gaulislam edisi 679/tahun ke-14 (9 Rabiul Awwal 1442 H/ 26 Oktober 2020)
Miris dan prihatin sebenarnya kalo kita mau nulis dan bahas seputar ukhuwah islamiyah. Why? Sebab, dalam beberapa kasus hanya “indah dalam teori, tetapi buruk dalam praktik”. Ya, memang tidak semua buruk sih. Ada banyak juga sisi baiknya yang dipraktikkan oleh kaum muslimin. Namun, ibarat pepatah “karena nila setitik rusak susu sebelanga”, jadinya kebawa rusak semua. Tahu dan paham kan maksudnya? Gara-gara segelintir orang yang mempraktikkan keburukan dalam pelaksanaan ukhuwah islamiyah, akhirnya semua orang yang sudah melakukan kebaikan dalam ukhuwah islamiyah jadi kecoreng abis. Seolah nggak berbekas.
Kamu tahu beberapa waktu lalu ada orang yang bikin short movie tetapi isinya memecah belah persatuan kaum muslimin? Yup, itu film yang judulmya “My Flag”. Diberikan narasi “Merah Putih vs Radikalisme”. Ini bikin runyam, karena film berdurasi 8 menit 15 detik ini mulai menit 2.25 hingga menit 3.33 malah menampilkan adegan perkelahian dua kelompok orang (pria dan wanita).
Kelompok pertama yang bawa bendera merah putih dan yang wanitanya tanpa cadar. Kelompok kedua membawa bendera warna putih dan hitam (polos) dan yang wanitanya mengenakan cadar. Dibumbui narasi kebencian pula. Malah ada adegan memaksa melepaskan cadar yang dilakukan wanita tanpa cadar kepada lawannya yang bercadar. Wah, berarti yang disebut radikal itu yang bercadar dan membawa bendera tauhid ya? Hadeuhh… ini sih kerjaannya orang-orang liberal. Musuh Islam tapi bersembunyi di balik nama organisasi Islam. Parahnya, di situ sama-sama mengaku bagian dari Islam tapi mempersekusi yang lain sesama Islam. Ya, ngak jauh beda sih gerombolan yang model begitu di dunia nyata juga. Asli, parah Bro en Sis!
Sedih dan prihatin karena pasti orang-orang kafir dan munafik bersorak gembira melihat kaum muslimin bertikai. Meski ditampilkan dalam sebuah short movie, tapi saya sih yakin yang bikin pasti tahu risikonya dan yang jelas sudah tahu keberpihakannya ke arah mana. Ini pemecah belah persatuan dan persaudaraan sesama muslim. Ukhuwah Islamiyah terbelah dengan film ini. Katanya sesama muslim bersaudara, tetapi faktanya digambarkan dengan kebencian dan persekusi. Teori doang, praktiknya nol besar.
Waspada “adu domba”
Sobat gaulislam, ini bukan kasus pertama, masih banyak kasus lainnya yang serupa atau hampir sama dalam media dan konteks yang berbeda. Misalnya, pasti kamu semua udah dengar dong kalo kalangan akar rumput antar kelompok dakwah atau organisasi Islam yang sepertinya asyik banget adu otot dan saling cela. Umumnya sih di media sosial. Kalo langsung kayaknya udah jarang sekarang ini. Malu, sudah pasti. Namun, kok di media sosial malah nggal malu, ya? Padahal, dampaknya lebih luas. Mungkin karena setannya lebih banyak. Bisa jadi.
Kita kepikiran nggak sih kalo beberapa kasus sepertinya sengaja dibenturkan alias diadu antar sesama muslim? Siapa dalangnya dan siapa yang menggelontorkan dana untuk proyek membelah ukhuwah ini? Mestinya para pelaku sadar dong ya, tanpa perlu kita kejar. Kan, mereka yang tahu.
Sebagai sesama muslim, kewajiban kita adalah merawat ikatan ukhuwah islamiyah tersebut dan menjaganya. Selain itu, saling mengingatkan jika ada yang keliru. Nggak perlu pake otot, cukup nasihat dan teguran saja. Sekadar ngingetin nih, hati-hati kalo sampe menjadi pengadu-domba. Bahaya dan dosa, Bro en Sis!
Namimah alias mengadu domba antara satu pihak dengan pihak lain, sehingga menimbulkan keresahan dan kerusuhan adalah dosa besar jika dilakukan terus menerus. Waspada, ya!
Mengutip dari laman rumaysho.com, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang diazab di kubur. Beliau pun bersabda (yang artinya), “Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292)
Namimah menurut Ibnu Daqiq al-‘Ied berarti menukil perkataan orang lain. Maksudnya adalah menukil perkataan orang lain dengan maksud membuat kerusakan atau bahaya. Adapun jika menukil pembicaraan oran lain dengan maksud mendatangkan maslahat atau menolak mafsadat (kejelekan), maka itu dianjurkan. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa itu pengertian namimah dengan makna umum. Ulama lain berkata berbeda dengan itu.
Imam Nawawi berkata, “Namimah adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk membuat kerusakan. Namimah inilah sejelek-jelek perbuatan.”
Al-Karmani sendiri mengatakan bahwa menyatakan seperti itu tidaklah tepat karena kalau dikatakan dosa besar yang dikenakan hukuman, maka bukan hanya maksudnya melakukan namimah, namun namimah tersebut dilakukan terus menerus. Karena sesuatu yang dilakukan terus menerus dapat menjadi dosa besar. Dosa kecil yang dilakukan terus menerus dapat menjadi dosa besar. Penjelasan ini adalah penjelasan dari Ibnu Hajar al-Asqolani dalam Fathul Bari, 1: 319.
Islam bersatu tak bisa dikalahkan
Sobat gaulislam, persatuan dan kesatuan kaum muslimin mestinya bisa diupayakan. Sebab, ketika kaum muslimin bersatu, Islam bersatu, maka tak akan bisa dikalahkan. Namun, kalo simpulnya saja udah putus atau lepas, maka ikatan berikutnya gampang putus. Lidi yang sendiri, tak bisa digunakan untuk menyapu halaman dengan benar dan baik. Namun, puluhan dan ratusan lidi digabung dalam satu ikatan (dan diberi nama sapu lidi), maka bisa digunakan untuk menyapu halaman atau tempat lain agar bebas dari sampah dan kotoran lainnya. Apalagi kalo mantep juga genggamannya.
Nah, kalo ngomongin ukhuwah Islamiyah, maka idealnya memang kita bersama antar sesama muslim karena ikatan akidah. Berbeda etnis nggak masalah, berbeda latar belakang pendidikan bukan perkara besar, berbeda status sosial hal yang wajar. Nggak masalah. Selama kita diikat dengan ikatan akidah yang sama, agama yang sama, maka jadilah kita muslim yang bersaudara walau ormasnya berbeda, walau kelompok dakwahnya nggak sama, walau berbeda mazhab dan daerah asal. Sebab, yang terpenting akidahnya sama, yakni Islam.
Itu sebabnya, konsekuensi dari penerapan ukhuwah islamiyah adalah kita harus saling menghormati, saling mendukung, saling percaya, saling menguatkan, saling menolong, saling membantu. Jangan malah sebaliknya, saling melemahkan dan saling menaburkan kata-kata cacian dan celaan.Waduh, itu merusak ukhuwah namanya.
Jika melihat kasus terbaru itu, short movie perusak ukhuwah itu, saya jadi berpikir, di mana letak ukhuwah yang digembar-gemborkan di forum-forum pengajian? Kok dengan begitu mudahnya diucapkan tapi sulit dibuktikan dalam praktik. Hanya manis di bibir dan terdengar indah di telinga, tapi pahit dalam praktik. Saya jadi bertanya sendiri dalam hati: apakah ukhuwah alias persaudaraan itu hanya dalam sebuah kelompok saja? Bukankah kita saudara seakidah? Bukankah kita sama-sama muslim? Nggak habis pikir deh! Memang sih, nggak semuanya punya perilaku begitu rupa. Saya yakin masih banyak yang baik dan masih mengandalkan akal sehatnya.
Saya gemes banget dengan kondisi seperti ini. Beginikah model ukhuwah kita? Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Jangan kamu saling dengki dan iri, dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan, serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya, dengan tidak mendzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya, dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk ke dada beliau, sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan sudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya” (HR Muslim)
Bahkan Allah Ta’ala sudah mewanti-wanti dalam friman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS al-Hujurât [49]: 10)
Manusia memang bukan malaikat yang selalu baik. Tapi bukan berarti nggak bisa dikondisikan untuk baik, iya kan? Malu dong ah sama orang awam, masa’ aktivis dakwah ‘musuhan’ dan nggak pandai merajut ukhuwah. Nggak elok kan, orang yang wajahnya muncul di berbagai media sosial untuk berceramah, tapi malah merusak ukhuwah. So, mulai sekarang, rajut benang ukhuwah di antara kita, dan kita jaga bersama agar orang-orang yang membenci Islam gentar menghadapi keutuhan persaudaraan kita. Mereka takut lho kalo kita bersatu. Beneran!
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3]: 102-103)
Siap untuk bersatu? Semoga tak ada lagi noda dalam ukhuwah kita. Islam bersatu tak bisa dikalahkan! Namun, kalo kayak sekarang, masih ada yang membelah ukhuwah islamiyah kita, ya perjuangan untuk menyatukannya lebih berat lagi. Yuk, rapatkan barisan, wahai para pejuang Islam! [O. Solihin | IG @osolihin]