gaulislam edisi 733/tahun ke-15 (3 Rabiul Akhir 1443 H/ 8 November 2021)
Ah, kalo saya sih nggak pernah pacaran, jadi ya nggak terkenang masa itu. Hehehe.. nggak percaya kalo saya nggak pacaran di masa remaja? Boleh aja sih kalo nggak percaya. Masa remaja dulu, saya belum pernah pacaran. Kalo suka sama lawan jenis, ya pernah sih. Namun, nggak berani ngungkapin, apalagi mengekspresikannya dalam bentuk pacaran. Nggak banget. Lagian udah tahu kalo itu perbuatan dosa.
Oya, gimana kalo yang pernah pacaran lalu sadar, tetapi di tengah jalan ada godaan buat ngelakuin lagi pacaran? Jadi, masih terkenang masa pacaran, gitu. Cie-cie yang masih terkenang masa pacaran. Meski sudah jadi mantan, pengennya balik lagi, jadian lagi. Lalu update status di facebook atau di story instagram sambil berharap mantan pacarmu baca. Statusnya begini: “Cobalah untuk mencintaiku walaupun cuma pura-pura. Dan pasti lama kelamaan kamu akan lupa kalau kamu sedang berpura-pura mencintaiku.” Halah, gombal!
Malah ada yang nekat menghibur diri dengan bikin status di media sosial, “Beruntunglah kamu yang menyakiti tapi tetap dipertahankan. Karena cintanya masih kuat tak terkalahkan.” Wedew, ini juga sok romantis. Hehehe.. bukan merendahkan atau menghina, lho. Tetapi coba deh dipikirin lebih jernih. Apa perlu mengenang semua itu? Apa masih penting mengenang masa pacaran? Sudahlah, terima nasib saja jadi mantan. Duh, tega banget ya nulisnya?
Sobat gaulislam, bagi sebagian orang memang sulit melupakan mantan. Malah yang terjadi sebaliknya, sengaja masih menyisakan di ruang hati untuk mengenang masa pacaran. Mencoba untuk mengingat masa-masa indah saat pacaran. Membuka kronologis di timeline facebook atau buka arsip story instagram. Membuka kembali arsip foto lama yang tersimpan di album facebook atau arsip foto di instagram. Mungkin kamu masih punya nomor teleponnya, tapi ada rasa bimbang menyergap meski diam-diam merasa senang kalo seandainya bisa mengingat kembali masa itu, bahkan bakalan surprise kalo kemudian bisa jadian lagi meski sudah jadi mantan sambil coret-coret di timeline twitter atau story dan reels instagram (hasil contekan dari nyari di google), “Berapa kalipun aku membagi, mengurangi, menjumlahkan dan mengalikan rasa rindu, jawabannya akan selalu kamu.” Hadoooh nulisnya beneran dari hati tuh?
Sebenarnya saya ingin bertanya nih sama kamu, kok bisa sih terkenang masa pacaran meski sudah ditinggal jauh sama mantanmu? Siapa tahu mantanmu malah udah nyaman bersama pacar barunya. Kok kamu masih berusaha mengenang masa pacaran, apa memang kamu lagi galau pengen jadian lagi sama dia? Ayo, ngaku aja!
Sudahlah, nggak usah diperpanjang dengan mengungkap banyak kenangan. Khawatir kamu jadi tambah baper sama mantanmu. Sementara kamu sebenarnya juga sadar bahwa hal itu mustahil. Apalagi pacarmu sudah bahagia dengan pacar barunya. Tul nggak sih? Kenangan kamu jadi tak begitu berarti.
Kenangan yang tak perlu
Kenangan, kalo diinget-inget terus hanya akan membuat kamu merindukan masa-masa lalu. Khususnya masa pacaran dengan mantanmu. Bagi anak cowok sih, kelihatannya gampang melupakan mantan, deh. Tetapi bagi anak cewek, hal itu sulitnya minta ampun. Maklum deh, anak cowok tuh nggak banget bawa perasaannya. Awal-awal putus atau diputusin pastinya nge-drop kayak batere lowbat. Tapi kalo udah lewat masanya, apalagi nemu (idih, nemu, emangnya barang?) yang baru, bisa langsung move on! Beda dengan cewek, umumnya baper aja. Mungkin, karena cewek lebih sulit bisa dapetin lagi pasangan, ketimbang anak cowok yang malah mudah gonta-ganti pasangan.
Nah, tulisan ini memang saya prioritaskan buat anak cewek. Dulu banget, buletin gaulislam ini ada edisi cetaknya, lho. Di edisi cetaknya disediakan rubrik “Curhat Dong”. Setidaknya, dari ratusan pengirim SMS waktu itu (belum populer WhatsApp), perkiraan saya 80 persen adalah cewek. Dari 80 persen anak cewek yang ngirim SMS, 70 persen isi pesannya curhat soal mantan.
Waduh, kalo prosentasi itu dikonversi jadi angka hasilnya bisa ketahuan berapa jumlahnya. Misalnya pengirim SMS ada 200 orang. Berarti kalo 80 persen itu cewek, maka ada 160 orang pengirimnya adalah cewek. Nah, dari 160 orang cewek yang kirim SMS ke redaksi, maka 70 persen dari 160 orang adalah 112 orang mengirim pertanyaan seputar mantan. Sisanya yang 48 orang itu isinya pertanyaan umum masalah remaja lainnya.
Namun demikian, meski mayoritas yang sulit lupakan mantan pacar adalah kaum Hawa, tetapi tulisan ini juga cocok bagi kaum Adam. Tujuannya tentu supaya tahu permasalahan seputar mantan ini, dan mencoba untuk bijak sebelum lakukan pacaran. Tul nggak?
Kalo kamu masih terkenang terus masa pacaran, sementara kondisi kamu saat ini statusnya adalah mantan, ini menunjukkan bahwa kamu lagi ngalami dilema. Lebih parah lagi, itu dilema yang seharusnya nggak perlu. Iya, nggak perlu. Nggak perlu banget malah. Nggak perlu juga untuk mengenangnya.
Memangnya kalo udah status mantan, peluang kamu balik lagi besar? Mungkin saja ada yang menjawab besar. Itu sebabnya, tetap berharap. Meski dengan harap-harap cemas. Tapi kudu ingat bahwa kalo jadian lagi juga belum tentu lebih baik. Tolong pikirkan dengan jernih dan berulang kali pertimbangan. Sebab, umumnya soal ini adalah perasaan yang dikedepankan, bukan akal sehat. Tentu, kalo akal sehat yang dikedepankan, sejak awal nggak mungkin lakuin pacaran. Beneran!
Mengenang sesuatu yang baik sih boleh saja. Asalkan itu diniatkan untuk menyemangati kamu agar lebih baik di kemudian hari. Tetapi, yang nggak habis pikir adalah mengenang masa pacaran. Apanya yang perlu dikenang? Pacaran itu bagian dari maksiat, aneh aja kalo terus dikenang. Maaf lho, ini bukan nyinyir sama kamu. Ini sekadar membenturkan apa yang kamu pahami aja.
Kok membenturkan? Iya, karena kamu kan masih terkenang masa pacaran, sementara saya menganggap hal itu nggak ada gunanya. Jadi saya tabrakkan saja sekalian pendapat kamu dengan pendapat saya. Terjadi benturan, kan? Semoga saja akibat benturan ini otak kamu nggak gegar atau cedera. Sebab, ini hanya benturan dua pendapat. Jadi yang digelitik bukan otaknya, tetapi akalnya. Sengaja saya lakukan agar kamu siap menerima segala kondisi. Sekali lagi, jangan dianggap galak atau kasar, ya. Ada banyak cara untuk menyadarkan orang dan harus siap dengan cara yang seperti ini, bahkan mungkin nanti ada yang lebih keras lagi.
Saya punya buku bagus tuh, tentang air mata penyesalan. Isinya tentang orang-orang yang berdosa dan menyesal bila mengingat dosa yang sudah dilakukannya. Nah, kalo mau boleh tuh keburukannya pacaran yang dikenang. Dikenang tapi nggak mau dilakukan lagi karena udah nyesal banget-banget. Mengenang sekadar untuk mengingat kalo itu dosa dan nggak mau dilakukan lagi. Nah, sementara yang kamu lakukan sebagai mantan dengan cara mengenang kembali masa-masa pacaran, itu niatnya supaya terbangkitkan lagi kenangan dan peristiwa masa pacaran untuk dijadikan alasan bisa balik lagi ke mantanmu. Aduh, nggak banget deh.
Lupakan dosa
Sobat gaulislam, maksiat itu jangan dikenang, apalagi berniat melakukannya lagi. Jangan. Mestinya sesali, jauhi, dan jangan diulang lagi. Barengi dengan banyak amal shalih. Lupakan dosamu. Jangan bangga untuk mengingatnya lagi. Jangan sampe.
Menurut Ibnu Jauzi rahimahullah, “dosa yang menempel pada hati, seperti noda lemak yang menempel pada baju. Jika tidak segera dicuci, tentu akan menyebar luas.”
Nah, jadi emang kudu dilupakan dosa yang pernah dilakukan. Khawatir malah jadi tabiat dalam diri kita sehingga gampang melakukan dosa. Mestinya jangan dikenang apalagi ingin mengulang perbuatan dosa itu. Bahaya, Bro en Sis!
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Orang yang cerdas hendaknya mengetahui bahwa para pecandu syahwat dan maksiat akan menuju kepada sebuah keadaan bahwa mereka tidak akan merasakan lagi kelezatan maksiat mereka. Meski demikian, mereka juga merasa tidak sanggup untuk meninggalkannya.” (Raudhatul Muhibbin, jilid, hlm. 470)
Bro en Sis, daripada mengenang kembali masa pacaran, lebih baik mengingat buruknya dosa dan maksiat dari pacaran. Diingat agar jangan dilakukan. Maimun bin Mihran rahimahullah berkata, “Seseorang mengingat Allah subhanahu wa ta’ala ketika hendak bermaksiat (sehingga menahan diri darinya) itu lebih baik dan lebih utama daripada zikir kepada Allah dengan lisan.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 128)
Udah deh, ini untuk ke sekian kalinya saya ngingetin. Jangan mengenang masa pacaran. Kalo udah putus ya udah jalani dan tinggalkan dosa selama pacaran. Sesali dan jauhi. Dekati teman-teman yang baik dan gemar beramal shalih agar kamu bisa sepenuhnya melupakan mantanmu. Sekaligus, tentunya melupakan dosa tersebut agar tak diulang kembali.
Ada nasihat bagus kalo kita ingin selamat. Imam al-Hasan al-Bashry rahimahullah berkata, “Pemahaman adalah wadah ilmu, ilmu adalah petunjuk untuk beramal, amal adalah penuntun kebaikan, sedangkan hawa nafsu adalah kendaraan maksiat, harta adalah penyakit orang-orang tidak bersyukur, dunia adalah pasar untuk menyiapkan bekal akhirat, dan kecelakaan besar bagi siapa saja yang kuat menggunakan nikmat-nikmat dari Allah untuk bermaksiat kepada-Nya.” (Adabul Hasan, hlm. 47)
Ah, karena saya generasi jadul saat remaja, yakni masa masih lajang selepas SMK lalu bekerja, jadinya inget nasyid dari Suara Persaudaraan (SP) yang kebetulan cocok dengan pembahasan kita kali ini, judulnya “Kereta Taubat”. Oya, SP berdiri akhir tahun 1995. Ini sebagian liriknya:
Kusentuh tombol laju keretaku
Menuju ke pemukiman orang-orang taubat
Kuberanjak untuk tanggalkan
Dosa-dosa yang t’lah lekat berkarat
Telah kupilih jalanku
Untuk tetap lurus dalam dien-Nya
Bersihkan diri entas jiwa
Dari kesesatan syathani
Selamat tinggal masa lalu
Suatu masa yang kelabu
Masa yang bertaburkan kebodohan
Yang bernafaskan kejahiliyahan
Kalo pengen lengkap isi liriknya dan gimana nasyid itu dilagukan, silakan aja cari di youtube, ada kok.
So, masih mau mengenang masa pacaran untuk kemudian kembali berbuat maksiat dengan mantan pacarmu? Nggak banget, deh. Jangan dong. Putus pacaran itu adalah kesempatan untuk bertaubat. Jangan malah mengenang untuk mengulanginya lagi perbuatan dosa tersebut. Bertaubatlah dan berharaplah rahmat Allah Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-Zumar [39]: 53)
Lupakan mantan pacarmu, jangan mengenang kembali masa-masa pacaran yang emang udah jelas terkategori maksiat tersebut. Fokus pada taubatmu dengan menyesali perbuatan dosa yang udah dilakukan. Serius dalam menjauhi maksiat dan gemarlah berbuat kebaikan, yakni dalam beribadah dan beramal shalih. Lebih keren lagi kalo kamu terjun dalam dakwah untuk menyelamatkan para remaja lainnya agar tak terjerumus dalam maksiat bernama pacaran. [O. Solihin | IG @osolihin]