Ponsel berkamera emang asyik. Selain bisa buat ngobrol en ber-sms, juga bisa nyimpen momen asyik kita. Tapi kenapa jadi kebablasan?
Apa sih fungsi ponsel? Pastinya untuk cuap-cuap dan kirim pesan singkat, dan untuk urusan kerjaan. But, kini ponsel juga menjadi ajang hiburan dan penyimpanan data-data pribadi. Selain ada games dan ringtone yang makin canggih dan bening suaranya, ternyata ponsel juga bisa dipake untuk jepret-jepret, ngambil gambar.
Yup, kamu nggak aneh lagi kan liat sohib jeprat-jepret ngambil gambar. Entah lagi pengajian, hang out, atau iseng. Pokoknya, fasilitas kamera pada ponsel itu jadi nilai tambah buat ponsel. Tapi, dasar manusia, teknologi ponsel berkamera itu justru jadi ngundang kegiatan yang nggak-nggak.
Paling laris
Awalnya adalah di bulan November 2000, Sharp, vendor asal Negeri Matahari Terbit memproduksi J-SH04 untuk J-Phone. Kelahiran J-SH04, yang kala itu hanya berbekal 110.000 piksel, menjadi langkah awal dari sejarah ponsel kamera.
Tidak hanya menyediakan handset, J-Phone juga merumuskan formula pengiriman gambar dari ponsel kamera ke ponsel lain atau ke komputer via Internet. Sha-mail, begitu mereka menamai layanan yang diperkenalkan pada Desember 2000. Pada Juni 2002, J-Phone berhasil memikat sekitar 5 juta pemakai ponsel kamera.
Sekarang, menurut sebuah penelitian pasar terbaru, ponsel yang dilengkapi kamera terjual lebih banyak dibanding kamera digital konvensional untuk pertama kali dalam semester pertama 2003 sekaligus menandai titik balik industri wireless untuk mengungguli booming pasar fotografi digital.
Penjualan ponsel kamera di seluruh dunia melonjak sampai 25 juta unit dalam enam bulan pertama tahun ini dibanding kamera digital konvensional yang hanya mencapai 20 juta dalam waktu yang sama.
Dalam posisi yang sama tahun 2002, para operator ponsel di seluruh dunia mengapalkan 4 juta ponsel kamera digital. Permintaan yang tinggi terutama berasal dari Jepang dan penjualan ponsel kamera di Eropa dan Amerika akan terus meningkat walaupun tidak sebesar angka di Jepang, demikian menurut analis pasar.
Nggak tanggung-tanggung, teknologi ponsel berkamera makin edan-edanan. Selain dilengkapi dengan zoom, resolusi gambarnya juga makin tajam. Sebut saja Samsung, belum lama pengrajin ponsel asal Korea Selatan ini kembali meluncurkan handphone terbaru fitur kamera internal 5 megapixel. Kepala Samsung Elektronik, Cho Byung-deok menyatakan, handphone dengan nama model SCH-S250 tersebut mampu menghasilkan kualitas gambar yang setara dengan hasil bidikan kamera digital 5 megapixel. Selain itu, SCH-S250 juga dilengkapi fitur MP3 player dan TV function. Memori internalnya berkapasitas 92 MB, sehingga mampu menyimpan 25 foto beresolusi 5 megapixel. Coba, dahsyat nggak tuh!
Dengan teknologi yang makin ciamik, kita bisa nyimpen momen-momen manis dalam ponsel kita. Mau dibuka? Gampang. Mau dikirim via MMS (Multimedia Message Service)? Eyyuuu!
Salah guna
But, kita nggak bakal ngomongin teknologi ponsel berkamera. Kita mau ngebahas betapa manusia itu suka bikin malu sendiri. Teknologi itu kan sebenarnya ada untuk bikin hidup jadi lebih mudah dan manis. Tapi pikiran jail manusia malah bikin teknologi itu jadi menjijikkan.
Ketika ponsel udah bisa dipake nyimpen dan ngirim gambar, kita jadi heboh dengan bersliwerannya gambar-gambar porno. Mulai dari yang cuma animasi BW (black & white) sampe yang udah foto beneran. Kala itu, gambar-gambar seronok itu bisa diunduh (download) di internet gratisan, atau dikirim via SMS.
Dasar jail, begitu muncul teknologi ponsel berkamera, eh, gambar-gambar begituan juga nyangkut ke memori ponsel. Baik itu dikirim temen, bahkan ada yang nekat ngambil gambar sendiri. Seorang kenalan nyimpen potongan adegan panas seorang artis lokal dengan bintang film cowok bule. Adegan yang kata beliau berdurasi hampir 2 menit itu emang udah lama dihebohkan, dan diambil dari potongan sebuah film laga made in Hollywood.
Ada juga yang mengabadikan hal-hal sebenarnya privasi di ponsel pribadi mereka. Entah penasaran atau gimana, mereka motret diri sendiri lagi (sorry) setengah bugil dan bahkan bugil. Meski memotret diri sendiri tidak haram, tapi coba pikirin kalo sampe itu gambar jatuh ke tangan orang lain. Tidaaaaak!
Barangkali yang paling nekat, adalah mereka yang mengabadikan kebejatan mereka dalam ponsel. Masih inget kan kasus beredarnya foto-foto mesum dari ponsel yang melibatkan sejumlah seleb Indonesia? Bayangin, belum jadi suami-istri udah berani berbuat begitu, eh diabadikan lagi! Astaghfirullah!
Kekurangajaran pengguna ponsel berkamera berlanjut sampai tindakan curi-curi momen. Ya, harap ati-ati kalo kamu di tempat umum, ada aja orang iseng yang ngambil gambar dirimu. Berkat ponsel berkamera, orang bisa jadi paparazzi amatiran. Pokoknya, waspadalah!
Sebagai catatan
Ponsel+kamera emang kagak punya salah ape-ape. Ia kan cuma alat doang yang punya khasiat (qadar). Ia bisa bermanfaat; dipake nelepon ortu, SMS ke temen, bahkan buat dakwah. Tapi juga bisa membahayakan orang, seperti buat nyambit kepala atau ngegetok kepala adik kita. Semuanya berpulang kepada amal kita. Yang pasti, setiap muslim kan terikat hukum syara’, iya nggak? (koor: setujuuuu!).
Nah, buat kamu yang kebetulan kesampruk rejeki punya ponsel+kamera, jaga betul-betul manfaat kamera itu. Pake aje deh kamera itu untuk ngambil gambar yang ‘aman’. Misalnya, buat para akhwat, berfoto tanpa kerudung dan jilbab kan sah aja, tapi mbok ya ati-ati kalo harus disimpen di ponsel. Bukan apa-apa, ada kemungkinan temen cowok minjem, terus dia (perhaps) iseng atau nggak sengaja ngebuka folder fotomu, nah ketauan deh modalnya. Atau kalau takdir Allah bicara, terus ponsel kita dicopet gimana tuh?
Ada orang yang sedih ponselnya ilang bukan sekedar harganya mahal, atawa nomor-nomor pentingnya amblas, tapi juga karena ada gambar-gambar pribadi di situ. Amit-amit, jangan sampe deh, bro en sis!
Selain itu, jangan sampe deh ponsel itu dipake untuk nyimpen gambar-gambar atau adegan yang syuur. Kotorin pikiran en juga ngabisin memori ponsel kita, bro.
Last but not least, jangan coba-coba jadi paparazzi. Menguntit orang lalu dijepret, diambil gambarnya. Itu udah masuk kategori mata-mata (tajassus). Agama kita udah mengharamkan perbuatan itu. Karena ada sektor pribadi yang nggak boleh kita usik atawa kita ganggu. Kalaupun emang mau ngambil gambarnya, mbok ya bilang-bilang. Atau memang pada momen yang umum, lagi kumpul bareng, pengajian, demonstrasi atau jalan-jalan. Bukan menyengaja nguntit ala mata-mata. Inget bro en sis, di beberapa negara di Eropa penggunaan ponsel+kamera itu dibatasi oleh undang-undang. Kalo ada orang yang ngambil foto orang lain tanpa ijin, dan doi nggak suka, bisa diseret ke pengadilan dengan ancaman denda uang atau kurungan penjara. Nah, hukuman macam itu bisa juga diterapkan dalam pengadilan Islam untuk menjaga kehormatan sesama manusia.
So, semuanya berpulang pada kita. Teknologi itu diciptakan sebetulnya untuk kemudahan dan keindahan hidup kita. Jangan deh dirusak dengan pikiran jail dan kotor kita sendiri. Karena kalo sudah terjadi, yang bakal rugi kan kita sendiri.
Selain itu, emang kudu dikencengin budaya malu. Kalo punya rasa malu, orang nggak bakal deh mengabadikan hal-hal yang emang nggak pantes. Apalagi mengabadikan kemesuman sendiri. Please, deh!
Supaya lebih sip, emang kudu ada undang-undang yang ngatur masalah itu. Nah, kayaknya itu semua perlu hukum yang tegas dan adil. Apalagi kalo bukan syari’at Islam. Tanpa syari’at dan kehidupan Islam, hidup ini emang serba susah. Suer! [januar, dari berbagai sumber] | pernah dimuat di Majalah SOBAT Muda