Wednesday, 30 April 2025, 09:58
pexels-olly-941572

gaulislam edisi 914/tahun ke-18 (30 Syawal 1446 H/ 28 April 2025)

Kalo seharian hidupmu nempel terus sama internet, kayaknya sah banget deh kamu dapet gelar “manusia online”. Ini tuh semacam status sosial baru. Nggak lebay, lho! Bayangin aja, baru sejam aja sinyal ilang dikit, udah kayak mau pingsan. Nggak bisa streaming, nggak bisa scrolling medsos, nggak bisa ngecek notifikasi. Meriang seluruh badan! Tangan getar-getar, mata kosong kayak nungguin chat dari seseorang yang nggak pernah bales. Hadeuh.

Tapi serius, ini kayak udah kecanduan. Ada sebab, ada akibat. Kayak kebiasaan yang dipupuk bertahun-tahun. Jadi, jangan kaget kalo ada orang yang udah kayak zombie online.

Saya pernah punya temen yang, sumpah, kayaknya tuh modem udah nempel di batok kepalanya. Dulu banget, sekitar 2002-2004, zaman koneksi internet masih pake dial-up dan bunyi “tiiit… trrrttt… kriiik” itu lho. Nah, temen saya ini kerjanya operator warnet. Dari jam 12 malam sampai 12 siang, dia tetap siaga. Di grup diskusi email, namanya selalu muncul. Kayak jadi primadona di dunia maya. Mulai dari subuh, siang, sore, malem… pokoknya ada terus! Sampai ada yang becanda, “Eh, itu orang, apa robot, ya?” Hahaha… Legend sih.

Fast forward ke zaman now, manusia online makin banyak spesiesnya. Tinggal liat aja: update status di Facebook sehari bisa 30 kali, instastory sampe titik-titiknya kayak kereta api, WhatsApp grup sampe seribu chat belum dibaca, kicauan di X (dulu Twitter) nggak ada matinya dengan eksis terus di war komen, sampe upload reels sehari bisa dua lusin. Kalo tiap jam ada jejaknya, fix deh, manusia online tulen!

Kenapa sekarang makin parah? Karena gadget murah, Bro en Sis! Dulu mah mau beli HP layar warna aja harus mikir tujuh kali, nahan jajan bakso sebulan. Sekarang? HP canggih harga sejuta udah dapet. Paket internet? Murah meriah, bahkan suka ada paket “sepuasnya” kayak makan di all you can eat. Kalo kehabisan kuota? Nggak masalah. Ngemis-ngemis Wi-Fi tetangga atau numpang hotspot ke temen. Demi apa? Demi eksis di dunia maya.

Internet udah kayak candu. Sosmed makin nyandu. Orang rela begadang cuma buat scroll FYP TikTok yang isinya prank kucing, review jajanan viral, atau curhatan galau nggak jelas. Dan pas sadar udah jam 3 pagi? “Yaudah lah ya, sekalian sahur”.  Emang puasa?

Eh, jangan salah. Kondisi ini justru peluang cuan buat pengusaha. Muncullah power bank. Tujuannya? Biar HP kamu nggak KO di tengah jalan. Coba liat deh, banyak orang jalan sambil nenteng HP dan power bank kayak lagi bawa tabung oksigen. Demi apa? Demi tetap hidup di dunia maya. Udah kayak tentara cyber!

Tapi… kita mesti mikir, Bro en Sis. Kalo kamu sehari online 25 jam (lebay, sih), emang kamu nggak punya kerjaan lain? Coba jujur: sehari berapa jam produktif, berapa jam cuma ngeliatin meme receh?

Baca juga:  Kasar dan Jorok? Nggak Banget!

Kalo kamu memang kerjaannya content creator, admin medsos, IT support, atau youtuber kondang–oke lah, maklum. Tapi kalo kamu masih pelajar, kerjaan belum ada, tugas numpuk, dan isi aktivitas cuma main Mobile Legends, scroll medsos, posting selfie filter anime, trus ngabisin kuota buat liatin orang lain liburan–please deh, sadar. Itu namanya korban teknologi, bukan pengguna cerdas.

Belum lagi kalo kelamaan online kamu jadi kena FOMO (Fear of Missing Out) akut, gampang insecure liat pencapaian orang lain, atau malah ketarik ikut-ikutan hal negatif. Dari yang awalnya cuma niat scroll lucu-lucu, eh, tahu-tahu ikut war di kolom komentar yang lagi bahas politik, atau posting konten alay cuma demi validasi. Haduuuh!

Oya, ini ada artikel menarik dari laman explodingtopics.com yang bahas tentang statistik screen time di beberapa negara. Gampangnya, penelitian ini mencoba menggambarkan berapa lama rata-rata orang menatap layar ponselnya dalam sehari. Kalau screen time kamu udah lebih panjang dari waktu tidur, berarti alarm kehidupanmu kudu dibunyikan, Bro-Sis. Bukan berarti harus puasa total dari gadget (plis, dunia nggak sekejam itu), tapi mulai atur waktu. Biar kamu tetep update di medsos, tapi juga tetap waras di dunia nyata.

Sekadar catatan penting dari artikel di website tersebut. Rata-rata screen time per hari orang-orang di Indonesia adalah 6 jam. Remaja di Amerika Serikat menghabiskan waktu menatap layar gadget-nya, 8 jam 59 menit. Afrika Selatan, 9 jam 37 menit untuk catatan screen time per hari. Ada negara yang lebih rendah dalam screen time? Ada, Jepang. Negara ini screen time proporsinya paling rendah secara global, yakni 4,5 jam per hari. Kalo dibagi 24 jam, ya kira-kira remaja Jepang rata-rata menatap layar sekitar 11 menit setiap jam-nya, sepanjang hari.

Itu artinya, setiap jam berlalu, mereka cuma curi waktu 11 menitan buat cek HP, nonton video, atau scrolling medsos. Sisanya? Mungkin mereka lebih banyak baca buku, ngobrol langsung sama teman, atau sibuk dengan kegiatan offline

Boleh eksis, tapi tetap etis

Sobat gaulislam, zaman sekarang, buka HP = buka dunia. Cuma modal jempol, kamu bisa tahu siapa yang lagi trending, siapa yang putus, siapa yang jualan skincare ilegal di TikTok Shop. Internet udah kayak oksigen tambahan: kalau nggak ada, rasanya megap-megap.

Tapi, Bro en Sis, dunia maya ini kayak hutan belantara: penuh peluang, tapi juga jebakan. Kalau kita nggak hati-hati, ruang privasi bisa jebol, fitnah bertebaran, dan yang tadinya niatnya silaturahmi malah jadi silat lidah dan war jari. Ngeri, kan?

Makanya, yuk, upgrade cara kita pakai medsos! Islam udah ngasih kita pedoman keren supaya tetap kece tapi juga berfaedah. Islam itu open-minded kok sama teknologi, asal jalannya tetap beretika dan nggak ngelantur.

Baca juga:  Merindukan Ulama Pejuang

Ini dia 5 jurus sakti biar kamu tetap gaul tapi pahalanya bejibun. Pertama, sebar kebaikan. Setiap postinganmu itu kayak cermin akhlak, lho. Kalau tiap hari isinya upload meme toxic, spill keburukan orang, atau share berita ngawur, ya cerminnya buram.

Mending kayak lebah. Dia cuma cari madu, nggak ngurusin bangkai. Mau posting? Cek dulu: “Ini bermanfaat nggak, ya?” Misal, daripada share berita artis cerai kawin atau selingkuh, kenapa nggak sekalian share tips sukses belajar ala Imam Syafi’i? Menginspirasi kebaikan kepada sesama plus dapet pahala!

So, daripada update galau “udah jam 3 pagi tapi belum tidur”, mending share doa sebelum tidur. Sama-sama posting, tapi beda nilainya, Bro!

Kedua, kamu perluy ingat bahwa semua perbuatan ada hisabnya. Pakai medsos itu kayak ngisi tabungan amal, cuma bedanya semua transaksi direkam malaikat, no skip! Komen kasar? Masuk saldo dosa. Posting motivasi? Nambah saldo pahala.

Inget, semua yang kamu like, share, repost, bahkan nonton ‘begituan’ diam-diam bakal dihisab. Jadi sebelum jari kamu “refleks” komen pedes di medsos, tanya dulu ke diri sendiri: “Kalau ini muncul di layar amal gue di akhirat, masih mau lanjut?”

Ketiga, jangan asal seruduk, tabayun dulu! Fenomena “jemari lebih cepat dari otak” itu nyata. Banyak yang asal share berita heboh tanpa cek kebenaran, padahal bisa jadi fitnah atau malah berita bohong bin ngawur. Ingat prinsip keren dari Islam: tabayun alias cek fakta dulu, baru buka suara. Tabayun itu keren, bukan cupu. Misalnya lagi rame berita pejabat yang bikin konten, eh ternyata setingan alias nggak natural. Untung kamu cek dulu, jadi nggak ikut-ikutan bangga.

Keempat, kita dipantau malaikat. Jangan sembarangan. Ada malaikat Raqib dan Atid. Mereka lebih dari admin super ketat yang selalu nge-record semua aktivitas, termasuk chat, komen, story, dan DM kamu serta masih banyak lagi yang kamu aja belum tentu inget apa yang udah dilakuin.

Sebelum ngetik “ih dasar jelek” di kolom komentar, inget: ada malaikat yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk ngawasin gerak-gerak kita dan mereka bakal nyatet secara detil. So, mikir sebelum nulis bikin kita aman dunia-akhirat.

Kelima, ikhlas mode ON, bukan cari like! Ya, paling berat itu jujur sama diri sendiri. Niat posting itu buat apa? Mau sharing kebaikan atau mau cari validasi biar disorakin, “kamu hebat!”?

Islam ngajarin kita untuk posting dengan ikhlas, bukan demi pujian dunia fana. Misal nih, niat upload quotes islami. Tapi jangan sedih kalau yang like cuma 3 orang. Ya, sebab yang terpenting di sisi Allah, apa yang sudah diniatkan dengan ikhlas dan diupayakan maksimal tetap dihitung amal shalih, Bro en Sis!

Baca juga:  Emang Gaya, Kalo Ditato?

Sobat gaulislam, media sosial itu alat, bukan tuhan baru. Kita yang harus ngatur, bukan malah diatur. Kalau kita jaga etika, kita bisa tetap eksis dengan nilai plus-plus. Bisa terjalin silaturahmi, ilmu nambah, pahala ngalir.

Yuk, jadi generasi Muslim yang bijak, gaul, tapi tetap berkah! Karena jadi keren itu gampang. Tapi jadi keren plus diridhai Allah Ta’ala? Nah, itu baru luar biasa!

Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS al-Isra'[17]: 36)

Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, melalui ayat ini Allah Ta’ala melarang kaum Muslimin mengikuti perkataan atau perbuatan yang tidak diketahui kebenarannya. Larangan ini mencakup seluruh kegiatan manusia itu sendiri, baik perkataan maupun perbuatan. Untuk mendapat keterangan lebih jauh dari kandungan ayat ini, berikut ini dikemukakan berbagai pendapat dari kalangan sahabat dan tabi’in.

Ibnu ‘Abbas berkata, “Jangan memberi kesaksian, kecuali apa yang telah engkau lihat dengan kedua mata kepalamu, apa yang kau dengar dengan telingamu, dan apa yang diketahui oleh hati dengan penuh kesadaran.”

Qatadah berkata, “Jangan kamu berkata, saya telah mendengar, padahal kamu belum mendengar, dan jangan berkata, saya telah melihat, padahal kamu belum melihat, dan jangan kamu berkata, saya telah mengetahui, padahal kamu belum mengetahui.”

Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan larangan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui adalah perkataan yang hanya berdasarkan prasangka dan dugaan, bukan pengetahuan yang benar.

Inget, Bro en Sis. Dunia maya itu kayak sungai. Iya, kalo kamu nggak hati-hati, bisa kebawa arus. Bisa aja kamu awalnya niat cari info, eh malah tenggelam dalam scroll medsos tanpa ujung.

So, buat kamu para manusia online: jangan mau diperbudak sinyal. Online boleh, tapi tetep waras. Gunain buat hal-hal positif. Belajar, cari peluang, atau setidaknya ketawa sehat liat video kucing lompat ke ember terus embernya kebalik. Eh?

Mulai sekarang, pegang prinsip: “Aku main internet, bukan internet yang mainin aku!”. Sering online boleh aja, tapi iman jangan sampe decline alias merosot bin lemah. [O. Solihin | Join WhatsApp Channel]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *