Seorang perempuan agak senior sudah menunggu para remaja itu. Tidak jelas berapa umurnya, mungkin sekitar 40 tahun lebih sedikit. Tapi yang jelas umurnya masih lebih muda dari Mak Lampir ataupun Mak Erot. Dia berobsesi menjadi penggerak remaja di daerah itu, tentu dengan cara pandangnya sendiri. Dari rumah dan perabotannya dia tampak sebagai perempuan berduit. Siapkah dia itu? Kalau memutar memori otak pada sekitar 20 tahun yang lampau akan mudah mengenali dia. Dialah Vinol Guanista yang sempat mengejutkan daerah itu dengan gaya nekatnya yang membuat ubun-ubun remaja menggigil. Aksi panggungnya saat melantunkan lagu dengan tarian eksotiknya sungguh melebihi panasnya Bollywood. Setiap penampilannya selalu dipadati oleh penggemarnya, tidak hanya remaja bahkan bapak-bapak dan kakek-kakek ikut tersihir. Tapi harus dibedakan karena mereka memang remaja yang berakal slebor, bapak-bapak dan kakek-kakek yang bernafsu gempor. Bahkan saat pementasan ada seorang kakek harus dilarikan ke tukang urut di Cimande karena kejang-kejang begitu Vinol beraksi erotis. Apalah artinya rusaknya generasi, yang penting bagi Vinol khan koceknya.
Tidak tahu gen dedemit mana yang sudah mendompleng pada diri Vinol. Padahal bapak dan ibunya tidak pernah mendidiknya seperti itu. Pada saat dia nyelonong dari kandungan ibunya, bapaknya tersenyum bangga sambil berharap sang bayi nantinya menjadi anak shalihah yang diberinya nama Marsunah. Tapi begitu menginjak remaja, Marsunah mengganti namanya menjadi Vinol Guanista. Bapak dan ibunya dulu berharap agar dia menjadi bunga mawar atau melati yang putih suci. Tapi kenyataannya dia malah jadi bunga bakung. Tidak tahu jin mana yang telah mengobok-obok otaknya (iiihh..) sehingga Vinol begitu bangga kalau para lelaki bermulut belang, berdagu keong dan berhidung meong terkapar dalam ilusinya.
Kini dia berada di usia transisi, yakni masa dimana muka mulai mengerucut dan berkeriput. Kalau dulu dia bangga mengekspos aurat, tapi kini dia sedang dalam kerisauan karena betisnya digrogoti oleh varises dan asam urat. Rupanya asam urat tidak pernah mempedulikan aurat, betis yang dia banggakan malah diserangnya. Di usia 40 tahun itu, Vinol sudah tidak berminat lagi untuk tampil erotis di pentas. Disamping sudah tidak laku, juga khawatir para penonton akan histeris pingsan, bukan karena tergoda tapi karena ketawa.
Sementara para dedemit masih setia menggerubunginya. Buktinya, pada usia senja begitu Vinol bukan kemudian menyadari dan bertaubat serta bertaqarrub kepada Allah Yang Maha Perkasa tetapi justru masih terlena. Saat ini dia mulai membina remaja agar bisa menjadi generasi penerusnya. Hari itu remaja putra dan putri sedang berkumpul di rumah Vinol untuk berlatih tarian ?menggapai hasrat menuai gelora‘ hasil kreasi Vinol. Dari namanya saja sudah bisa ditebak bahwa tarian itu tidak jauh dari Sahara Dances atau Bollywood Dances. Para remaja malang itu, nantinya akan menjadi duta kemaksiatan sebagai penari latar berbagai pagelaran musik dengan suguhan erotisme yang aduhai.
Kata Tuan Sufi, di dunia ini akan selalu ada pertarungan antara Islam dan kekufuran, antara ketaqwaan dan kemaksiatan hingga hari kiamat tiba. Pendukung dan pejuang kemaksiatan akan selalu bergentayangan sampai akhir masa. Dan sebagai sunnatullah, akan selalu ada generasi Islam yang akan berjuang untuk menegakkan syari’at-Nya demi ketinggian Islam dan kejayaan kaum Muslimin. Merekalah yang akan mewarisi kenikmatan al-jannah, Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap Allah. [sadik]
[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Juni 2003]