Friday, 22 November 2024, 03:55

Boom, here to rock ya

Boom, never stop, no

Boom, raise up high

boom boom boom boom

heya heya yeah heya boom yeah yeah heya

Petikan lirik lagu itu pasti udah akrab di telinga kamu-kamu. Theme song-nya World Cup 2002 yang dilantunin Anastacia itu, hampir tiap hari membahana, khususnya di teve! Maklum, sekarang lagi pada demam sepakbola. Dan ngomong-ngomong soal bola, diantara kamu-kamu pasti ada yang lagi gila bola (gibol), kan? Ayo ngaku!

CEWEK gandrung bola emang udah nggak asing lagi. Bahkan, bukan lagi sebatas sebagai penonton tapi juga pemain. Buktinya sekarang udah ada kesebelasan wanita dan juga pertandingan sepak bola wanita. Emang, World Cup khusus wanita belon ada sich. Tapi, bukan tidak mungkin kalo makin banyak penggemarnya en nuntut diadakan, pasti bakal digeber piala dunia wanita. Tapi, sebetulnya gimana sich hukumnya kalo cewek demen olah raga yang ngandelin kekuatan fisik dan ketrampilan kaki itu? Bagaimana pula komentar temen-temen kamu soal gibol?

“Menurut gue sich, sah-sah aja. Soalnya kan sekarang jamanya emansipasi. Cewek demam bola itu biasa “ tutur Widi, sapaan karib Dwi Widianti, siswi sebuah SMU swasta di Bogor. Menurutnya, sepak bola sekarang emang bukan lagi monopoli kaumnya David Bechkam aza. Tapi, generasi Victoria Beckham juga bisa mainin bola. Lu juga demen bola juga Wid? “Nggak gila-gila banget sich! Paling kalo even akbar macam World Cup gini aja gue bela-belain nonton bola. Kalo pertandingan dalam negeri sih, nggak nafsu!Apalagi main bola , ogah ah…..kayaknya capek,” urai gadis lesung pipi ini.

Widi ngaku suka nonton bola karena terpengaruh kakak cowoknya yang rada maniak bola. “Padahal motif utama sich, cuma ngecengin pemain-pemainnya yang kece-kece itu,” imbuhnya sembari nyebutin beberapa bintang-bintang lapangan rumput gacoannya.

Lain lagi komentar Rizka, tamatan sekolah kejuruan tahun lalu yang sekarang masih nganggur ini. Menurutnya, cewek demen bola berarti nggak pedhe dengan kodratnya sebagai wanita. Soalnya, sepak bola nggak menunjukkan kefemininan. “Bola terlalu maskulin. Mbokya pilih olah raga yang feminin, gitu lho! Misalnya senam, renang, kan lebih asyik. Atau bola voley, tenis, dan bulu tangkis juga okey,” ungkapnya kepada Permata. Hanya saja, lanjutnya, supaya nggak kuper, cewek kudu tahu soal sepak bola.“Yah minimal tahu sekarang lagi ada World Cup. Trus, tahu-tahu dikitlah nama-nama pemain top dunia, biar nggak kuper aja. Tapi nggak usah jadi ……..pemain bola,” imbuhnya dengan nada seperti ucapan gadis kecil dalam sebuah iklan di teve.

“Kalo aku sih nggak doyan bola,” timpal Sari. (Lha, emang bola bukan makanan kok, Sar!) “Maksudku, mikirin bola tuh cuman buang-buang waktu aja. Apalagi kalo ikutan main bola, udah buang waktu, buang energi, buang keringat, bau donk…,” celotehnya. “Mending buat belajar,” cetus cewek yang bentar lagi mo nglepas seragam abu-abu putihnya ini.(Iya, soalnya kamu mo UMPTN! Makanya nggak demen bola).

Pengaruh Lingkungan

Sepak bola atau olah raga apapun, rata-rata emang nggak pandang bulu, bisa disukai cowok maupun cewek. Tinju, angkat besi, atawa balap mobil yang tergolong olah raga keras pun sekarang, banyak digemari cewek. Jadi, kalo ada cewek-cewek gandrung bola itu biasa.

Dan dari komentar temen-temen kamu diatas, bisa disimpulin bahwa ada beberapa faktor kenapa cewek jadi gibol. Pertama, karena terpengaruh lingkungan. Tinggal di lingkungan keluarga yang demen bola misalnya, bisa menjadi sebab cewek menjadi jadi suka bola. Yah, seperti yang dialami temen kamu Widi itu.

Kedua, biar nggak dianggap kuper. Bola emang bukan olah raga yang ‘mewah’ kayak golf misalnya, tapi jadi gengsi kalo dalam pergaulan kita kuper masalah bola. Tengsin kan, kalo sampai gebyar piala dunia yang hanya digelar 4 tahun sekali itu kita nggak tahu menahu. Apalagi kalo temen-temen bergaul kita para suporter sepak bola, bisa-bisa kita dibilang kuper.

Ketiga, sekadar iseng. Misalnya buat ngecengin bintang-bintang top sepak bola dunia. Maklum, bintang rumput yang sebagian besar punya tampang cute, pamornya bisa ngalahin selebriti dunia. Malah, kadang selebriti aja pada ngefans ama mereka. Dulu, Madonna aja kesengsem ama Roberto Bagio. Selain itu, juga buat sekadar ngisi waktu luang. Mungkin karena nggak ada kerjaan (hik..hik.., bukan nyinggung Rizka lho!), trus di teve adanya siaran bola melulu, ya udah, nonton bola. Apalagi, iklannya aja udah berbulan-bulan sebelum even itu digelar, udah digembar-gemborin. Bagaimana tidak terpengaruh.

Gibol Bola Boleh, Tapi…

Sepak bola atawa olahraga lainnya, termasuk jenis permainan atau lahwun dalam bahasa Arab, yang diperbolehkan Islam. Artinya, olah raga merupakan aktivitas yang mubah dilaksanakan sebagaimana Rasul bersabda

“Hendaklah kalian senantiasa berlatih memanah, karena ia merupakan sebaik-baiknya permainan,” (HR Al-Bazzar & Ath- Thabrani dari Saad).

Dari pengertian hadist di atas disimpulkan, memanah dan permainan/olahraga di bolehkan kecuali yang diharamkan, semisal judi. Lahwun yang diutamakan dalam Islam adalah yang membina kesehatan fisik dan mental Muslim untuk menjadi mujahid. Ya, misalnya memanah, berkuda, renang, lari, dll. Sebab, Allah mencintai hambanya yang sehat dan kuat, tidak loyo end sakit-sakitan. Tentu saja, asalkan permainan atau olahraga itu tidak sampai meninggalkan kewajiban. Demikian pula sepak bola, bisa dikategorikan olahraga yang dibolehkan, jika memang tujuannya untuk membina kesehatan. Lain halnya dengan fakta sekarang, dimana sepak bola sudah jadi profesi, lantas diorganisir sedemikian rupa. Sehingga, realitas menunjukkan, olah raga yang diorganisir itu telah melailaikan umat dari kewajiban-kewajibannya. Buktinya, orang yang udah kadung terjun jadi olahragawan akhirnya lupa melaksanakan kewajiban. Misalnya jadwal pertandingan yang nggak memperhitungkan waktu shalat. Penontonnya juga gitu, suka lupa waktu kalo lagi asyik nonton olagraga kegemarannya.

Khusus buat cewek, memilih profesi sebagai olahragawan, juga sangat riskan. Besar peluangnya kamu bakal ninggalin kewajiban. Pertama, kamu nggak bebas menggunakan busana muslimah, sementara busana muslimah itu wajib hukumnya. Masak iya, gara-gara aktivitas mubah (olahraga) kamu ninggalin kewajiban berjilbab dan berkerudung? Jangan sampai terjadi deh. Kita sebagai muslimah harus punya awlawiyat (skala prioritas). Yang wajib, musti didahuluin daripada yang mubah. Sementara olahragawati saat ini, bajunya makin lama makin minim, hingga menampakkan aurat.

Kedua, kamu pasti terbentur aktivitas ikhtilat, yakni campur baurnya laki-laki dan perempuan tanpa hajat syar’i (kepentingan yang dibolehkan syara’). Lihat aja faktanya, antara pemain dan penonton laki-laki dan perempuan campur baur. Bahkan, bisa kena ikhtilat. Misalnya kamu punya pelatih cowok, lantas latihan berdua-duaan aja. Wah, udah pasti yang ketiganya setan.

Ketiga, kamu nggak boleh menampakkan kecantikanmu (tabaruj). Padahal, faktanya bintang lapangan cewek sekarang, layaknya selebriti. Penampilan mereka disorot, cara dandan dan cara berpakaian, sontak jadi trend setter kaula muda. Padahal dalam salah satu hadits dikatakan

“Jika seorang wanita berjalan dan tercium baunya (lalu laki- laki berpaling padanya) maka ia seperti berzina” Naudzubillahi min dzalik.

Kalo udah gitu nggak usah deh punya cita-cita pengen jadi pemain bola. Masih banyak kok kewajiban yang kudu kamu jalanin. Misalnya menuntut ilmu,membantu ortu, berdakwah, dll. Mendingan waktumu kamu manfaatin buat hal-hal yang lebih berguna.

Trus gimana donk, buat yang udah terlanjur gibol? Kalau sekadar nonton lewat teve sih, boleh aja. Tapi, ya itu tadi, jangan sampai lupa diri. Lupa shalat, enggan membantu ortu atau malas belajar misalnya. Dan lagi, lebih baik kamu manfaatin waktu buat aktivitas yang lebih bermanfaat. Bukankah Allah berfirman

“…maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (TQS Al-Baqarah: 148)?[asri]

——boks ——-

Realita Dibalik Olahraga yang Diorganisir

1.Olahraga yang diorganisir macam piala dunia atawa olimpiade, sengaja dirancang orang-orang kafir (Zionis) untuk melenakan umat Muslim. Ini bisa disimak dalam buku rencana- rencana Zionisme menguasai dunia atau Protocols of Zion poin ke 13 yang diterbitkan Prof. Sergyei Nilus di Rusia tahun 1902. Intinya “Zionisme merencanakan hendak mengundang masyarakat melalui surat-surat kabar waktu itu, untuk mengikuti berbagai lomba yang sudah diprogram. Diharapkan kesenangan baru yang diciptakan itu secara perlahan akan melenakan muslim dari konflik- konflik politik kaum muslimin dengan bangsa Yahudi.”

2. Olahraga yang diorganisir memang telah melenakan umat dari aktivitas yang lebih utama. Coba hitung, berapa jam lamanya seorang atlet –yang Muslim– latihan biar berprestasi? Trus, penontonnya juga. Berapa jam sehari harus menghabiskan waktu untuk mengikuti pertandingan? Berapa jam pula menyibukkan diri menyimak ulasan-ulasan pengamat olahraga, baik dari mediacetak maupun audovisual? Bandingkan dengan waktu yang dia habiskan untuk ibadah, belajar ilmu Islam, berdakwah atau bahkan jihad. Padahal olah raga hukumnya ‘hanya’ mubah, yang boleh jadi tak berpahala, bahkan bisa menjerumuskan pada hal-hal haram.

3. Olahraga yang diorganisir menyedot dana yang tidak sedikit, diantaranya dari kalangan kaum Muslimin. Siapa yang diuntungkan dari hasil penjualan tiket masuk pertandingan? Tentu saja penyelenggara. Di sisi lain, kadang penyelenggara menghimpun dana dari hal- hal yang diharamkan. Dulu di Indonesia untuk menghimpun dana diciptakan Porkas, lalu SDSB, dan Damura, yang semuanya nota bene judi.

4. Tingginya prestasi olahraga suatu negara tidak otomatis menjadikan suatu negara menjadi makmur. Argentina misalnya, bisa dibilang empunya sepak bola dunia. Tapi kini kondisi ekonominya carut marut. Paling-paling yang makmur hanya atlet dan ofisialnya saja. Sebaliknya Kuwait atau Brunei Darusalam, yang prestasi olah raganya bisa dibilang nol, taraf perekonomianya jauh lebih mapan. Jadi, tak ada gunanya negara menggenjot prestasi olahraga, toh tak berpengaruh pada kesejahteraan rakyat.

5 Adanya pertandingan, menyuburkan perjudian. Lihat saja pasar-pasar taruhan sekarang lagi rame dengan digelarnya World Cup. Mulai yang omzetnya jutaan dolar, sampai taruhan-taruhan kecil yang nilainya mungkin hanya ribuan perak di warung-warung kopi. Baik di pasar taruhan profesional maupun sekadar iseng, toh namanya tetap perjudian yang haram hukumnya. “Sesungguhnya minum khamer, berjudi, berkorban untuk berhala…adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan.”(TQS Al-Maidah:90)

6. Klaim bahwa olahraga mampu menjadi pemersatu umat, sebagaimana pernah dikatakan mantan Presiden AS Bill Clinton dalam pembukaan World Cup 1994, “Sepak bola adalah bahasa universal untuk mempersatukan manusia”, adalah omong kosong. Sebaliknya, pertandingan olahraga malah menjadi sumber perpecahan. Hooligans (supertor) rela berantem demi membela tim kesayangannya. Olahraga juga sering menimbulkan fitnah. Misalnya wasit diteror gara-gara dianggap berat sebelah, atau malah pemainnya yang celaka. Ingat terbunuhnyan Andreas Escobar, pemain Colombia di Piala Dunia 1994 gara-gara gol bunuh dirinya? Lebih dari itu, pertandingan antar negara, bisa memicu semangat nasionalisme (kebangsaan) yang jelas-jelas bisa memecah belah umat. Nah, kita sebagai Muslim, tentu nggak mau dong dilenakan oleh permainan yang ternyata banyak membawa mudharat itu! Iya, kan?!![asri]

[pernah dimuat di rubrik “Banaat”, Majalah PERMATA, Juni 2002]

1 thought on “Yang Cewek yang Gila Bola

  1. Sebelumnya aku mau minta maaf jika pendapatku kurang dapat di terima…

    Menurutku sah sah saja jika seorang muslimah Gila Bola…
    saat ini banyak sekali wanita yang menyukai sepak bola…aku merupakan salah satunya…

    Untukku setiap org butuh hiburan dan punya hal dan cara tersendiri untuk mencari hiburan tsb… bagiku menonton sepak bola atau bermain futsal merupakan hiburan.. Futsalpun merupana olahraga yg sehat qo… Aq main Futsal tidak dengan cwo2 ya.. tetapi sesama cwe…

    selain itu jika kita bertemu dengan orang2 yg juga Gila Bola, akan ada silaturahim… dan insya Allah akan ada banyak pelajaran yg bisa kita ambil dari mereka…

    untuk teman2 yg suka olahraga.. jgn membatasi diri kalian.. Okey…
    keep Spirit….^^

Comments are closed.