Makin males aja tuh mereka yang emang sejak awal nggak mau ngaji. Ah, udah banyak yang aneh penghuni dunia ini memang.
Amerika dipuja, Islam dihina?
Sumpah, nggak abis pikir. Iya, gimana nggak, aksi terorisme yang kini diidentikkan dengan Islam udah bikin takut dan risih umat Islam sendiri. Apalagi setelah beredar VCD pengakuan orang-orang yang akan melakukan bom bunuh diri pada peristiwa peledakan bom di Bali 1 Oktober 2005. Kesan bahwa itu dilakukan umat Islam jadi kian mengental.
Padahal nih, kalo pun ada umat Islam yang begitu (meski kudu dicek sampe jelas), tapi bukan berarti itu dilakuan oleh kaum muslimin. Nggak bisa men-generalisir gitu dong. Sekarang gini aja, pasti deh nggak mau kalo misalnya ada polisi yang jadi bandar narkoba, lalu kemudian kita rame-rame mencap semua polisi begitu. Terus melakuan sweeping ke polsek-polsek untuk menggeledah semua polisi. Siapa tahu ada yang bawa narkoba. Siapa tahu ada temannya polisi yang kebetulan ketangkep, padahal sang teman nggak tahu apa-apa dan emang nggak make narkoba, apalagi jadi bandarnya. Tul nggak?
Nah, kalo pun mau, polisi atau siapa pun yang berwenang ngusut terorisme jangan men-generalisir bahwa itu dilakukan umat Islam lalu merasa berhak menggeledah setiap pesantren dan bikin kurikulum baru di pesantren.
Ah, model seperti ini kan gayanya Amerika yang nggak setuju dengan Islam yang akan menjadi pesaing ideologinya. Sebab, kalo banyak umat Islam yang sadar tentang pentingnya perjuangan untuk menegakkan kembali Islam di dunia ini, itu sama dengan alarm tanda bahaya bagi Kapitalisme telah berbunyi. Amerika, sebagai pengemban ideologi ini pasti akan bertindak apa pun untuk mengamankan dan mempertahankan ideologinya. Termasuk dengan cara yang kotor.
Nah, anehnya, kita malah ngikutin dan memuja Amerika, lalu merasa minder sebagai muslim, dan bahkan terkesan (ikut) menuduh or menginakan Islam dengan tuduhan-tuduhan agama Islam tuh ngajarin terorisme dan kaum muslimin sebagai teroris. Okelah sobat, jangan sampe termakan propaganda jahat Amrik ye.
Bersabarlah pejuang Islam
Sobat muda muslim, jangan takut dan jangan sedih, jangan menyerah terhadap orang-orang yang mencela, jangan pula minder karena kaum muslimin seolah-olah dianggap bagian dari teroris, jangan putus asa jika kita dicemooh oleh mereka yang membenci Islam. Sabar dan tetap berpegang teguh kepada Islam dan kepada Allah Swt.
Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya), lagi Maha Mengetahui.� (QS al-Maaidah [5]: 54)
Kita harus yakin, berapa pun jumlah orang yang akan mencela, mencurigai, menuduh, membenci, dan menghina kita, tapi jika Allah akan memuliakan kita, kita nggak bakalan sanggup dikalahkan. Insya Allah. Pasti.
Allah Swt. berfirman: “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.� (QS at-Taubah [9]: 32)
Sobat, lebih baik kita terus meyakinkan siapa pun bahwa Islam bukanlah ancaman, tapi Islam adalah pencerahan. Mereka yang menganggap Islam sebagai ancaman pasti berada di jalur yang salah. Sementara yang menganggap Islam sebagai pencerahan, adalah mereka yang insya Allah mendapat petunjuk. Gimana, setuju kan? [fahmarosyada]
(Buletin STUDIA – Edisi 270/Tahun ke-6/5 Desember 2005)