Thursday, 21 November 2024, 20:41

logo-gi-3 gaulislam edisi 156/tahun ke-3 (10 Dzulqaidah 1431 H/ 18 Oktober 2010)

Apa yang kamu tahu tentang Friedrich Wilhelm Nietzsche? Yup, doi lebih akrab dengan panggilannya “Nietzsche Sang Pembunuh Tuhan” yang memproklamirkan bahwa “Tuhan telah mati” menjelma menjadi tokoh atheis yang cukup ternama. Kamu tahu band metal di Bandung yang bernama Forgotten? Yup, band ini juga mempunyai lagu dengan judul yang sama dengan apa yang telah diproklamirkan oleh Nietzsche: “Tuhan telah mati”.

Mungkin Forgotten banyak terinspirasi dari Nietzsche. Nietzsche tidaklah sendirian dalam keatheisannya, masih ada beberapa tokoh seperti Sigmun Freud, Charles Darwin, Ludwig Feuerbach, Stephen Hawkins dan lain-lain. Tokoh-tokoh ini adalah orang-orang yang tidak percaya akan eksistensi Tuhan dan mungkin bila Tuhan itu ada, Tuhan tidak lagi dibutuhkan di dunia ini dan telah menjadi sampah. Begitulah kalo kaum agnostik ngomongin soal Tuhan yang hampir-hampir mirip dengan golongan atheis.

Kebanggaan atheis

Bro en Sis, para atheis sering lho ngebangga-banggain teori Big Bang dalam proses penciptaan bumi dan pada proses tersebut mereka mengatakan tidak ada campur tangan Tuhan di sana. Ada juga beberapa pertanyaan klasik dari para atheis yang sering dilemparkan kepada para theis, yaitu: “Dapatkah Tuhan menciptakan batu yang sangat besar sehingga Tuhan tidak dapat mengangkatnya?” dan yang kedua “Untuk apa Tuhan menciptakan manusia?”.

Bro en Sis, pertanyaan mereka tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan klasik yang sudah terjawab, hanya saja mereka mengembangkannya dengan beberapa sangkalan untuk memojokkan para theis. Contohnya pertanyaan pertama, kalo kita kaji lagi pertanyaan tersebut maka pertanyaan tersebut tidak bisa kita jawab dengan “Tuhan dapat menciptakan batu tersebut dan tidak dapat mengangkatnya” atau “Tuhan tidak dapat menciptakan batu tersebut”. Karena jika Tuhan dapat menciptakan batu tersebut maka mereka para atheis bertanya: “Di mana ke-Mahakuasaan Tuhan sehingga Ia tidak dapat mengangkat batu tersebut?” atau jika Tuhan tidak dapat menciptakan batu tersebut, mereka akan bertanya: “Di mana ke-Mahakuasaan Tuhan sehingga Ia tidak dapat menciptakan batu tersebut?”

Contoh yang kedua, “Untuk apa Tuhan menciptakan Manusia?”. Boys and gals, masih banyak lho orang yang bingung saat ditanyakan soal ini. Sebagian kaum muslimin meyakini apa yang mereka kerjakan sebagai perintah dari Allah Swt. yang wajib dijalankan. Misalnya shalat 5 waktu, orang yang ditanyatakan tersebut langsung menjawab “Manusia diciptakan untuk menyembahNya”. Pertanyaan tersebut tidak langsung usai dengan jawaban itu, kaum atheis biasanya kembali bertanya: “Apakah Tuhan membutuhkan sesembahan dari manusia, sehingga Ia menciptakan manusia untuk menyembahNya?”

Lalu bagaimana jawaban yang tepat?

Ini dia: bantahan untuk para atheis

Dalam teori Big Bang yang mereka katakan tidak ada campur tangan Tuhan, coba kita berpikir bersama “Adakah suatu materi yang dapat berkuasa atas dirinya sendiri?” Contoh kecilnya nih gua kasih, apakah batu dapat berkuasa atas dirinya sehingga ia bisa membentuk suatu bangunan rumah dengan sendirinya tanpa ada campur tangan manusia? Gua rasa hal ini mustahil terjadi atau apakah kita manusia dapat berkuasa sepenuhnya atas diri kita?

Coba deh Bro en is, elo inget-inget waktu elo pada kebelet pengen buang air kecil, bisa nggak elo kendaliin diri elo supaya nggak jadi buang air kecil? Gua rasa jawabannya adalah “Nggak bisa!”, yang ada elo semua nantinya bakal kena penyakit kencing batu. Hehehe…

Jadi dalam ledakan Big Bang yang meluas ke seluruh penjuru mustahil terjadi bila tidak ada campur tangan Allah Ta’ala. Hal ini bisa kita lihat dalam firman Alla Swt.: “Dia Pencipta langit dan bumi.” (QS al-An’aam [6]: 101). Pada firman Allah tersebut telah dinyatakan bahwa Allah pencipta langit dan bumi dan permasalahan ledakan Big Bang yang meluas ke seluruh penjuru tersebut juga bisa kita lihat pada firman Allah Swt.: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS dz-Dzaariyaat [51]:47)

Untuk masalah Tuhan dan batu tersebut pas banget tuh sama kejadian beberapa hari yang lalu waktu gua pulang dari Bandung menuju Bogor. Di bis gua duduk berdampingan dengan seorang pemuda, yang jelas lebih tua dari gua dan gua lebih ganteng dari dia. (Narsis abis!)

Untuk ngilangan kejenuhan di perjalanan, gua baca buku yang gua pinjam dari teman. Buku tersebut mengulas permasalahan agama dan filsafat. Pemuda rupanya tertarik dan nanya ke gua: “Mas, suka sama filsafat?”

Gua langsung aja nyeletuk, “Gua masih suka manusia dan karena gua laki-laki gua suka manusia berjenis kelamin wanita.”

Pemuda itu langsung ketawa dan lanjut bertanya “Maksud gua mas suka baca buku filsafat?”Gua langsung ngeduga kalau orang yang nanya ke gua pasti punya hobi yang sama kayak gua, yaitu filsafat. Gua langsung jawab, “Lumayan tapi nggak begitu ngerti. Hehehe…”

Dia langsung nanya ke gua, “Menurut Mas, apakah Tuhan dapat menciptakan batu yang sangat besar sehingga dia tidak dapat mengangkatnya.” Dalam hati sih gua ketawa, selain pertanyaannya yang menurut gua jadul banget. Gua jadi inget tentang kisah di jerman yang pernah gua baca, yang juga mendiskusikan hal ini di dalam bus. Maka, gua nggak pengen memberi pernyataan, tapi gua langsung bilang: “Nanti masalahnya Tuhan tidak Maha Kuasa ya Mas? Kalo begitu saya mau tanya, “Kalau setelah Tuhan tidak dapat menciptakan batu tersebut atau Tuhan dapat menciptakan batu tersebut dan dia tidak dapat mengangkatnya, lalu dengan hal itu ke-Mahakuasaan Tuhan hilang.Terus, siapa yang menjadi Maha Kuasa?”

Ya, seperti yang udah gua duga, orang tersebut nggak bisa jawab pertanyaan gua dan diskusi kami tentang masalah filsafat terhenti sampai di situ.

Bro en Sis, kita mengenal banyak sifat-sifat Allah Swt., selain itu ada juga sifat yang “mustahil” ada pada Allah Swt., contohnya: Allah Swt. mustahil tidak kekal, Mustahil lemah, Mustahil tuli, dan lain sebagainya. Jadi yang seharusnya diketahui orang tersebut sebelum mempertanyakan hal itu adalah mengenal Allah Swt.

Terus, untuk jawaban mengenai “Untuk apa Tuhan menciptakan manusia di bumi?” Jika kita membaca firman Allah Swt.:  “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” (QS Faathir, [35]: 15-17)

Dari ayat ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa Allah Ta’ala sama sekali tidak membutuhkan manusia.

Di lain ayat: ”Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS al-Mukmin [40]: 60)

Ayat ini menerangkan bahwa manusialah yang butuh Allah Swt (menyembahNya) supaya manusia tersebut selamat dari siksa neraka.

‘Logika’ menuju adanya Tuhan

Bro n Sis, gua di sini mau ngajak untuk sedikit bermain logika, yaitu suatu rentetan peristiwa mundur atau bahasa kerennya tuh “regresi”. Jika kita hitung mundur dari kita, lalu ayah kita, lalu, mbah kita, terus ke babehnya mbah kita, terus lagi, terus dan terus, maka kita akan mendapatkan sepasang manusia yang kita kenal Nabi Adam dan istrinya. Setelah itu timbullah pertanyaan dari dalam tempurung kepala kita “Berasal dari mana atau siapa yang membuat atau siapa yang menciptakan mereka?” Maka akan ketemu jawaban mutlak dari pertanyaan tersebut adalah “Tuhan”. Seperti saat kita menghitung mundur dari angka “10” maka akan timbul angka “0” sebagai penghitungan akhir, dan para atheis tidak dapat bertanya “Dari mana adanya Tuhan?” karena Dia adalah awal dari segalanya, seperti angka “0” yang juga tidak dapat mereka jelaskan “dari mana adanya “0”?”, karena angka “0” adalah awal dari angka.

Bro en Sis, dengan segala penjelasan gua yang sangat singkat, bahwa Tuhan itu MUTLAK ada dan Dia tidak mungkin ada dari adanya suatu dan dia tidak dapat menjadi lemah bahkan mati. Sebagai muslim, kita memang mempercayai adanya Allah, dan kita harus beriman kepadaNya. Itu sebabnya, kita harus menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. Soalnya, nanti segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan di hari akhir kelak. Insya Allah jika kita telah menjalankan apa-apa yang Allah perintahkan dan menjauhi semua apa-apa yang telah Allah larang, maka kita akan selamat dari siksa neraka.Kita akan diberikan balasan yang layak, yaitu surga yang berlimpah segala nikmatNya.

Bro n Sis, kita semua seharusnya bersyukur karena telah memeluk agama Islam, agama yang akan mengantarkan manusia ke dalam keselamatan. Allah Swt. telah memberi al-Quran sebagai petunjuk untuk menyelamatkan kita. Al-Quran juga menjelaskan bahwa Tuhan itu ada dan Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Jadi kita tidak perlu lagi pusing memikirkan pertanyaan-pertanyaan konyol: “Tuhan itu ada nggak ya?”; “Siapa yang menciptakan bumi?”; “Akan ke mana manusia setelah mati?” atau hal-hal yang lainnya. Sebabnya, di dalam al-Quran, hal itu telah dijelaskan dan bagi yang mengingkari Allah Swt., maka tunggu saja siksa yang akan terjadi nanti, entah itu di dunia ini atau akhirat.  [putra: utha_freak@yahoo.com]

5 thoughts on “Tuhan Ada dan Tuhan Tidak Mati

  1. orang yang atheis tidak akan pernah puas dengan jawaban apapun juga. Tapi yang pasti dia sendiri tidak akan pernah dapat membuktikan apakah memang Tuhan tidak ada. Kalau Hawking bertanya; seperti apa, atau bagaimana mekanisme intervensi Tuhan dalam setiap penciptaan atau fenomena ? Dia juga tidak akan dapat buktikan , apakah hukum fisika menciptakan dirinya sendiri ( selef creation ).

  2. Salam sejahtera.
    untuk penggemar rubrik gaul islam marilah kita membuka kembali buku ilmu Fiqih yg dipelajari semasa kita belajar di TPA /Madrasah.
    >>> arti dari surah Al-ikhlas mnjadi pedomannya.
    salam ALfamania.
    Wassalamualaikum warahmatullohiwabarokatuh.

Comments are closed.