gaulislam edisi 787/tahun ke-16 (26 Rabiul Akhir 1444 H/ 21 November 2022)
Hidup nggak bakalan tenang kalo punya utang, apalagi jumlahnya bejibun. Belum lagi kalo ngutang di tempat yang salah, pas jatuh tempo kamu diteror. Nggak ada enaknya hidup dengan utang. Awalnya terlihat menyenangkan karena dapetin duit, ujungnya bikin pusing tujuh keliling.
Kasus pinjaman online (pinjol) udah lama sebenarnya menjadi masalah. Banyak orang yang menjajal pinjam via aplikasi pinjol tersebut dibikin stres. Belum lama ada juga lho dari kalangan mahasiswa yang terjerat pinjol. Berdasarkan laporan di tempo.co (20/11), kejahatan online ini telah menelan korban sebanyak 317 orang, yang 116 di antaranya adalah mahasiswa IPB University. Total kerugian para korban sebesar Rp2,3 miliar, sedangkan untuk mahasiswa kampus pertanian itu jumlahnya Rp1,6 miliar. Ngeri!
Oya, khusus yang kasus ratusan mahasiswa tersebut mereka tertipu bisnis bodong berupa investasi di sebuah toko online yang dikelola seseorang. Tergiur keuntungan 10 sampai 15 persen dari setiap transaksi di toko online tersebut, banyak mahasiswa yang menginvestasikan duitnya di situ. Ada yang Rp2 juta, bahkan ada yang Rp20 juta. Nah, bagi mahasiswa yang tertarik investasi di situ, tetapi nggak punya modal, penipu mengarahkan agar meminjam di aplikasi pinjaman online. Di situlah masalahnya kemudian menjadi runyum. Mau untung jadi buntung!
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan menjelaskan bahwa modus Siti Aisyah Nasution (SAN) menipu mahasiswa IPB University adalah mengajak investasi di toko online miliknya. Keuntungan dari setiap transaksi yang dijanjikan sebesar 10 sampai 15 persen.
“Modus operandi yang digunakan oleh saudari SAN adalah dengan mengajak para korban untuk melakukan kerja sama berjualan online dengan meminjam di pinjaman online legal dan menginvestasikan pinjaman tersebut di toko atau market place milik saudari SAN,” ujarnya melalui siaran dari Mabes Polri, Senin, 21 November 2022 (tempo.com)
Begitulah kisahnya, eh, begitulah beritanya. Kalo mau bisnis jangan mudah tergiur dengan keuntungan yang besar dan konsisten setiap bagi hasilnya. Kalo dijanjikan keuntungan tetap dalam sebuah bisnis, itu perlu diwaspadai. Sebab, bisa jadi memang itu penipuan. Ya, logika aja sih, apa iya sebuah bisnis untung terus? Pasti akan ada saatnya rugi. Investasi di bisnis itu nggak selamanya kudu menanggung untung, kadang juga nggak dapat apa-apa, bahkan nombok. Nah, ini rumus yang perlu kamu ketahui kalo ada orang yang ngajakin investasi tetapi menjanjikan keuntungan dalam jumlah besar dan konsisten alias dapat terus, harus hati-hati.
Jangan mudah tergiur untung
Sobat gaulislam, urusan dunia memang bikin seger dan pastinya semangat mengejarnya. Umumnya sih begitu. Siapa pula yang nggak suka duit? Memang duit bukan segalanya, tetapi di zaman sekarang banyak hal butuh duit. Ada ungkapan juga kalo urusan duit, “Pengen urusan mulus, ya pake fulus.” Atau “Maafih fulus mampus”. Intinya, di zaman sekarang duit jadi alat yang bukan saja untuk membeli banyak hal yang kita inginkan, tetapi sekaligus sebagai indikator status kemapanan seseorang.
Ada banyak cara orang mendapatkan uang, seperti dalam lagunya Bang Haji Rhoma Irama, “Seribu satu macam itu bidang pekerjaan/Dari jadi pengamen sampai jadi seorang presiden/Seribu satu macam cara orang mencari makan/Dari menjual koran sampai menjual kehormatan”.
Ini lagu jadul banget, kamu kayaknya belum lahir, deh. Iya. Ini lagu ada di album Soneta Vol. 15, tahun 1989. Tahun segini, saya baru kelas 1 SMK. Masih unyu-unyu. Sekadar tahu aja, lagu ini barengan deh tuh dengan lagu Gali Lobang Tutup Lobang. Satu album. Nanti bisa jadi kita bahas juga karena kaitannya dengan utang. Eh, jadi ngomongin lagu Bang Haji, sih? Hehehe.. iya nih abisnya ada teman yang ngefans sama Bang Haji. Lho, apa hubungannya?
Kamu perlu tahu bahwa dalam usaha itu bukan melulu nyari untung secara finansial. Apalagi berharap selalu untung dalam setiap transaksi atau yang kita usahakan. Nggak selalu, artinya adakalanya rugi. Maka, kalo ada yang nawarin investasi untuk sebuah usaha, perlu hati-hati dan waspada. Cari tahu usaha apa yang ditekuninya, cek track record usahanya, bila perlu tanya sama orang yang ngerti seputar bisnis atau usaha. Jangan asal tergiur keuntungan besar, lalu main naro aja uangmu di bisnis tersebut.
Oya, jangan juga maksain diri untuk usaha kalo nggak punya duit, misalnya dengan nekat ngutang, apalagi ngutang ke pinjol. Aduh, nggak deh. Kalo mau usaha kudu ngutang, bakalan berabe nantinya. Repot. Belum untung sudah kudu bayar nyicil utang. Terus ngutang lagi untuk modal usaha. Akhirnya, gali lobang tutup lobang. Termasuk kalo yang ngutang ke pinjol. Malah lebih parah. Sekali terjerat pinjol, tambah jebol keuanganmu. Gali lobang tutup lobang jadi keharusan. Belum lagi kalo diteror secara fisik, minimal kepala bisa benjol. Pikirkan sebelum segalanya jadi ruwet.
Syukuri apa yang dimiliki
Sobat gaulislam, bersyukur adalah kunci agar hidup kita tak melulu panas ingin mengejar dunia. Menerima alphard adanya, eh, apa adanya. Bersyukur itu menenangkan jiwa dan pikiran. Menumbuhkan sifat qanaah alias sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang kita usahakan serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan berkurang. Nah, ini yang perlu kita tonjolkan dan kamu semua pahami. Nggak perlu jor-joran mengejar dunia, apalagi jika terdorong ingin menggunakan harta yang didapat untuk memenuhi gaya hidup hedon, sekadar bersenang-senang. Duit yang susah payah didapat, bisa dengan cepat menguap.
Kalo pengen banyak duit, kaya raya, silakan aja. Boleh. Asalkan cara mendapatkannya halal, dan dikeluarkan untuk kebaikan. Satu lagi, jangan berutang. Syukuri apa yang sudah didapat dari hasil usahamu. Nggak usah memaksakan diri ingin meraih harta berlebih tetapi dengan cara yang haram, termasuk kudu menghindari berutang, apalagi utangnya ada ribanya. Ngeri. Nggak akan selesai dilunasi. Ketika ditunda-tunda, bunganya saja sudah mencekik, gimana bisa bayar pokoknya? Sudahlah rugi, dosa pula. Jangan sampe, ya!
Hidup itu nikmat dan enak tanpa utang. Jangan biasakan berutang. Semangat bekerja dan berusaha menjemput rezekimu, dan nikmati hasil upayamu. Berapa pun yang kamu dapatkan. Syukuri dan qanaah atas apa yang diberikan Allah Ta’ala. Ikuti perintah-Nya, jauhi larangan-Nya. Hidup akan tenang. Sebab, kebahagiaan sejati adalah tercapainya ridha Allah Ta’ala.
Jika harus berutang
Syaikh Sayyid Sabiq menyatakan bahwa qaradh (pinjaman) adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Sebab, dengan qaradh seseorang akan berlaku lembut, menyayangi orang-orang yang sedang ditimpa kesusahan, serta memberikan kemudahan dalam urusannya, dan memberikan jalan keluar dari duka dan kekalutan yang menimpa mereka.
Menurut bahasa, al-Qardh bermakna al-Qath’u (memotong). Bila dikatakan qaradha asy-syaia, maknanya adalah qatha’ahu (memotongnya). Disebut demikian, karena orang yang meminjamkan hartanya kepada orang lain, telah memotong sebagian hartanya untuk orang lain. Sedangkan menurut pengertian syara’, qaradh adalah; penyerahan harta kepada orang lain yang akan mengambil manfaatnya, untuk kemudian dikembalikan lagi.
Ya, kita menyadari kok, bahwa tak selamanya manusia itu sukses. Adakalanya, dia harus menerima kenyataan pahit: gagal. Belum pernah ada ceritanya orang yang punya pohon duit, dan tiap hari bisa panen. Ngimpi kali, ye. Kalo gitu enak banget. Sebab, para konglomerat aja sebenarnya dia pengutang kelas kakap, lho. Nah, bagaimana jika kita terpaksa harus berutang?
Mudah-mudahan beberapa tips di bawah ini bisa memberikan panduan jika terpaksa harus berutang:
Pertama, jenis utangnya. Kita perlu nih untuk menentukan jenis utangnya. Terutama adalah kebutuhan yang mendesak. Seperti mengutang untuk kebutuhan rumah tangga, misalnya membeli beras, membeli makanan pokok lainnya, berobat, atau hal lain yang sifatnya memang mendesak dan emergency. Jangan sampe kita mengutang sesuatu yang sebenarnya bukan kebutuhan mendesak atau sama sekali bukan yang kita butuhkan saat ini. Misalnya nih, ngutang untuk beli mobil. Padahal, rumah aja belum punya. Untuk makan aja susah. Wew, buat apa tuh mobil, dijual lagi?
Makin tambah ribet deh, tuh. Hal yang bukan mendesak lainnya misalnya bikin atau beli rumah. Waduh, nggak banget deh kalo sampe kudu ngutang sih. Ribet urusannya, Bro en Sis. Kalo mampunya baru kontrak rumah, ya sudah kontrak rumah aja dulu. Nggak perlu memaksakan beli atau bikin rumah. Apalagi jika pemasukannya masih belum jelas. Makin bertambah masalahnya. Ngebul deh tuh ubun-ubun mikirin bayar utangnya.
Jadi intinya, tentukan prioritas jenis utang sesuai kebutuhan yang mendesak alias darurat (emergency). Bukan untuk memuaskan keinginan, padahal itu belum kita butuhkan untuk saat ini dalam waktu cepat dan sifatnya segera. Di sinilah kita kudu bijak memilih jenis utang yang hendak kita ambil. Nah, kalo ngutang untuk investasi, nggak perlu deh, apalagi ngutang ke pinjol.
Kedua, sumbernya. Ini penting juga. Jangan sampe kita berutang kepada pihak rentenir atau bank atau ke pengelola pinjol (baik legal maupun ilegal) yang menerapkan sistem riba. Bahaya besar, Bro en Sis. Itu namanya masuk ke mulut buaya. Bukannya menyelesaikan masalah, tetapi menambah masalah baru. Jika pun harus berutang, pilihlah pihak yang mengerti hukum syara. Bisa teman, bisa siapa saja yang kita tahu jati dirinya dengan benar dan baik. Supaya kita berutang tapi tidak menyalahi hukum syara. Ok?
Ketiga, jumlahnya. Ya, jumlah pinjaman harus kita pikirkan dan sesuaikan dengan kapasitas kemampuan kita untuk melunasinya. Jangan berutang dalam jumlah besar, sementara usaha kita selama ini tak memberikan hasil signifikan untuk bisa melunasinya. Artinya, jangan bermimpi punya uang dalam jumlah besar dari hasil mengutang, tetapi kemampuan untuk menutupnya tak sebanding. Itu akan membuat kita kedodoran dan kerepotan saat harus melunasinya. Seperlunya saja, sesuai kebutuhan. Jangan memaksakan berutang dengan jumlah yang besar untuk sebuah keperluan mendesak. Tapi sebenarnya tersimpan niat lain, yakni untuk keperluan lainnya yang kurang produktif atau sekadar memenuhi nafsu konsumtif. Nggak deh!
Keempat, batas waktunya. Ini penting untuk mengukur dan mengatur waktu pengembalian pinjaman. Baik yang mengutang maupun yang memberikan utang harus mencatatnya. Dicatat waktu saat mengutang dan waktu pengembaliannya. Agar masing-masing pihak punya komitmen yang sama dalam kerjasama tersebut.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Saat kita terpaksa berutang, dan setelah memikirkan serta mempertimbangkan poin-poin di atas tadi, kita harus memiliki komitmen untuk melunasinya. Jangan anggap enteng utang. Kalo utang yang satu belum lunas, jangan bikin utang lagi. Kayak lagu Gali Lobang Tutup Lobang yang didendangkan Bang Haji Rhoma Irama, “Lobang digali menggali lobang/Untuk menutup lobang/Tertutup sudah lobang yang lama/Lobang baru terbuka/Gali lobang tutup lobang/Pinjam uang bayar hutang.”
Waspada, lho. Sebab, nggak kerasa lho, tahu-tahu udah segunung deh tuh utang. Kalo nabung masih mending. Nabung sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit alias banyak. Lha, kalo ngutang? Sedikit demi sedikit lama-lama menjerat dan menenggelamkan kita. Apalagi kalo ngutangnya ke pinjol. Warning tingkat tinggi tuh!
Oke deh, jadikan fakta ini sebagai pelajaran buat kamu, ya. Ratusan orang atau bisa jadi ribuan orang udah tertipu di bisnis bodong atau terjerat utang yang menggunung di pinjaman online alias pinjol. Jangan sampe bikin jebol, ya! [O. Solihin | IG @osolihin]