gaulislam edisi 421/tahun ke-9 (4 Safar 1437 H/ 16 November 2015)
Saya sih merasa yakin, kalo remaja zaman sekarang hampir tak ada yang nggak punya akun sosmed. Entah itu Facebook, Twitter, Instagram, BBM, WhatsApp, Telegram, dan banyak lagi lainnya. Tak jarang, banyak di antara mereka yang seolah tak bisa hidup tanpa sosmed. Bangun tidur, update status dulu di salah satu sosmed di atas. Sarapan, habis mandi, siap-siap berangkat sekolah, tiba di sekolah, ganti pelajaran, apapun dilaporkan di medsos. Biasanya di akhir tiap status ada tulisan begini ‘like ya’. Ihh… ternyata haus like, gitukah? (ada juga yang saking galaunya nge-like status sendiri, hehehe)
Belum lagi kalau ternyata orang yang disuka ikut nge-like atau kasih komen, langsung berasa GR nggak habis-habis. Tidur tak enak makan pun tak nyenyak, upz…kebalik ya? Bahkan bisa jadi orang yang disuka itu tak dikenalnya dengan baik alias sebatas foto profil yang cantik atau ganteng. Terus gitu deh, jatuh hati pada gambar yang bisa saja itu hasil nyomot dari google.
Maraknya sosmed di zaman sekarang, apalagi disertai dengan smartphone yang harganya makin terjangkau, seharusnya sikap para pengguna juga kudu paham etikanya dong ya. Gimana sih etika berinteraksi di sosmed itu? Pantengin aja terus tulisan ini sampai habis agar kamu makin up to date dan bisa menentukan sikap terbaik saat ber-sosmed.
Interaksi di sosmed
Sobat gaulislam, hakikatnya, interaksi di sosmed miriplah dengan di dunia nyata. Di sana ada hal-hal positif yang bisa kamu ambil manfaatnya seperti berbagi tautan tentang motivasi dan dakwah, misalnya. Berkumpul di grup hobi atau kegiatan sosial lainnya. Tapi pada saat yang sama, hal negatif juga mengintai di sosmed. Mulai dari bullying, bercanda melewati batas, saling memaki bahkan pacaran dan ajakan kemaksiatan lainnya.
Mereka yang pemalu, tak jarang menjadikan sosmed sebagai pelampiasan. Remaja dengan segenap hormon perkembangan seksual yang sedang mekar-mekarnya, gampang banget jatuh hati terhadap lawan jenis meskipun sebatas dunia maya alias di sosmed. Di status ada juga yang dengan berani menuliskan tunangan, pacaran bahkan menikah padahal ketemu muka saja belum. Panggilan mama papa, ayah bunda, dan sok yayang-yayangan lainnya bertebaran di seluruh penjuru dinding sosmed. Dengan dalih bahwa secara fisik tidak bertemu, mereka menganggap bahwa hal tersebut sah-sah saja dilakukan.
Perbedaan pendapat mudah sekali tersulut di medsos karena salah paham. Namanya saja bahasa tulisan, kalau tak bijak menyikapi banyak sekali hal yang bisa mengarah pada permusuhan. Orang akan lebih ekspresif karena toh yang dihadapi cuma layar datar tanpa ada pihak lain yang diajak bicara langsung. Biasanya fenomena seperti ini cocok bagi mereka yang karakternya pemalu, penakut atau pengecut.
Pendapat yang berbeda itu biasa. Menjadi tidak biasa kalau sudah disertai aura permusuhan dan bullying terhadap pihak lain. Jangan sampai deh kamu menjadi pihak yang suka mem-bully atau menyebarkan semangat permusuhan. Bilapun ada salah satu komentator yang ‘nyolot’ di status sosmed kamu, maka hadapi dengan kepala dingin. Kalau dia tetap nyolot juga maka tinggalkan dia. Sayang waktu dan energimu habis untuk menghadapi orang yang memang tujuannya sekadar mendebatmu tanpa ilmu.
Bila sikapnya masih berlanjut, seolah-olah memancingmu untuk hilang kesabaran dan ikut ‘nyolot’ balik maka ambil tindakan tegas. Delete dia dari jajaran pertemanan sosmed, kalau perlu blokir. Tenang saja, delete dan blokir tak lantas membuat kamu memutuskan silaturahim dengannya di dunia nyata. Apalagi kalau ternyata si tukang ‘nyolot’ adalah sebatas teman di sosmed yang tak ada kepentingan berurusan dengannya dalam kehidupan sehari-hari. Udah, buang saja. Pilihlah tipe teman di sosmed yang mengajakmu terus meningkatkan keimanan dan memperbaiki diri.
Ingat, ada hisab di balik sosmed
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jelas, perbuatan apapun meskipun sebesar debu tetap ada hisab di hari pembalasan kelak. Jangan dikira karena ini dunia maya, kamu jadi bebas mau berbuat apa saja. Akidah seorang muslim terus dibawa sampai kapan pun dan di mana pun termasuk ketika kamu ber-sosmed.
Saya banyak mendapat pertanyaan dari para remaja tentang pacaran sebatas sosmed. Mereka menganggap itu boleh karena kan tidak bertemu secara langsung, sekadar ‘ngobrol’ lewat tulisan dan memotivasi supaya makin rajin belajar.
Hey…balik lagi ke definisi pacaran. Selalu ada komitmen kan bagi pasangan kekasih yang sama-sama menyukai dan mencintai? Padahal di dalam Islam, komitmen yang halal antara laki-laki dan perempuan itu cuma khitbah/meminang dan menikah. Memangnya kamu mau menikah selepas SMP? Nggak kan? Jadi nggak usah bermain api deh.
Setan itu masuk dari celah sekecil apapun termasuk via sosmed. Tak ada jaminan meskipun pacaran via sosmed, kamu nggak akan terbayang dan kangen si dia. Bila rasa ini sudah meraja, pasti bakal mencari cara untuk dilampiaskan. Banyak kok kisah nyata remaja yang lari dengan pacar yang dikenal sebatas di Facebook, Twitter atau Instagram. Kalau sudah begini, yakin deh pergaulan bebas yang ujungnya hamil di luar nikah karena perzinaan bakal terjadi. Naudzubillah.
Lalu ada lagi alasan agar makin rajin belajar dengan pacaran via sosmed. Tahu nggak sih kamu bahwa dengan meniatkan hal seperti ini, itu artinya kamu sudah menduakan Allah? Yang namanya belajar itu seharusnya karena Allah Ta’ala, bukan karena si pacar. Di poin ini saja kamu itu sudah salah besar, Bro and Sis. Udah deh, nggak usah cari alasan untuk aktivitas kemaksiatan yang terencana. Bila bisa berteman saja, kenapa harus pacaran? Jangan dibalik ya!
Bijak dalam ber-sosmed
Sobat gaulislam, sosmed itu ibarat pisau bermata dua. Teknologi ini bisa digunakan untuk kebaikan, bisa juga untuk kejahatan bin kemaksiatan. Tergantung manusianya mau memakainya untuk apa. Nah, karena kamu adalah remaja muslim yang cerdas dan bertanggung jawab, tentu sosmed digunakan untuk hal yang baik-baik saja. Iya kan?
Saya menyebutnya dunia ada di ujung jari. Bagaimana tidak? Kamu bisa mencari informasi apapun hanya dengan menggerakkan jarimu di layar datar smartphone. Mbah Google siap menjawab apapun pertanyaanmu, asal kamu nggak minta jawaban surga atau neraka sebagai tempat kembalimu. Hehe…just kidding. Maksudnya selama pertanyaan kamu itu untuk mendukung prestasi belajar sekolahmu, do it!
Sayangnya, banyak remaja yang aktif ber-sosmed itu hanya untuk haha-hihi nggak penting dan gaje (nggak jelas). Padahal kalau mau, kamu bisa meningkatkan kualitas dirimu dari sini. Bagaimana caranya? Banyak. Kamu bisa gabung grup sesuai hobimu. Bisa grup bahasa inggris, fisika, kimia, pecinta novel, penulis, info lomba-lomba, belajar islam, ilmu hadist, dan lain-lain. Kamu juga bisa menjalin pertemanan dengan remaja seluruh dunia sambil melatih kemampuanmu berbahasa asing. Ingat, berteman ya, bukan pacaran!
Solidaritas sesama umat Islam juga bisa dijalin di sosmed. Info tentang Palestina yang dijajah Israel tapi jarang dimuat media mainstraim bisa kamu dapatkan via sosmed. Kabar tentang mujahidin yang banyak mendapat fitnah dari orang-orang yang membenci jihad, juga bisa kamu dapatkan via sosmed. Hati-hati dengan informasi hoax atau tidak benar. Karena itu pilihlah teman-teman yang baik yang akan memberimu informasi terpercaya.
Ingat, memilih teman di sosmed tak ubahnya seperti memilih teman di dunia nyata. Apabila status dan isi dinding sosmed-nya banyak berisi hal-hal nggak benar seperti pornografi, hujatan, makian dan hal-hal buruk lainnya, mending kamu ‘unfriend’ orang-orang jenis ini.
Finally…
Milikilah semangat kebaikan dalam ber-sosmed. Buang jauh-jauh keinginan untuk bermaksiat sekecil apapun itu. Maksiat sosmed biasanya dalam bentuk mencaci, menghujat, menyebarkan berita bohong dan foto porno, dan sebagainya.
Banyak sekali hal di sosmed yang dalam tataran nilai keislaman sungguh tak layak, tak pantas, tak sopan untuk disebar. Daripada kamu susah hati dan itu menghabiskan energi, lebih baik kamu tidak me-like, atau cuekin saja. Bila keterlaluan membikin panas hati, maka delete kalau perlu blokir. Habis perkara.
Memang sih kalau bisa diusahakan untuk menasehatinya, silakan saja. Tapi toh keputusan akhir dia yg menentukan terhadap nasehat itu: ambil atau tinggalkan. Bila sudah benar-benar bebal, maka berikan doa saja untuk tipe-tipe seperti ini. Doa yang tak terucap dan tertulis tapi ada untuk mereka yang menjengkelkan. Doanya yang baik-baik. Supaya dapat hidayah, misalnya.
Sosmed adalah dunia untuk berbagi kebaikan, bukan mencari musuh. Itu saja sih prinsip yang harus kamu pegang. Bila terlalu lelah dengan hiruk-pikuknya, ambil jaga jarak. Nikmati damainya dunia nyata yang dengan segala warnanya yang mampu menceriakan hari-harimu. Bila kondisi hati telah siap, kembali ke sosmed dengan segala karakter manusia di balik tulisan, postingan, dan video yang beraneka macam. Siap di sini maksudnya dengan segala konsekuensinya. Niatnya juga kudu lurus. Bukan sekadar iseng atau ngisi waktu luang. Tapi di sosmed bisa dakwah.
Dewasalah dalam ber-sosmed. Yuk menebar kebaikan dan manfaat dalam erat persahabatan, bukan sebaliknya. Sayang bila kemajuan teknologi yang ada tidak malah membaguskan amalmu di hadapanNya. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi hanya karena terlena dengan urusan sosmed sehingga banyak waktu terbuang sia-sia apalagi sampai menambah dosa. Jadi, yuk ber-sosmed dengan bijak dengan tetap mematuhi rambu-rambu syar’i yang ada! [Ria Fariana | riafariana@gmail.com]
tulisannya bagus,
ditunggu materi ‘Ghazwul Fiqry’ nya yaa…